Friday, December 04, 2015

Updatelah Blog Anda Minimal Satu Kata


Dalam sebuah sesi pelatihan menulis, salah seorang instruktur yaitu Pak Dodi Mawardi berpesan kepada para peserta Pelatihan Menulis Laskar Pena Hijau 2015 untuk membuat blog. Selain itu Pak Dodi Mawardi juga berpesan agar setelah memiliki blog maka jangan lupa untuk meng-update-nya.

“Jangan biarkan blog Anda sepi seperti kuburan. Updatelah blog Anda. Jika masih belum bisa menulis, isilah blog Anda dengan puisi. Jika tidak bisa menulis puisi, tulislah satu buah kalimat saja. Jika masih tidak bisa juga, updatelah blog Anda dengan minimal satu kata”, begitu pesan penulis buku Belajar Goblog dari Bob Sadino.

Pesannya benar dan jelas namun sekaligus menyentil. Masak seorang penulis, seorang bloger hanya bisa menulis cuma satu kata. Padahal di jaman sekarang ini, setiap orang ber-SMS-an atau ber-WhatshApp-an setiap hari. Sehari bisa sms atau WA dua tiga kali bahkan mungkin lebih. Setiap kali SMS atau WA paling tidak lima kata. Jika demikian maka lima kali tiga sama dengan lima belas kata. Itu hanya perkiraan dan diambil minimal. Pada fakta dan kenyataannya pasti lebih dari itu.

Jika sehari seseorang bisa SMS atau WA sampai lima belas kata, maka berarti dia bisa menulis sebanyak itu. Itu artinya menulis memang mudah, semudah ber-SMS atau WA. Maka tidak ada lagi alasan bagi seorang penulis atau bloger untuk tidak meng-update blognya.


Salam nge-Blog.

Tuesday, December 01, 2015

Jangan Biarkan Blog Anda Mati Suri


Tulisan ini masih berkenaan dengan bagaimana “memelihara” blog. Sebelumnya saya sudah menulis tentang gampangya membuat blog, namun meng-updatenya yang tidak mudah. Kenapa meng-update blog itu saya katakan tidak mudah?

Pertama tentu berdasarka pengalaman saya sendiri. Saya punya beberapa blog namun seringkali terbengkalai. Lama didiamkan dan tidak di-update. Kedua, pengalaman saya rupanya juga banyak dialami oleh bloger lain. Karena berbagai alasan, banyak bloger yang membiarkan blog-nya tanpa diupdate.

Berbagai alasan tersebut antara lain tidak ada waktu karena sibuk kerja,  tidak ada ide dan bingung mau menulis apa. Jika itu alasan dan masalahnya, mari kita coba mencari jalan keluarnya.      

Pertama, jika kita sibuk kerja di kantor. Hal ini memang sangat dimaklumi. Apalagi di jaman sekarang di mana tuntutan kerja semakin tinggi. Berangkat pukul enam pagi pulang pukul delapan malam. Bahkan mungkin ada yang lebih pagi berangatnya dan lebih malam pulangnya. Kalau sudah begitu, bagaimana menyempatkan diri untuk meng-update blog?

Caranya, sempatkan waktu barang lima hingga sepuluh menit, saat sebelum berangkat, atau waktu istirahat di kantor, atau saat rehat sebelum tidur. Gunakan waktu tersebut untuk menulis dan meng-udate blog. Hal itu bisa dilakukan dua hari sekali, tiga hari sekali atau minimal seminggu sekali. Ingat, menulis blog tidak harus banyak dan tidak harus serius. Santai aja Bro.....

Kedua, jika tidak ada ide dan bingung mau menulis apa. Untuk mengatasi masalah ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengubah mindset. Jangan punya pikiran bahwa menulis blog itu seperti menulis proposal, makalah, karya ilmiah apalagi skripsi atau tesis. Meulis di blog juga bukan seperti menulis opini atau karangan khas untuk media mainstrem seperti koran.

Blog yang berasal dar kata web dan log adalah media baru yang mirip buku diary di jama dulu. Bedanya jika diary biasanya bersifat pribadi dan hanya penulisnya yang bisa membaca, blog bisa dibaca oleh siapa saja. Karena itu, sebenarya menulis blog itu mudah. Semudah menulis diary atau buku catatan harian.

Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk bingung mau menulis apa. Menulislah seperti menulis buku catatan harian. Misalnya hari ini saat berangkat kerja bertemu dengan orang-orang yang arogan di jalan raya misalnya. Boro-boro berempati, bahkan jalan raya pun seolah milik mereka. Itu menarik dan jika ditulis bisa jadi tiga atau empat paragraf. Lumayan.

