Tuesday, August 10, 2010

Marhaban Yaa Ramadhan

Alhamdulillah. Hari ini, Rabu (11/8-2010) kita diizinkan oleh Allah SWT untuk bertemu lagi dengan bulan suci Ramadhan 1431 H. Tak ada kata yang lebih pas dan pantas untuk kita ucapkan kecuali rasa syukur, alhamdulillah. Betapa tidak, bulan Ramadhan adalah bulan istimewa dan tidak semua orang bisa berjumpa kembali dengan bulan ini.

Seperti biasa, selain wajib berpuasa, kita umat muslim juga selayaknya mengisinya dengan amal-amal kebaikan. Memperbanyak ibadah-ibadah sunah dan perbuatan baik lainnya. Di bulan Ramadhan, ibadah sunah dihitung setara ibadah wajib. Sementara ibadah wajib dilipatgandakan pahalanya. Subhanallah.

Bulan Ramadhan adalah ladang bagi kita untuk bercocok tanam segala macam ibadah dan kebaikan. Hasilnya, bisa kita panen baik saat kita masih di dunia maupun dan terlebih saat di akhirat nanti.

Marhaban Yaa Ramadhan ......
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1431 H.

Sumber gambar: s286.photobucket.com

Friday, July 02, 2010

Piala Dunia Mulai Seru!

Hari ini, 2 Juli 2010, pertandingan Piala Dunia 2010 Afrika Selatan akan semakin seru. Pasalnya, mulai hari ini akan dipertandingkan babak perempat final. Tinggal delapan tim yang masih bertahan untuk memperebutkan trofi bergengsi itu. Bagi ke delapan tim, tak ada pilihan lain kecuali harus memenangkan pertandingan jika ingin berlaga di partai puncak.

Dari delapan tim yang masih bertahan, lima diantaranya adalah memang tim yang diunggulkan, yakni Spanyol, Brasil, Argentina, Jerman dan Belanda. Sementara tiga tim lainnya adalah tim underdog yang tadinya tidak diperhitungkan yaitu Paraguay, Uruguay dan Ghana. Keberadaan tiga tim kuda hitam di babak perempat final membuat perhelatan piala dunia di Afrika Selatan menjadi semakin menarik.

Brasil akan menghadapi Belanda hari ini (2/7) pukul 21.00 WIB. Pertandingan tersebut disiarkan secara langsung oleh RCTI. Di hari yang sama waktu setempat atau dini hari waktu Indonesia bagian barat, satu-satunya wakil Afrika, Ghana akan menghadapi Uruguay. Pertandingan tersebug juga disiarkan secara langsung oleh RCTI pukul 01.30 WIB.

Pertandingan berikutnya mempertemukan dua tim musuh bebuyutan, Argentina melawan Jerman. Sedangkan tim unggulan lainnya, Spanyol akan menghadapi negara bekas jajahannya Paraguay.

Berikut jadwal pertandingan babak perempat final selengkapnya:

Jum'at, 2 Juli 2010 (RCTI: 21.00 WIB)
Nelson Mandela Bay, Port Elizabeth
Brasil vs Belanda

Sabtu, 3 Juli 2010 (RCTI: 01.30 WIB)
Soccer City, Johannesburg
Ghana vs Uruguay

Sabtu, 3 Juli 2010 (RCTI: 21.00 WIB)
Cape Town, Cape Town
Argentina vs Jerman

Minggu, 4 Juli 2010 (RCTI: 01.30 WIB)
Ellis Park, Johannesburg
Spanyol vs Paraguay

Sunday, June 20, 2010

Piala Dunia Afrika Selatan, Unik dan Penuh Kejutan

Perhelatan akbar Piala Dunia 2010 Afrika Selatan sedang berlangsung. Selama satu bulan penuh, dari 11 Juni hingga 11 Juli 2010, penduduk dunia dilanda ”demam” Piala Dunia. Milyaran penduduk bumi dipastikan mengikuti dan menyaksikan gelaran sepak bola terakbar di dunia, baik langsung maupun melalui layar kaca. Piala Dunia akan menyihir dunia.

