Wednesday, November 18, 2009
DEPOK, DARI MASA KE MASA (2)
Depok adalah sebuah kota madya di propinsi Jawa Barat. Sebelum menjadi kota madya, Depok dulunya adalah sebuah kecamatan yang masuk wilayah kawedanaan Parung, kabupaten Bogor. Letak kota Depok sangat strategis karena menghubungkan antara Jakarta dengan Bogor. Karena lokasinya yang strategis, maka Depok menjadi pilihan untuk membangun berbagai sarana dan fasilitas umum. Beberapa kompleks Perumahan dibangun oleh Perumnas. Pemerintah juga membangun Universitas Indonesia (UI) di Pondok Cina, Depok. Setelah dibangunnya perumahan dan juga UI, maka perkembangan Depok tak terelakan lagi.
Melalui Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1981, Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok yang diresmikan pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menterai Dalam Negeri waktu itu yakni H. Amir Machmud. Kota Administratif Depok terdiri dari tiga kecamatan dengan 17 desa, yaitu Pancoran Mas (Depok, Depok Jaya, Pancoran Mas, Mampang, Rangkapan Jaya, Rangkapan Jaya Baru), Sukmajaya (Mekarjaya, Sukmajaya, Sukamaju, Cisalak, Kalibaru, Kalimulya, dan Beji (Beji, Tanah Baru, Kemiri Muka, Kukusan, dan Pondok Cina).
Ketika menjadi kota administatif, terus berlangsung dengan begitu cepat dan pesatnya.Di bidang pemerintahan misalnya, semua desa berubah status menjadi kelurahan. Selain itu juga terjadi pemekaran beberapa kelurahan. Di kecamatan Beji, kelurahan Beji dimekarkan menjadi dua kelurahan yaitu kelurahan Beji dan Beji Timur. Dengan demikian, kecamatan Beji yang tadinya terdiri dari lima kelurahan berkembang menjadi enam kelurahan. Sementara Kecamatan Sukmajaya yang tadinya terdiri dari enam kelurahan berkembang menjadi sebelas kelurahan. Sebelas kelurahan tersebut adalah Mekarjaya, Sukmajaya, Abadijaya, Baktijaya, Sukamaju, Kalimulya, Kalibaru, Cisalak, Cilodong, Jatimulya, dan Tirtajaya. Sedangkan kecamatan Pancoran Mas tetap dengan enal kelurahan.
Kota administratif Depok terus berkembang pesat. Beberapa kompleks perumahan terus dibangun oleh para pengembang. Berbagai pusat perbelanjaan juga dibangun. Maka jumlah penduduk pun terus bertambah. Seiring perkembangan yang cukup cepat dan adanya aspirasi dan tuntutan dari masyarakat, Depok berubah status menjadi Kotamadya. Kotamadya Depok diresmikan pada tanggal 27 April 1999.
Kotamadya atau kota Depok terdiri dari enam kecamatan dan 24 kelurahan serta 39 desa yaitu;
1. Kecamatan Pancoran Mas
Kelurahan Pancoran Mas, Kel. Depok, Kel. Depok Jaya, Kel. Mampang, Kel. Rangkapan Jaya, Kel. Rangkapan Jaya Baru, dan Desa Cipayung, Des. Cipayung Jaya, Des. Ratu Jaya, Des. Pondok Terong, serta Des. Pondok Jaya.
2. Kecamatan Sukmajaya
Kelurahan Sukmajaya, Kel. Mekarjaya, Kel. Abadijaya, Kel. Baktijaya, Kel. Sukamaju, Kel. Kalimulya, Kel. Kalibaru, Kel. Jatimulya, Kel. Tirtajaya, Kel. Cisalak, dan Kel. Cilodong,
3. Kecamatan Beji
Kelurahan Beji, Kel. Beji Timur, Kel. Kemiri Muka, Kel. Pondok Cina, Kel. Tanah Baru, dan Kel. Kukusan.
4. Kecamatan Cimanggis
Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung.
5. Kecamatan Sawangan
Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan, Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.
6. Kecamatan Limo
Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.
Tahun 90-an, Depok masih sepi dan lengang. Tidak seperti sekarang, Depok macet luar biasa. Jalan-jalan di Depok saat itu masih sepi, lengang. Di tahun 1992, ketika penulis sedang membonceng sepeda motor di Jalan Margonda Raya guna mengantar surat dinas, hampir saja tersenggol mobil yang melaju sangat kencang. Ya, saat itu mobil dan motor yang melintasi Margonda Raya hampir dipastikan melaju dengan kecepatan tinggi karena kondisi jalan yang sepi.
Terminal Depok waktu itu belum ada. Jalan Nusantara Raya, dekat simpang lima menjadi tempat ngetem kendaraan ke berbagai jurusan khususnya Metromini Depok – Pasar Minggu. Jadi semacam terminal bayangan atau terminal sementara. Meski Metromini masuk dan melewati jalan Nusantara Raya namun tidak menimbulkan kemacetan. Mungkin karena angkot waktu itu masih bisa dihitung dengan jari. Tak terbayang seandainya sekarang Metromini masih melewati Nusantara. Kendaraan yang akan menuju Sawangan, Pitara, atau Tanah Baru harus mengantri lima belas menit hingga setengah jam untuk melewati lampu merah simpang lima.
Simpang lima Depok? Simpang lima atau simpang enam?
Bersambung
Sumber Referensi:
- www. depok.go.id
- id.wikipedia.org
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Daftar Bupati Purbalingga
DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...
-
Dulu, sekian tahun yang lalu di rumah masih ada Kompor yang berbahan bakar minyak tanah. Untuk keperluan masak memasak, istri menggunakan...
-
“Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda”, begitu tagline sebuah iklan parfum yang pernah nongol di televisi beberapa ta...
-
Sejarah Purbalingga: Ki Tepus Rumput Foto: Makam Medang (Dok. arifsae.com) Sejarah Purbalingga dimulai dari masa kerajaan Pajang pa...
No comments:
Post a Comment