Atau di tempat kerja, kita berinteraksi dengan orang-orang yang sok suci namun bermuka dua misalya. Itu juga menarik untuk ditulis. Suci dan bermuka dua itu kontradiktif dan ambigu. Karena jika orang yang suci beneran pastinya dia bermuka hanya satu. Sebaliknya, jika orang yang bermuka dua itu bukanlah orang suci beneran. Ya, sok suci itu memang hak mereka, hak semua orang untuk menganggap dirinya suci. Tapi ingat, sok suci, bukan berarti suci beneran. Jika tema ini ditulis, bukan tak mungin bisa menjadi lima hingga tujuh alinea. Bahkan mungkin berlembar-lembar ukuran kertas A4.

Dan masih banyak lagi. Anda suka musik, film, sepak bola, berita politik, traveling, ata sinetron? Itu juga bisa menjadi bahan tema tulisan di blog. Selain itu tentu masih ada lagi yang bisa dijadikan tulisan untuk dimuat atau diposting di blog.


Dalam sebuah kesempatan, Kang Dodi Mawardi berpesan kepada para peserta Pelatihan Menulis Laskar Pena Hijau 2015. “Jangan biarkan blog Anda sepi seperti kuburan. Updatelah blog Anda. Jika masih belum bisa menulis, isilah blog Anda dengan puisi. Jika tidak bisa menulis puisi, tulislah satu buah kalimat saja. Jika masih tidak bisa juga, updatelah blog Anda dengan minimal satu kata”. 

Jadi, jangan biarkan blog Anda mati suri. Updatelah sesering mungkin, syukur-syukur bisa setiap hari atau minimal seminggu sekali. "Ala bisa karena biasa" begitu kata pepatah.

Selamat mencoba. Salam nge-Blog.

Monday, November 23, 2015

Bukan Sekadar Membuat, Namun Bagaimana Meng-update Blog itu?

Sebelumnya saya pernah menulis tentang mudahnya membuat blog dan susahnya meng-update. Tulisan itu tertangal 14 September 2015. Berikutnya hanya satu tulisan yang diupdate tanggal 25 September 2015. Itu pun tulisan lomba yang diadakan PT AETRA, perusahaan Air Minum rekanan PDAM Jakarta. Setelah itu praktis saya belum meng-update blog ini hingga tulisan ini dibuat.

Jadi memang benar bahwa membuat blog itu mudah namun meng-update-nya yang sulit. Padahal kalau saya ingat-ingat, saya membuat blog mulai tahun 2007 itu sebagai sarana untuk berlatih menulis. Caranya adalah dengan meng-update blog sesering mungkin, sebanyak mungkin. Namun apa hendak dikata, semangat besar namun tenaga kurang. Dan ternyata, semangat saja tidak cukup.

Saking semangatnya belajar menulis, saya membuat banyak blog. Setiap layanan blog gratis saya coba membuatnya. Mulai dari Multiply, Blogdrive, Blogsome, My Opera, Livejournal, Blogspot, Wordpress, Dag Dig Dug, Blog Detik dan terakhir Kompasiana. Multiply kini berubah menjadi blog berbayar. Sebelum perubahan itu, Multiply memberitahu para pengguna sehingga saya sempat memindahkan tulisan saya ke Blogspot.

Blogdrive, Blogsome dan My Opera saya tidak tahu kabarnya. Blog Livejournal saya masih ada namun belum pernah update dan sering lupa pasword. Dag Dig Dug adalah blog keroyokan yang nasibnya saya juga tidak tahu lagi. Di Blog Detik saya ngos-ngosan jadi saya menyerah dan menyatakan mundur. Praktis sekarang saya hanya aktif di blogspot, wordpress dan kompasiana.

Ketika menulis ini, saya sedang “ngiler” dengan Indonesiana, blog keroyokan milik Tempo. Kepengin mendaftar dan punya akun di Indonesiana. Namun saya harus realistis. Sebelum mendaftar, saya harus bertaya pada diri sendiri, seberapa mampu saya bisa meng-update blog itu nantinya?”   


Salam nge-Blog.

Friday, September 25, 2015

Bersama Aetra, Kita Selamatkan Air Tanah Jakarta



Untuk memenuhi kebutuhan air  baik untuk minum, mencuci dan kebutuhan lainnya, warga Jakarta umumnya menggunakan air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Untuk mengambil Air tanah Jakarta warga membuat sumur pantek atau dengan mesin air jetpam. Selain itu, sebagian warga Jakarta ada yang memilih menggunakan air bersih perpiaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kebanyakan warga lebih memilih membuat sumur sendiri dari pada harus berlangganan air dari PAM. Warga menganggap hal itu lebih hemat karena hanya dibutuhkan biaya saat pembuatan sumur saja. Berbeda kalau berlangganan air dari PDAM. Selain menyiapkan biaya saat pemasangan instalasi,  warga juga harus mengeluarkan biaya langganan setiap bulan.