Piala Dunia  2010 di Afrika Selatan adalah yang ke-19 sejak hajatan empat tahunan itu mulai digelar tahun 1930 di Uruguay. Afrika Selatan mencatatkan diri dalam sejarah sebagai negara pertama di Benua Afrika yang menjadi tuan rumah Piala Dunia. Meski sebelumnya banyak pihak yang meragukan kesiapan Afrika Selatan untuk menggelar pesta besar, Piala Dunia. Masalah keamanan dan transportasi menjadi sorotan tajam.

Afrika Selatan tak mau menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan oleh federasi sepak bola dunia, FIFA. Negeri yang pernah dikutuk dunia karena politik apartheid itu pun akhirnya mampu menyelenggarakan pesta yang selalu dinanti-nanti pecinta sepak bola di seluruh dunia. Hal itu sekaligus menjawab keraguan yang dikhawatirkan banyak pihak.

Hingga memasuki hari ke-10, penyelenggaraan berlangsung lancar dan aman meski ada satu dua kejadian cukup menyita perhatian. Mulai dari pencurian yang menimpa tim Yunani, Uruguay dan juga beberapa wartawan. Suara bising vuvuzela juga cukup mengganggu para pemain sehingga menyulitkan mereka untuk berkomunikasi di lapangan. Terakhir adalah menyusupnya penonton ke ruang ganti tim Inggris usai Steven Gerrad dan kawan-kawan ditahan imbang 0-0 oleh Aljazair. Namun, semua itu tak sampai mengganggu jalannya Piala Dunia, meski tetap menjadi catatan tersendiri.

Selain itu, di lapangan hijau juga mulai terjadi kejutan. Unggulan pertama Spanyol justru tumbang 0-1 dari tim yang tidak diunggulkan, Swiss di laga perdana. Kejutan kedua terjadi saat Jerman takluk dari Serbia 0-1. Salah satu unggulan lainnya yaitu Inggris juga tampil tak meyakinkan. Dua kali main, Three Lions hanya meraup dua poin hasil dari bermain imbang. Ditahan Amerika Seikat 1-1 dan bermain kacamata 0-0 melawan Aljazair.

Dalam perhelatan Piala Dunia, memang selalu ada hal menarik yang terjadi, baik di bangku penonton, di lapangan hijau maupun di luar lapangan. Apalagi Piala Dunia 2010 dimana Afrika Selatan sebagai tuan rumah memiliki berbagai macam keunikan. Mulai dari tradisi terompet vuvuzela hingga aksi para muti, sebutan bagi dukun di sana yang senantiasa mendukung tim kesayangannya.

Telah ditayangkan di KabarIndonesia

Foto: google

Afrika Selatan, dari Jabulani Hingga Vuvuzela

Afrika Selatan, negeri yang pernah dikutuk dunia karena menerapkan politik apartheid akhirnya mampu menyelenggarakan Piala Dunia 2010. Meski sebelumnya banyak pihak yang meragukan terutama dari segi keamanan dan transportasi. Bertempat di stadion Soccer City, Johannesburg, Piala Dunia 2010 resmi dimulai tanggal 11 Juni 2010 yang lalu. Hajatan sepak bola terbesar di dunia itu akan berlangsung selama satu bulan penuh hingga 11 Juli 2010 mendatang. 

Selama sebulan inilah para pecinta sepak bola di seluruh dunia akan dimanjakan dengan penampilan-penampilan eksotis dari 32 tim peserta putaran final piala dunia. Selama putaran final piala dunia digelar, para pecandu bola akan senantiasa memelototi layar kaca.  Anton Sanjoyo, seorang pengamat sepak bola menyebutnya sebagai bulan keramat pecandu sepak bola.  Sepak bola mampu menyihir separuh lebih penduduk dunia. Itulah sepak bola.

