Friday, September 25, 2015

Bersama Aetra, Kita Selamatkan Air Tanah Jakarta



Untuk memenuhi kebutuhan air  baik untuk minum, mencuci dan kebutuhan lainnya, warga Jakarta umumnya menggunakan air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Untuk mengambil Air tanah Jakarta warga membuat sumur pantek atau dengan mesin air jetpam. Selain itu, sebagian warga Jakarta ada yang memilih menggunakan air bersih perpiaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kebanyakan warga lebih memilih membuat sumur sendiri dari pada harus berlangganan air dari PAM. Warga menganggap hal itu lebih hemat karena hanya dibutuhkan biaya saat pembuatan sumur saja. Berbeda kalau berlangganan air dari PDAM. Selain menyiapkan biaya saat pemasangan instalasi,  warga juga harus mengeluarkan biaya langganan setiap bulan.

Padahal pendapat itu sesungguhnya tidak tepat. Karena dengan berlangganan air bersih perpipaan, warga akan mendapatkan air bersih yang terjamin kualitasnya. Sedangkan air tanah Jakarta tidak ada jaminan kalau air itu bersih dan layak pakai. Sering ditemukan air tanah Jakarta yang keruh dan bau. Bahkan sering juga ditemukan ar tanah jkarta yang mengandung bakteri dan mineral yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Selain itu kebanyakan masyarakat juga belum mengetahui dampak negatif dari pengambilan air tanah yang berlebihan. Jika dibiarkan, maka dampak negatif tersebut akan merugikan warga Jakarta sendiri. Ada beberapa dampak negatif yang perlu diketahui jika pengambilan air tanah Jakarta terus dilakukan. Dampak negatif tersebut antara lain turunya permukaan tanah atau land subsidance dan intrusi air laut.

Pengambilan air tanah yang terus menerus dan berlebihan akan mengakibatkan turunnya permukaan tanah atau land subsidance. Jika hal itu terus terjadi maka akan sangat berbahaya bagi warga Jakarta sendir. Selain banjir, juga akan mengakibatka kerusakan pada bangunan fisik gedung-gedung yang ada di Jakarta. 

Dampak negatif lainnya yakni intrusi air laut. Pengambilan air tanah yang terus menerus akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan hidrostatik antara air tanah tawar dan air tanah asin (air laut) di daerah pantai. Jika hal itu maka akan mengakibatkan pergerakan air tanah asin (air laut) menuju ke daratan dan terjadilah intrusi air laut. Jika ini terjadi maka air tanah yang tadinya layak minum mengalami degradasi mutu dan menjadi tidak layak untuk diminum.

Mengingat dampak negatif tersebut, maka penggunaan air tanah di Jakarta harus segera dibatasi atau bahkan dihentikan. Menurut data dari Badan Geologi, ESDM, neraca Air Tanah Jakarta saat ini adalah, potensi air tanah 52 juta m3/tahun. Sedangkan pengambilan air tanah 21 juta m3/tahun atau sebesar 40%. Seharusnya pengambilan air tanah maksimal 20%. Sehingga kondisi pengambilan air tanah di Jakarta dikategorikan kritis karena sudah melampaui batas maksimal.
 
Upaya pencegahan terus dilakukan berbagai pihak baik Pemerintah DKI Jakarta dan elemen masyarakat yang peduli lingkungan. Pemerintah Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta telah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub)  No 37 tahun 2009 tentang Kenaikan Pajak Air Bawah Tanah. Salah satu tujuan Pergub ini adalah membatasi pengambilan air tanah oleh warga. Sayangnya hingga saat ini Pergub No 37 tahun 2009 tersebut belum dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah. Sehingga masih banyak warga yang melanggar Pergub tersebut. Ke depan Pemerintah DKI diharapkan untuk lebih tegas dan konsisten menerapkan Pergub terseut. 

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi warganya, Pemerintah DKI Jakarta melalui PDAM telah menunjuk PT Aetra Air Jakarta untuk penyediaan air bersih perpinaan. PT Aetra Air Jakarta adalah nama baru daru PT Themes PAM Jaya (TPJ). Perusahaan ini telah mendapat hak dari Perjanjian Kerjasama dengan PAM Jaya, untuk mengelola, mengoperasikan dan memelihara sistem penyediaan air bersih. Wilayah operasional PT Aetra Air Jakarta adalah wilayah Jakarta sebelah timur sungai Ciliwung. Perusahaan ini memiliki visi yang sangat mulia yakn menjadi Penyedia Layanan Air Minum Terdepan di Indonesia.

Sebagai Bloger kita bisa ikut berperan aktif dalam menyelamatkan air tanah Jakarta. Upaya yang bisa kita lakukan adalah menyampaikan informasi tentang dampak negatif pengambilan air tanah yang berlebihan. Melalui blog, facebook, twitter atau media sosial lainnya, kita sebarkan informasi ini. Kemudian menghimbau kepada warga Jakarta agar menggunakan air bersih perpipaan dari PT Aetra Jakarta. Dengan demikian warga Jakarta bisa memperole air bersih yang terjamin kualtasnya. Di saat yang sama, warga juga telah melakukan upaya penyelamatan air tanah Jakarta.

Daftar Referensi:
2.      www.aetra.co.id
3.      www.esdm.go.id
4.      Heruhendrayana.staff.ugm.ac.id/web/down/dampakabt.pdf

Monday, September 14, 2015

Membuat Blog itu Mudah, Update-nya yang Susah

Dalam sebuah sesi pelatihan menulis, di akhir acara Moderator bertanya kepada para peserta: “Siapa yang sudah punya blog pribadi?” Tidak sampai separuh peserta yang mengangat tangannya. Moderator kemudian melanjutkan pertanyaan berikutnya: “Siapa yang sudah punya akun di Kompasiana?” Terlihat semakin sedikit peserta yang mengangkat tangannya.

Saya sebagai salah satu peserta pelatihan yang sudah punya keduanya. Karena itu tak heran jika akhirnya beberapa teman bertanya kepada saya. “Bagaimana sih caranya buat blog?” Saya jawab bahwa membuat blog itu mudah. Tinggal buka situs blog tersebut dan mendaftar. Misalnya untuk blogspot, maka buka www.blogger.com kemudian melakukan pendaftara. Begitu juga untuk Kompasiana, buka www.kompasiana.com kemudian melakukan pendaftaran.

Bagaimana caranya mendaftar? Gampang, tinggal klik daftar atau register, selanjutnya tinggal mengisi data yang diminta.

Jadi sebenarnya membuat blog itu mudah alias gampang. Yang sulit itu meng-update-nya atau mengisi blog tersebut dengan tulisan. Ini yang sering dialami banyak blogger, termasuk saya. Alhamdulillah, saya bersyukur hari ini bisa meng-update blog dengan tulisan ini.

Selamat nge-Blog

Sumber Foto: Google

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...