Padahal pendapat itu sesungguhnya tidak tepat. Karena dengan berlangganan air bersih perpipaan, warga akan mendapatkan air bersih yang terjamin kualitasnya. Sedangkan air tanah Jakarta tidak ada jaminan kalau air itu bersih dan layak pakai. Sering ditemukan air tanah Jakarta yang keruh dan bau. Bahkan sering juga ditemukan ar tanah jkarta yang mengandung bakteri dan mineral yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Selain itu kebanyakan masyarakat juga belum mengetahui dampak negatif dari pengambilan air tanah yang berlebihan. Jika dibiarkan, maka dampak negatif tersebut akan merugikan warga Jakarta sendiri. Ada beberapa dampak negatif yang perlu diketahui jika pengambilan air tanah Jakarta terus dilakukan. Dampak negatif tersebut antara lain turunya permukaan tanah atau land subsidance dan intrusi air laut.

Pengambilan air tanah yang terus menerus dan berlebihan akan mengakibatkan turunnya permukaan tanah atau land subsidance. Jika hal itu terus terjadi maka akan sangat berbahaya bagi warga Jakarta sendir. Selain banjir, juga akan mengakibatka kerusakan pada bangunan fisik gedung-gedung yang ada di Jakarta. 

Dampak negatif lainnya yakni intrusi air laut. Pengambilan air tanah yang terus menerus akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan hidrostatik antara air tanah tawar dan air tanah asin (air laut) di daerah pantai. Jika hal itu maka akan mengakibatkan pergerakan air tanah asin (air laut) menuju ke daratan dan terjadilah intrusi air laut. Jika ini terjadi maka air tanah yang tadinya layak minum mengalami degradasi mutu dan menjadi tidak layak untuk diminum.

Mengingat dampak negatif tersebut, maka penggunaan air tanah di Jakarta harus segera dibatasi atau bahkan dihentikan. Menurut data dari Badan Geologi, ESDM, neraca Air Tanah Jakarta saat ini adalah, potensi air tanah 52 juta m3/tahun. Sedangkan pengambilan air tanah 21 juta m3/tahun atau sebesar 40%. Seharusnya pengambilan air tanah maksimal 20%. Sehingga kondisi pengambilan air tanah di Jakarta dikategorikan kritis karena sudah melampaui batas maksimal.
 
Upaya pencegahan terus dilakukan berbagai pihak baik Pemerintah DKI Jakarta dan elemen masyarakat yang peduli lingkungan. Pemerintah Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta telah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub)  No 37 tahun 2009 tentang Kenaikan Pajak Air Bawah Tanah. Salah satu tujuan Pergub ini adalah membatasi pengambilan air tanah oleh warga. Sayangnya hingga saat ini Pergub No 37 tahun 2009 tersebut belum dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah. Sehingga masih banyak warga yang melanggar Pergub tersebut. Ke depan Pemerintah DKI diharapkan untuk lebih tegas dan konsisten menerapkan Pergub terseut. 

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi warganya, Pemerintah DKI Jakarta melalui PDAM telah menunjuk PT Aetra Air Jakarta untuk penyediaan air bersih perpinaan. PT Aetra Air Jakarta adalah nama baru daru PT Themes PAM Jaya (TPJ). Perusahaan ini telah mendapat hak dari Perjanjian Kerjasama dengan PAM Jaya, untuk mengelola, mengoperasikan dan memelihara sistem penyediaan air bersih. Wilayah operasional PT Aetra Air Jakarta adalah wilayah Jakarta sebelah timur sungai Ciliwung. Perusahaan ini memiliki visi yang sangat mulia yakn menjadi Penyedia Layanan Air Minum Terdepan di Indonesia.

Sebagai Bloger kita bisa ikut berperan aktif dalam menyelamatkan air tanah Jakarta. Upaya yang bisa kita lakukan adalah menyampaikan informasi tentang dampak negatif pengambilan air tanah yang berlebihan. Melalui blog, facebook, twitter atau media sosial lainnya, kita sebarkan informasi ini. Kemudian menghimbau kepada warga Jakarta agar menggunakan air bersih perpipaan dari PT Aetra Jakarta. Dengan demikian warga Jakarta bisa memperole air bersih yang terjamin kualtasnya. Di saat yang sama, warga juga telah melakukan upaya penyelamatan air tanah Jakarta.

Daftar Referensi:
2.      www.aetra.co.id
3.      www.esdm.go.id
4.      Heruhendrayana.staff.ugm.ac.id/web/down/dampakabt.pdf

Monday, September 14, 2015

Membuat Blog itu Mudah, Update-nya yang Susah

Dalam sebuah sesi pelatihan menulis, di akhir acara Moderator bertanya kepada para peserta: “Siapa yang sudah punya blog pribadi?” Tidak sampai separuh peserta yang mengangat tangannya. Moderator kemudian melanjutkan pertanyaan berikutnya: “Siapa yang sudah punya akun di Kompasiana?” Terlihat semakin sedikit peserta yang mengangkat tangannya.