Ketika putaran final Piala Dunia sedang digelar, perhatian dunia mengarah ke Afrika Selatan, tempat berlangsungnya pesta tersebut. Afrika Selatan pantas berbangga karena telah mampu mencatatkan diri dalam sejarah sebagai negara di Benua Afrika pertama yang menjadi tuan rumah piala dunia. Dengan segala keterbatasan, negeri di ujung selatan benua hitam itu mampu menggelar pesta sepak bola terakbar di dunia.

Berbagai hal khas Afrika pun menjadi berita sehari-hari yang kita lihat dan dengar. Mulai dari Jabulani, Waka Waka, hingga Vuvuzela. Jabulani adalah bola resmi yang digunakan pada piala dunia 2010. Jabulani menurut bahasa suku Zulu, Afrika berarti merayakan atau pesta. Bola tersebut diresmikan oleh Presiden FIFA, Sepp Blatter, 4 Desember 2009 di Cape Town. Setelah beberapa pertandingan dilangsungkan, banyak yang mengeluh tentang kualitas bola ini. Bola buatan Adisas ini menjadi kambing hitam atas minimnya gol yang terjadi dan blunder beberapa penjaga gawang. Apa pun alasannya, bola tersebut sudah secara resmi ditetapkan oleh FIFA.

Waka-Waka (This Time for Africa) adalah theme song Piala Dunia 2010 yang dirilis oleh Shakira, artis cantik asal Kolombia. Lagu dengan nuansa etnis Afrika itu hampir setiap hari berkumandang, baik di stasiun-stasiun radio maupun televisi. Sajian-sajian berita seputar piala dunia, selalu diiringi oleh lagu ini. Meski Waka-waka bukan satu-satunya theme song  Piala Dunia 2010. Ada Wavin Flag oleh K'Naan dan Sign of Victory oleh Robert Kelly. Namun menurut Surya Online, Waka-Waka diputar sebanyak 518 kali di 30 radio dan enam televisi. Angka tersebut mengungguli Wavin Flag dan Sign of Victory.

Saat upacara pembukaan dan setiap berlangsungnya pertandingan, suasana stadion selalu bising dengan suara mirip lebah. Para pemain dan pelatih merasa terganggu dengan suara tersebut karena mengganggu komunikasi antara mereka. Suara itu adalah suara terompet khas Afrika Selatan bernama Vuvuzela. Awalnya, vuvuzela terbuat dari tanduk antilop. Di masa lalu, orang Zulu menggunakannya untuk mengundang orang-orang desa untuk berkumpul. Seiring perkembangan, vuvuzela dibuat dari seng dan kemudian dari plastik sebagaimana yang kita saksikan sekarang ini.

Piala Dunia adalah sebuah fenomena dunia. Sementara Afrika Selatan adalah sebuah negara dengan berbagai keunikan dan kekhasannya. Maka jadilah Piala Dunia 2010 menjadi Piala Dunia yang memiliki ciri khas sendiri dibanding piala dunia yang lain. Dari Jabulani hingga Vuvuzela.

Salam olah raga.

Foto: google

Tuesday, June 15, 2010

Tataplah Afrika dan Abaikan yang Lain

Hajatan sepak bola empat tahunan telah dimulai hari Jumat (11/6-2010) di Afrika Selatan. Selama kurang lebih satu bulan, yakni  hingga 11 Juli 2010, milyaran penduduk bumi akan mengarahkan perhatian mereka ke negeri di ujung selatan benua Afrika.

Di negara terkaya di benua hitam itu akan dipertontonkan drama yang dimainkan aktor-aktor bola di lapangan hijau.  Sederet bintang seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Ricardo Kaka, Robinho, Fernando Torres, David Villa, dan Robin van Persie siap menghibur dengan kelihaian mereka dalam mengolah bola.  Tiga puluh dua negara akan beradu taktik dan strategi untuk memperebutkan gelar terbaik di dunia.

Demam piala dunia akan menyerang ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Hari-hari menjelang bergulir, berbagai tempat perbelanjaan, baik di pasar tradisional maupun super market sudah dipenuhi dengan atribut dan pernak-pernik piala dunia. Di berbagai tempat, di kantor-kantor, di pos kamling, di pasar, di kompleks perumahan elit dan di sekitar rumah kontrakan, orang sibuk dan asyik memperbincangkan piala dunia. Bahkan banyak orang yang telah memajang jadwal piala dunia di dinding rumah atau di pos ronda.

Untuk sementara waktu, orang akan melupakan hal-hal lain di luar sepak bola. Kasus Century, Bibit-Chandra, hingga kasus video mesum Ariel Peterpan bersama Luna Maya dan Cut Tari akan segera dikesampingkan. Orang akan lebih memperhatikan piala dunia dibanding hal lain. Maka jangan heran jika banyak orang akan cuek dan tidak tertarik untuk memperbincangkan politik atau hal lain di luar sepak bola. Tak akan ada perbincangan yang hangat dan menarik kecuali sepak bola dan piala dunia.

Brasil, Spanyol, Inggris, Argentina, Italia, Jerman, Belanda dan Afrika Selatan mungkin akan menjadi negara yang paling sering diperbincangkan di seluruh dunia dalam beberapa hari ke depan. Piala Dunia akan menjadi tema perbincangan yang paling menarik. Bagi penggila bola, saat ini tak ada yang lebih menarik selain Piala Dunia.

Jadi untuk sementara waktu, tataplah Afrika Selatan dan abaikan yang lain. Selamat menikmati hiburan terbesar dan terindah di tahun ini, Piala Dunia 2010 Afrika Selatan!

Telah ditayangkan di KabarIndonesia

Tuesday, April 20, 2010

Aroma Sampah di Otista Raya Ciputat

Angkot berwarna putih meluncur di Jalan Otista Raya dari arah Pamulang menuju Ciputat. Di bawah terik matahari yang kian menyengat, angkot itu melaju dengan kencang. Sesampai di tikungan, tepat di depan gerbang masuk pasar Cimanggis, beberapa penumpang khususnya para wanita mulai siap-siap menutup hidung. Mereka sepertinya sudah hafal bahwa sebentar lagi bau menyengat akan segera menghadang. Bau itu datang dari sampah pasar yang menggunung di pinggir jalan, di ujung pasar itu.

Menurut beberapa warga sekitar, kondisi sampah yang menumpuk di pinggir jalan itu sudah terjadi semenjak pasar Cimanggis beroperasi, di tahun 2000. Pasar Cimanggis dibangun Pemerintah tahun 1999 sebagai alternatif bagi warga Ciputat dan Pamulang selain Pasar Ciputat yang sudah ada. Jarak antara kedua pasar itu hanya berkisar 1.5 km.

Selama ini, sampah memang menjadi masalah klasik bagi warga ibu kota Jakarta dan sekitarnya termasuk Ciputat. Sebelum pasar Cimanggis dibangun, sampah di pasar Ciputat juga sudah menjadi permasalahan karena selalu menumpuk di pinggir jalan. Setelah diangkut, sehari kemudian sampah sudah menggunung lagi di sana, begitu seterusnya.

Maka tak heran jika saat Ciputat lepas dari kabupaten Tangerang dan bergabung dengan enam kecamatan lain menjadi Kota Tangerang Selatan, banyak warga berharap persoalan sampah akan segera teratasi. Namun harapan tinggal harapan. Kenyataan yang terjadi berkata lain. Persoalan sampah belum menemui jalan keluar.

Bahkan sepertinya persoalan menjadi semakin pelik. Pasalnya, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Tangerang yang selama ini mengurusi sampah Ciputat sudah melepaskan tanggung jawabnya. Sementara Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang baru terbentuk tahun 2009 belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA)  sampah sendiri. Beberapa daerah lain seperti kabupaten Tangerang dan DKI menolak menerima sampah dari Tangerang Selatan.