Saya sebagai salah satu peserta pelatihan yang sudah punya keduanya. Karena itu tak heran jika akhirnya beberapa teman bertanya kepada saya. “Bagaimana sih caranya buat blog?” Saya jawab bahwa membuat blog itu mudah. Tinggal buka situs blog tersebut dan mendaftar. Misalnya untuk blogspot, maka buka www.blogger.com kemudian melakukan pendaftara. Begitu juga untuk Kompasiana, buka www.kompasiana.com kemudian melakukan pendaftaran.

Bagaimana caranya mendaftar? Gampang, tinggal klik daftar atau register, selanjutnya tinggal mengisi data yang diminta.

Jadi sebenarnya membuat blog itu mudah alias gampang. Yang sulit itu meng-update-nya atau mengisi blog tersebut dengan tulisan. Ini yang sering dialami banyak blogger, termasuk saya. Alhamdulillah, saya bersyukur hari ini bisa meng-update blog dengan tulisan ini.

Selamat nge-Blog

Sumber Foto: Google

Saturday, March 21, 2015

Save Etika Sopan dan Santun

Akhir-akhir ini hati saya dibuat resah. Hampir setiap hari, baik di Medsos maupun di media mainstream, saya membaca sebuah argument yang menurut saya menyesatkan. “Dari pada bersikap sopan, santun penuh etika, tetapi penipu dan mencuri uang rakyat, lebih baik kasar, garang dan tak beretika, namun membela kebenaran dan melawan koruptor atau pencuri uang rakyat”. Argumen ini sedang ramai diperbincangkan masyarakat belakangan ini.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan argument itu. Namun saya sebagai orang tua dan orang yang bekerja di dunia pendidikan, sangat resah dibuatnya. Bukan tidak mungkin banyak orang yang akan salah mengambil kesimpulan dari argument tersebut. Bisa saja orang akan menyimpulkan bahwa orang yang sopan, santun dan beretika itu penipu, pembohong dan mencuri uang rakyat. Sebaliknya, orang yang garang, keras dan tak beretika itu pasti orang yang baik. Orang yang seperti itulah yang membela kebenaran dan melawan koruptor.

Masih Perlukan Etika, Sopan dan Santun?

Berawal dari perseteruan antara Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok dengan DPRD DKI terkait anggaran Pemda DKI tahun 2015. Ahok menuduh DPRD menyelipkan anggaran siluman yang nilainya tak sedikit, 12,1 T. Ahok berang, DPRD pun tak terima tuduhan itu. Ketika perseteruan semakin memanas, pihak Kemendagri pun turun tangan.

Setelah melakukan pertemuan dengan kedua belah pihak secara terpisah, Kemendagri mempertemukan keduanya tanggal 5 Maret 2015 lalu. Tujuannya adalah untuk mencari titik temu dan kesepakatan. Dalam mediasi tersebut, Sekjen Kemendagri, Yuswandi A. Tumenggung bertindak sebagai mediator.

Sayang pertemuan tersebut menemui jalan buntu setelah tidak tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak. Lebih dari itu, berakhir ricuh. Ahok marah-marah dengan jari tangannya menunjuk-nunjuk kea rah anggota DPRD. Sebaliknya, beberapa anggota DPRD juga berbicara lantang kepada gubernur Ahok. Bahkan konon sempat terdengan teriakan tidak etis di ruang pertemuan itu.

Melawan Ngantuk dengan Menulis

Obat ngantuk umumnya cuma dua, ngopi atau tidur. Bagaimana kalau kita cari obat yang lain. Apa itu? Menulis. Ya benar, menulis. Memang terasa ganjil, aneh dan sepertinya tidak mungkin. Jangankan menulis yang butuh konsentrasi dan pemikiran dalam, untuk menjaga mata tetap melek saja butuh perjuangan yang berat. Bagaimana bisa?

Bisa, caranya lakukan menulis dengan segera. Bergegaslah ke depan komputer atau laptop dan nyalakan. Mulailah menulis apa saja. Masalah berikutnya yang akan dihadapi adalah soal ide, mau menulis apa. Ini memang tidak mudah apalagi dalam kondisi sedang mengantuk. Namun tidak usah khawatir, pastikan dulu semangat untuk menulis. Ingat pesan para penulis senior, menulislah apa yang ada di pikiran. Sengantuk-ngantuknya orang, pasti tetap ada yang dipikirkan. Apa pun itu, tulis saja.

Mungkin sebelum ngantuk sempat memikirkan cicilan motor atau mobil yang belum sempat terbayarkan. Itu ide bagus dan bisa dikembangkan. Kita bisa menulis tentang bagaimana pesatnya perkembangan bisnis lising dan pembiayaan kendaraan bermotor. Bisa juga menulis tentang  bagaimana menciptakan atau mencari peluang bisnis sampingan agar mendapat dana tambahan untuk membayar angsuran kredit kendaraan bermotor.