Maka tak ada pilihan bagi pemerintah kota Tangerang Selatan kecuali harus membuat TPA sampah sendiri. Oleh karena itu,  Pemkot Tangerang Selatan akhirnya membangun TPA di Cipeucang, Serpong. Lokasi TPA tepatnya di Desa Kademangan, Kecamatan Setu. Namun baru seminggu beroperasi, TPA diblokir warga sekitar. Warga Kelurahan Serpong yang berada dekat dengan lokasi TPA merasa keberatan karena beberapa alasan. Alasan tersebut antara lain bahwa pembangunan TPA itu belum melalui sosialisasi dengan warga sekitar. Selain itu, warga Serpong merasa terganggu dengan bau sampah itu.

Sampah memang barang atau sesuatu yang sudah tidak berharga lagi sehingga dibuang. Namun persoalan yang ditimbulkan tidak bisa dianggap sepele. Butuh keseriusan dan kerja sama semua pihak untuk mengurusnya. Jika tidak, sampah akan terus menjadi persoalan yang tiada kunjung selesai.

Satu per satu angkot meluncur di Jalan Otista Raya Ciputat dan sebentar lagi akan melintasi Pasar Cimanggis. Para penumpang pun bersiap menutup hidung. Sebagian yang lain tampak tak ambil pusing atau mungkin sudah terbiasa dengan bau sampah itu. Entah sampai kapan masalah ini akan teratasi.

Tulisan ini sudah ditayangkan di Harian Online KabarIndonesia (HOKI).

Thursday, April 15, 2010

Tren Baru, Bekerja di Rumah

Judul Buku: KERJA DI RUMAH EMANG 'NAPA?
Penulis: Anang Y.B
Tebal: 152 + xxiii halaman
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 2009
ISBN: 978-979-22-5104-3

Tidak dapat dipungkiri bahwa bekerja tanpa kantor atau bekerja di rumah  menjadi tren baru saat ini. Faktor keluwesan dalam mengatur waktu kerja menjadi salah satu alasannya. Tentu ada faktor-faktor lain seperti ingin bekerja sambil mendampingi proses perkembangan anak-anak, bebas dalam berkreasi, menentukan sendiri besarnya penghasilan, bekerja bebas tanpa disuruh-suruh bos dan sebagainya.

Sederet alasan melatar belakangi banyak orang untuk memilih bekerja di rumah. "Jika ada seribu orang yang bekerja di rumah, bisa jadi ada seribu alasan pula yang bisa kita kumpulkan atas pertanyaan: Mengapa mereka memilih mencari uang dari rumah?" (Halaman 3).

Penulis, Anang Y.B. sangat jeli melihat tren yang terjadi belakangan ini. Dengan modal pengalaman pribadi dan orang-orang yang pernah ditemui, dia menulis buku ini. Buku "KERJA DI RUMAH EMANG 'NAPA?"  bisa menjadi panduan bagi siapa saja yang berkeinginan mencari nafkah dari rumah. Tidak sedikit karyawan kantoran yang mulai melirik peluang tersebut. Namun minimnya pengetahuan membuat mereka ragu untuk memulainya.

Pada halaman 4 buku ini, Anang Y.B. akan memandu bagaimana untuk memulai bekerja dari rumah. Ada tiga alternatif yang disodorkan. Alternatif pertama adalah tetap bekerja pada orang lain, kedua berkolaborasi dan ketiga jalan sendirian. Alternatif mana yang cocok? Tergantung dari kesiapan masing-masing pribadi.

Pembaca juga akan mendapat suntikan motivasi agar bisa menjadi orang yang sukses. Semua kesuksesan berawal dari mimpi. Meski terdengar klise namun hal itu benar adanya. "Tanpa mimpi, bisa jadi saya akan menyerah saat penerbit mengatakan naskah saya akan diterbitkan tahun depan saja. Ya, keinginan kuat yang muncul dari impian dan tidak kita biarkan terembus oleh angin bisa menjadi pendorong kita untuk sesegera mungkin menjadikan mimpi itu nyata". (Halaman 15).

Bagi pembaca yang selama ini merasa kurang percaya diri karena bekerja tidak sesuai dengan pendidikan, akan diyakinkan bahwa hal itu bukanlah persoalan. Di Solo, ada sebuah warung makan lesehan yang selalu ramai dipadati pengunjung. Satu hal yang menarik adalah sepasang suami istri pemilik warung itu. Suaminya adalah seorang sarjana hukum, sementara istrinya lulusan akademi sekretaris. "Bekerja tidak sesuai gelar, emang 'napa?" (Halaman 17-18).

Satu hal penting yang perlu diingat kalau ingin bekerja di rumah adalah untuk merubah mindset. Mindset seorang karyawan kantoran sangat berbeda dengan orang yang bekerja di rumah.  Beli seribu dijual sejuta. Itulah salah satu contoh mindset orang  yang bekerja di rumah dan mungkin tak pernah terpikirkan oleh karyawan kantoran.

Setelah keraguan untuk bekerja di rumah sudah terjawab dan mindset sudah diseting ulang, kini giliran mencari ide bisnis apa yang tepat. Pada bagian 2 buku ini,  diuraikan beberapa ide bisnis yang bisa dijalankan dari rumah. Mulai dari agen koran dan majalah, hobi yang ditekuni, agen kliping digital hingga membuka kursus.  Beberapa contoh tersebut hanyalah sebagian dari ribuan ide bisnis lain yang bertebaran. Tinggal kejelian dan kreatifitas dalam mencari serta menangkap ide-ide itu untuk segera ditekuni.

Jika sudah mantap memilih dan menjalankan bisnis dari rumah, langkah berikutnya adalah membesarkannya. Beberapa hal perlu dilakukan untuk membesarkan usaha. Mulai dari mengatur jam kerja, membangun komunitas baik offline maupun online, bagaimana bernegosiasi dan mencari modal usaha hingga masalah promosi. Semua hal itu akan dikupas pada bagian 3 buku ini mulai dari halaman 60 hingga 121.

Untuk lebih meyakinkan pembaca, Anang Y.B. memberi contoh kisah sukses pelaku bisnis rumahan (Bagian 4). Pada bagian ini menceritakan tentang kisah sukses seorang pelaku bisnis rumahan bernama Novi Trihastuti. Ibu dari dua anak itu sukses menjalankan bisnis batik Cirebon. Kenapa Batik Cirebon? Karena dia dilahirkan di Cirebon. Sering kali ide bisnis memang begitu dekat dan sederhana. Hanya orang-orang kreatif dan jeli  yang  mampu melihatnya.  

Pesan terakhir dari buku ini adalah Action Time, saatnya bertindak. Bisnis itu ada di alam nyata yang perlu adanya tindakan, bukan hanya rencana. Sebuah rencana yang tersusun rapi dan penuh perhitungan tak akan ada artinya jika tanpa tindakan segera. Maka pesan buku ini sangat jelas, segera bertindak setelah selesai membacanya.

Buku ber-cover warna kuning dengan gambar seorang ayah dan dua anaknya layak dibaca oleh siapa saja yang ingin mencoba usaha sendiri di rumah. Apalagi para karyawan kantoran yang sudah merasa jenuh atau kariernya mentok, sangat disarankan membaca buku ini. Siapa tahu kesuksesan justru akan datang dari rumah.


Tulisan ini telah ditayangkan di KabarIndonesia

Wednesday, April 14, 2010

Wasjudi, Perantau Tangguh dari Balapulang

Yayasan Pendidikan Sekolah Islam Al Syukro Ciputat pada Sabtu pagi di bulan Desember 2004 itu masih tampak sepi. Sayup-sayup dari kejauhan terdengar obrolan dua orang yang sepertinya tengah membersihan kelas. Sumber suara itu ternyata Pak Warno, seorang karyawan senior. Sambil membersihkan kaca jendela dia bercakap-cakap dengan Wasjudi, karyawan baru, yang tengah menyapu lantai sebuah kelas di hari pertama kerjanya.