Sesungguhnya Menulis itu Sulit (4)

Karena banyak orang bilang menulis itu gampang, maka saya pun semangat untuk menulis. Bermodal membaca koran, nonton televisi dan browsing internet, inspirasi pun bermunculan. Ide dan gagasan sudah sudah di kantong. Semangat pun sudah menyala. Tunggu apa lagi. Setelah segala perlengkapan disiapkan termasuk secangkir kopi plus ubi rebus, mulailah saya menulis.

Tak tik tok, tak tik tok, bunyi tuts laptop Toshiba keluaran empat tahun silam. Satu kalimat pembuka lancar. Disusul kalimat-kalimat berikutnya hingga tersusun dua alinea. Begitu masuk ke alinea ketiga, baru satu kalimat mandeg. Dua tiga menit ditunggu-tunggu nggak keluar juga itu kalimat. Buntu. Orang Depok bilang itu namanya Writer’s Block.

Apa itu Writer’s Block? Menurut Brahmanto Anindito dalam tulisannya, “Banyak Jalan untuk Merontokkan Writer’s Blok,” di warungfiksi.net, Writer’s Block adalah fenomena hilangnya secara sementara kemampuan seorang penulis dalam memulai atau melanjutkan tulisannya. Fenomena macet saat menulis ini bukan hanya dialami oleh penulis pemula, bahkan penulis profesional pun pernah mengalaminya.

Friday, March 06, 2015

Menulis dan Lupakanlah!

Menulis di Kompasiana tentu punya tujuan dan keinginan agar tulisannya banyak dibaca orang. Target atau sasaran utama adalah tulisan bisa nangkring di HadLine (HL). Kalau itu terjadi, maka betapa bangga dan hati berbunga-bunga. Atau kalau pun itu nggak tidak tercapai penulis akan puas kalau jumlah pembaca tulisannya mencapai ratusan orang bahkan ribuan.

Atas dasar itulah, maka banyak Kompasianer yang memang expert dan ahli memberikan tips-tipsnya. Seperti misalnya Dean Ridone dalam tulisan  Mau Tulisan Kita di-HL atau Boneka Lilin dengan tulisannya Trik Agar Tulisan di Kompasiana Menjad HL.  Ada juga tulisan Pak Gunawan, Bagaimana Supaya Tulisan HL dan masih banyak lagi tulisan yang berisi tips-tips agar tulisan bisa masuk menjadi HeadLine (HL).  Silakan baca, pelajari dan praktikan. Jika rajin dan tekun mempelajarinya serta dan telaten mempraktikkannya, insya Allah berhasil.

Sesungguhnya Menulis itu Sulit (3)

Kesulitan ketiga yang biasanya dihadapi calon penulis adalah membuat tulisan yang baik dan menarik. Banyak orang telah melewati kesulitan pertama dan kedua. Dia sudah mampu menemukan ide dengan mudah. Begitu juga mengolah dan mengembangkannya. Namun tidak sedikit orang yang menulis asal menulis. Jangankan menarik, menyusun rangkaian kata dan kalimat saja masih berantakan. Kalimat-kalimat yang sangat panjang, tidak jelas batas antar alinea, bahkan masih banyak yang belum bisa membedakan antara kata depan dan awalan.

Sebagai seorang editor di sebuah harian online berbasis pewarta warga, saya sering menemukan kesalahan-kesalahan yang sangat mendasar. Ada penulis yang menulis sebuah kalimat yang sangat panjang hingga satu alinea hanya berisi satu kalimat. Ada lagi penulis yang belum bisa membedakan mana di yang awalan mana di yang kata depan, sehingga penggunaannya terbalik-balik. Kesalahan lainya adalah sebuah alinea yang berisi dua atau lebih pokok bahasan. Bahkan masih ada juga penulis yang belum paham dalam penggunaan huruf kapital untuk nama orang, nama kota dan sebagainya.

Ibarat sebuah masakan, tidak cukup hanya sekadar dimasak dan kemudian dihidangkan begitu saja. Masakan yang enak akan terlihat dari tampilan dan tercium dari aromanya. Jika tampilan dan aromanya saja sudah heemm, orang tentu akan tertarik untuk mencicipinya. Begitu pun dengan sebuah tulisan. Bagaimana orang akan tertarik untuk membacanya, jika susunan kata dan kalimatnya sudah berantakan? Orang akan mengabaikan bahkan mungkin mencapakan tulisan seperti itu. Boro-boro bisa dimuat di media massa atau dibukukan, editor pun akan enggan untuk membacanya.