Saat itu, Wasjudi baru datang dari kampung dan langsung memulai melakukan pekerjaan sebagai cleaning service di lembaga pendidikan tersebut. Berkat jasa baik Pak Warno, dia bisa diterima bekerja di sana. Pria berbadan bongsor dan berkulit hitam itu tak perlu berpikir panjang saat Pak Warno menawarkan pekerjaan. Meski memiliki ijazah STM Pertanian, namun dia sadar bahwa tidak mudah mencari pekerjaan di Jakarta. Maka diterimalah pekerjaan sebagai petugas kebersihan itu.  

Pria kelahiran Tegal,  18 Juni 1975 itu termasuk sosok yang ramah dan mudah bergaul. Di lingkungan kerja, dia bergaul dengan siapa saja. Para guru dan karyawan sekolah Al Syukro tak asing lagi dengan sosok yang satu itu. Bahkan Pria yang humoris itu begitu dikenal di kalangan orang tua siswa.

Selain ramah dan humoris, Wasjudi juga dikenal sebagai sosok yang rajin, ulet dan pantang menyerah. Dia rajin melakukan tugasnya sebagai cleaning service. Bahkan dia sering masuk di hari Sabtu dan Minggu untuk membersihkan ruang-ruang kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Dia bekerja tujuh hari dalam satu minggu. Dia rela tidak libur demi tugas dan tanggung jawab yang diembannya.

Sadar akan penghasilannya sebagai seorang cleaning service, dia pun mencari pekerjaan sambilan. Dia pernah mengumpulkan bekas gelas air mineral yang berserakan di Kampus Sekolah Al Syukro untuk dijual. Meski tidak seberapa banyak uang yang dia kumpulkan dari barang bekas itu, namun baginya cukup lumayan untuk sekadar membeli beberapa bungkus rokok. Dengan begitu, dia tidak perlu mengutak-atik gaji jatah istri untuk sekadar memenuhi kegemarannya merokok.

Selain itu, dia juga pernah menjadi penyalur pembantu rumah tangga (PRT). Bermodalkan jaringan yang telah dia bangun dari bergaul dengan kalangan orang tua siswa, dia memberanikan diri untuk menawarkan jasa menyediakan tenaga pembantu rumah tangga. Suatu kali usai lebaran, dia kembali dari kampung dengan dua belas calon pembantu rumah tangga. Sebelum di kirim ke para pemesan, Wasjudi memberi pembekalan dan pengarahan.

Belakangan kegiatan itu tidak lagi dijalankannya. Beberapa orang pemakai jasanya merasa kecewa lantaran para PRT itu tidak betah. Bahkan beberapa diantaranya tidak bisa dipercaya. Satu persatu para PRT itu kembali ke kampung. Akhirnya Wasjudi pun gigit jari.

Meski demikian, Wasjudi bukanlah orang yang mudah patah semangat. Dia adalah sosok yang gigih. Suami dari Sarifah dan bapak dari Muhammad Irham itu tetap tersenyum meski kegagalan dan kesulitan menghampirinya. Dia memiliki slogan yang unik dan menarik yaitu, ”Mari kita mainkan!”. Begitu uniknya, teman-temannya sering menirukan slogan itu.

Pagi itu, ketika suasana masih sepi karena belum banyak karyawan yang datang, Wasjudi sudah memulai tugasnya membersihkan ruangan meski dia baru saja tiba dari kampung. Dia begitu menghargai waktu sebagaimana pepatah yang mengatakan bahwa waktu adalah uang. Maka ketika baru tiba di ibu kota, dia tak mau membuang-buang waktu lagi. Segera dia menyambut baik kepercayaan dan kesempatan yang telah diberikan dengan melaksanakan tugas. Waktu memang begitu berharga. Oleh karena itu, seperti slogan yang diyakini Wasjudi, "Mari kita mainkan!".