Kalau begitu menulis itu ternyata sulit yah? Ya, untuk menulis yang baik dan menarik itu memang tidak mudah. Dibutuhkan keterampilan dan  pengetahuan dasar tentang tata bahasa. Namun jangan khawatir karena untuk mengatasi hal itu sangatlah gampang dan sederhana. Keterampilan otomatis akan diperoleh siapa saja yang rutin berlatih menulis. Jadi, agar terampil menulis, ya harus rajin dan terus-menerus menulis. Menulis apa saja.

Pengetahuan tata bahasa juga sebenarnya bukanlah perkara baru. Sejak di SD, SMP dan SMA kita selalu ketemu pelajaran Bahasa Indonesia. Ingat-ingat itu, semua pasti telah kita pelajari. Jika lupa, coba cari dan baca buku-buku itu di Perpustakaan. Kalau tidak ketemu juga, cari di Toko Buku. Kalau tidak ada juga, sekarang jaman online, cari di google. Gampang.

Jika kita telah terampil menulis dengan sedikit pengetahuan kebahasaan, tulisan kita akan lebih baik dan insya Allah menarik.

Salam Menulis.

Wednesday, February 25, 2015

Menulis Sambil Nunggu Pak Debong

Meski banyak orang mengatakan bahwa menulis itu mudah, saya punya pendapat sebaliknya. Mungkin mereka yang mengatakan menulis itu mudah karena sudah terbukti menghasilkan banyak karya yang berkualitas. Jadi tidak salah mereka mengatakan demikian. Saya yang karyanya bisa dihitung dengan jari, itu pun asal tulis, ya harus jujur bahwa menulis itu tidak mudah. Tidak mungkin saya harus berbohong demi menutupi rasa malu sehingga harus mengatakan menulis mudah.

Dengan kejujuran inilah saya justru merasa termotivasi untuk terus mencoba dan mencoba menulis. Saya punya akun blog pribadi di blogspot, wordpres dan kompasiana yang senantiasa menununggu untuk di-update. Silakan tengok, namun jangan heran kalau mereka seperti rumah yang tidak terawatt. Terbengkalai, begitulah. Karena itu, dengan sisa-sisa energi usai pulang kerja, saya paksa untuk menulis. Tak ada cara lain untuk bisa produktif menulis, kecuali dengan cara menulis. Menulis apa saja, termasuk menulis tulisan ini.

Usai sholat maghrib dilanjut membaca beberapa ayat suci Al Qur’an, saya langsung nyalakan laptop. Sambil gonta-ganti chanel antara MetroTV dan TV-One, saya paksa diri untuk menulis. Perdebatan seru antara Leo Nababan versus Fadel Mohammad di MetroTV sedikit mengganggu konsentrasi. Kedua kader Golkar tersebut bersikeras bahwa Golkar versinyalah yang paling benar dan sah. Ditambah analisis Hanta Yuda sebagai pengamat politik muda yang cemerlang. Acara yang dipandu Indra Maulana tak pelak menyita perhatian saya sehingga aktifitas menulis terhenti sejenak.

Ketika acara Bincang Metro Petang usai, saya pun segera mengganti chanel ke RCTI. Ternyata Tukan Bubur Naik Haji sudah dimulai. Demi untuk menyaksikan Bapak Drs. Suparno Debong alias Pak Debong, saya pun harus mengakhiri tulisan ini. Selamat malam dan salam menulis.

Tuesday, February 24, 2015

Awas Sabotase!

Kurang lebih sebulan yang lalu saat Banjir melanda Jakarta, tanggal 23 Januari 2015 lalu,  Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok sempat curiga bahwa itu adalah Sabotase. Karena itu, saya jadi tertarik dan ingin tahu, apa itu sabotase? Setelah browsing di google, saya pun dapat penjelasan tentang sabotase yang kemudian saya tuliskan di bawah ini.
Sabotase berasal dari kata “Sabot” yang dalam bahasa Perancis berarti sepatu kayu. Istilah Sabotase mulai popular pada abad 19 masa industri Perancis. Saat itu terjadi pengangguran dan PHK besar-besaran hingga terjadi pengrusakan mesin industri dengan memasukan sepatu kayu ke dalam mesin-mesin industri yang ada.
Untuk memahami makna sesungguhnya dari sabotase, Dermawan Soegandar, seorang Kompasianer menyarankan agar menonton film “Sabotage” yang disutradarai oleh Alfred Hitchcock. Film lawas dengan gambar hitam-putih dan kualitas suara mono akan memberikan gambaran sekaligus pemahaman apa sebenarnya itu sabotase.
Pesan dari film itu sebagaimana ditulis Dermawan Soegandar (30/07-2011) adalah: “There is also a clear message by Hitchcock on sabotage, today terrorism; those so-called martyrs for a cause are in reality misguided devils who end up killing the innocent and helpless instead of the ones their feeble minds believe to be the deceivers and exploiters of the human race.” (Van Buren, Arkansas).
Dalam perkembangannya, Sabotase digunakan dalam dunia politik dan peperangan. Dalam peperangan misalnya, sabotase dilakukan dalam bentuk aktivitas spionase. Target atau sasaran akhirnya adalah untuk menghancurkan musuh atau lawan. Sabotase dapat dilakukan terhadap struktur penting seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain.
Sasaran yang umumnya biasa disabotase antara lain infrastruktur, transportasi, enokomi dan logistik, dan lain-lain. Banyak contoh peristiwa-peristiwa sabotase di masa lalu. Misalnya pada masa  Perang Dunia II, tahun 1939 - 1945, gerakan bawah tanah  di Eropa seperti di Perancis, Polandia, Norwegia, dan lain-lain melakukan sabotase dengan merusak jalan, jembatan, gedung dan lain-lain agar tidak dapat digunakan oleh musuh yakni tentara Nazi dari Jerman.
Sementara pada masa revolusi kemerdekaan RI, para pejuang kemerdekaan melakukan sabotase dengan merusak berbagai fasilitas seperti jalan, jembatan, pabrik, dan lain-lain. Aksi yang dikenal sebagai aksi bumi hangus itu bertujuan agar fasilitas itu tidak bisa digunakan oleh pihak Belanda.
Konon, jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ-100) pada tanggal 9 Mei 2012 juga sebagai akibat tindakan sabotase. Pesawat produksi Russia itu sedang melakukan demo terbang (Joy Flight) untuk kepentingan promosi.Demo terbang pertama berhasil dengan mulus. Disusul dengan demo terbang yang kedua dengan membawa 45 penumpang. Berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, pukul 14.00 WIB. Pada pukul 14.30 petugas ATC Bandara Soekarno-Hatta kehilangan kontak pesawat SSJ-100. Keesokan hari tanggal 10 Mei 2012, reruntuhan pesawat SSJ-100 ditemukan di tebing Gunung Salak. Ada pihak yang menduga jatuhnya pesawat SSJ-100 buatan Russia sebagai sebuah sabotase dari persaingan bisnis pesawat.
Begitu pun ketika hilangnya pesawat Malaysia Airline MH370 yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2014.  Pesawat dengan rute penerbangan Kualalumpur – Beijing dinyatakan hilang dan bahkan tidak diketahui dimana jatuhnya, hingga saat ini. Jelas banyak pihak menduka jatuhnya pesawat itu sebagai sebuah tindakan sabotase. Tentu setiap tindakan sabotase sulit untuk dibuktikan.
Bagaimana dengan pernyataan gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama yang mengatakan bahwa banjir yang terjadi tanggal 23 Januari 2015 lalu  sebagai akibat tindakan sabotase? Mungkin itu sebuah kecurigaan yang terlalu berlebihan. Meski begitu, kita memang tetap harus waspada dan jeli melihat kejadian dan peristiwa yang kita alami atau yang terjadi di sekitar kita. Bukan tak mungkin ada tindakan sabotase walau pun itu dalam skala atau skup yang kecil. Jadi, hati-hati dan waspada itu perlu, tapi tidak boleh sampai curiga.

Dari berbagai sumber, antara lain:
1.   Wikipedia
2.   Google
3.   Dermawan Soegandar, Kompasiana
4.    http://wacana-ngunandiko.blogspot.com/2013/12/sabotase.html

Sesungguhnya, Menulis itu Sulit (2)

Sebelum melanjutkan bahasan ini, terlebih dulu saya ingin menyampaikan bahwa saya tidak bermasud menakut-nakuti para calon penulis dengan judul tersebut. Sebaliknya, saya justru ingin mengurai satu per satu, apa saja sih kesulitan yang dihadapi orang ketika akan menulis? Untuk kemudian mencari solusi atau jalan keluar, bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.
 
Selanjutnya, kesulitan kedua yang dialami saat hendak menulis adalah mengolah dan mengembangkan ide. Ide sudah ada, namun tak sedikit orang yang masih bingung juga, mau diapakan ide itu. Biasanya, ide itu ditulis dalam bentuk sebuah judul ditambah satu dua kalimat. Ketika mau mengembangkannya, banyak penulis yang kebingungan, mandek.
 
Sebenarnya banyak cara untuk mengembangkan ide penulisan. Andrias Harefa dalam bukunya, Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang, memberikan tipsnya. Untuk mengembangkan ide tulisan, seorang penulis harus memiliki buku referensi seperti kamus dan ensiklopedia. Andrias Harefa berpendapat bahwa sebuah ide tulisan bisa dikembangkan menjadi minimal empat alinea. Alinea pertama berisi tentang definisi atau pengertian dari ide tersebut berdasarkan kamus. Alinea kedua berisi tentang tambahan dan pengembangan pengertian ide itu berdasarkan ensiklopedia. Aline ketiga berisi penjelasan tentang perbandingan antara pengertian berdasarkan kamus dengan ensiklopedia. Alinea keempat berisi tentang ulasan pendapat dari pemikiran penulis sendiri. 
 
Cara kedua untuk mengembangkan ide adalah dengan menyusun outline atau kerangka tulisan. Menurut Nurudin dalam bukunya Menulis Artikel itu Gampang, pembuatan outline itu bisa untuk mengatasi kebuntuan dalam pembuatan sebuah tulisan. Selain mempermudah dalam mengembangkan sebuah ide, outline juga berguna untuk membatasi sebuah tulisan agar tidak melebar ke mana-mana.
 
Pada prinsipnya outline adalah sub-sub atau bagian-bagian dari ide dasar. Contoh yang mudah dan sederhana adalah outline dari tulisan ini. Ide dasarnya adalah kesulitan dalam mengembangkan ide. Untuk memudahkan menulis, saya bisa membuat outlie atau kerangka tulisan sebagai berikut:
I.    Alinea Pertama, berisi tentang latar belakang dan alasan penulisan
II.    Alinea Kedua, berisi tentang uraian ide dasar penulisan yakni kesulitan mengembangkan tulisan
III.    Alinea Ketiga, cara mengatasi kesulitan mengembangkan ide penulisan 1
IV.    Alinea Keempat, cara mengatasi kesulitan mengembangkan ide penulisan 2
V.    Alinea Kelima, berisi contoh cara mengembangkan tulisan
VI.    Alinea Keenam, berisi tentang kesimpulan penulis
 
Demikian dua cara mengatasi kesulitan dalam mengembangkan ide tulisan. Pertama, gunakan buuku referensi minimal kamus dan ensiklopedia. Kedua, buat outlie atau kerang tulisan. Setiap penulis punya cara dan kebiasaan masing-masing. Pilihlah cara yang cocok dan mudah dipraktikkan sesuai dengan kebiasaan. Atau, mungkin masih ada cara lain untuk mengembangkan ide tulisan? Silakan cari, praktikan dan terapkan sesuai kebiasaan.
 
Salam Menulis

Sesungguhnya, Menulis itu Sulit (1)

Menulis memang gampang-gampang susah. Banyak orang bilang menulis itu mudah, menulis itu gampang. Namun fakta atau realitanya, tak semudah kata-kata itu. Menulis tak semudah teori yang mengatakan bahwa menulis itu gampang. Mengapa? Ya, karena menulis itu praktik, bukan hanya soal teori.
 
Berdasarkan fakta dan realitas tersebut, maka saya mengatakan bahwa menulis itu sulit. Dari premis tersebut, kita dipicu untuk mencari apa saja sebenarnya kesulitan dalam menulis. Kemudian mencari solusi atau jalan keluar, agar ketika mau menulis tidak mengalami kesulitan.
 
Kesulitan pertama yang biasanya dialami seorang yang akan menulis adalah soal ide. Tidak sedikit orang yang bingung mau menulis apa. Kertas dan pulpen sudah siap di atas meja, Laptop atau Komputer sudah menyala. Namun tiba-tiba saja menjadi seorang yang terdiam seribu bahasa. Padahal semua panca indera, telinga, hidung dan mata telah pula disiagakan. Namun entah kenapa ide tidak mau juga menyapa.
 
Andrias Harefa dalam bukunya, “Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang”, mengatakan bahwa kita perlu mengetahui tempat atau situasi dan aktivitas yang dapat memicu ide kreatif untuk mengarang. Dalam buku yang sama, Andrias Harefa juga mengatakan bahwa pemicu ide ada di mana-mana. Yang dibutuhkan hanyalah suasana hati yang kondusif dan kebiasaan mengamati situasi sekitar.
 
Saya mencoba dan ingin membuktikan tips dan saran dari Andrias Harefa. Di Hari Minggu siang yang cukup panas, begitu saya keluar rumah dan menengadahkan kepala, saya langsung teringat salah satu lagu dari Koes Plus yang beredar tahun tujuh puluhan, Langit yang Biru. Saya langsung mencari lagu itu di Youtube untuk sekadar bernostalgia dengan lagu tersebut. Syair lagu yang indah sebagaimana di bawah ini:

Langit yang biru tanpa awan, luas sejauh pandangan
Alangkah indahnya betapa berkesan
Langit yang biru kau terbentang jauh ke tepian sana
Alangkah luasnya lapang hati kurasa
(Koes Plus, 1975)

Setelah selesai menikmati lagu jadul dari grup band legendaries itu, saya langsung menulis tulisan ini. Jadi, memang benar bahwa suasana hati yang kondusif dan kebiasaan mengamati itu bisa memicu ide dalam menulis.

Salam Menulis.

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...