Tulisan ini telah ditayangkan di KabarIndonesia

Monday, April 12, 2010

Paijo, Potret Kaum Urban

Orang memanggilnya Paijo. Jarang yang tahu kalau pria kelahiran Somagede, Banyumas, 14 Februari 1970 itu memiliki nama asli Ahmad Sanrohmadi. Konon dulu ada seorang tokoh bernama Paijo pada sebuah film yang ditayangkan TVRI tahun 80-an. Kebetulan wajah dari Ahmad Sanrohmadi itu mirip tokoh Paijo di film itu. Maka dipanggillan Ahmad Sanrohmadi itu sebagai Paijo.

Karena ketidakmampuan kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan, maka dia hanya menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di Somagede pada tahun 1982. Dengan berbekal keberanian, dia mencoba mengadu nasib di ibu kota di tahun 1988. Pekerjaan pertama yang dilakukan adalah mengantar dan menjemput anak sekolah. Sadar akan sulitnya hidup di Jakarta, pekerjaan apapun dia lakukan. Mulai dari berjualan gorengan, kerupuk, bubur ayam, menjadi tukang becak dan tukang pijat pernah dilakukan.

Saat di Ciputat tahun 1999, pria penggemar kopi itu bertemu dengan Bapak Sunindiyo (Alm), sosok yang kemudian banyak memberikan pembelajaran kehidupan. Selain menjadi Bos, Pak Sunindiyo juga menjadi guru dan sekaligus orang tua bagi Paijo. Paijo kecil saat itu diajari bagaimana membersihkan halaman rumah, memotong rumput, membetulkan atap yang bocor, hingga menyetir mobil. Maka tidak salah jika akhirnya Paijo merasa menjadi bagian dari keluarga itu meski sudah tidak bekerja lagi di sana.

Melihat anak buahnya begitu rajin dan ulet, Pak Sunindiyo menawarkan pekerjaan di sanggar Guruh Soekarno Putra (GSP) pada tahun 1994. Sebagai seorang pemuda yang memiliki semangat dan keinginan, Paijo menerima tawaran itu. Di sana, dia bekerja di bagian kostum. Empat tahun bertahan di sana sebelum akhirnya berhenti di tahun 1998. Setelah itu, dia memberanikan diri merantau ke Sumatera Barat untuk bekerja di kebun sawit. Namun suami dari Sunarsih itu hanya bertahan empat bulan di sana.

Barangkali memang sudah jodohnya, dia akhirnya kembali ke Ciputat di tahun 1999. Dia kembali ke bosnya yang lama, Pak Sunindiyo. Berkat jasa salah seorang temannya yaitu Pak Suwarno, dia akhirnya diterima bekerja di Sekolah Islam Al Syukro Ciputat sebagai tukang kebun di tahun 2006 hingga sekarang.

Menurut Bapak dari empat anak itu, bekerja itu apa saja yang penting halal dan bisa menjalankannya. Apa yang dikatakannya bukan hanya sekadar nasehat karena berbagai profesi telah dilakoni pria bersahaja itu. Berbagai pengalaman telah menempanya menjadi sosok yang kuat, gigih, dan pantang menyerah.

Selain itu, pengalaman juga telah membuatnya menjadi lebih sabar dan bijaksana dalam menghadapi berbagai persoalan. Meski hanya berpendidikan SD, namun Paijo pandai dalam menghadapi ujian-ujian kehidupan. Saat rumah tangganya mengalami masalah lantaran kondisi ekonomi, dia menghadapinya dengan kesabaran yang luar biasa. Dia mampu menyembunyikan semua itu. Tak pernah mengeluh.

PROFIL:

Nama : Ahmad Sanrohmadi (Paijo)
Tempat/tanggal lahir: Banyumas, 14 Februari 1970
Alamat : Jl. Otista Raya Gg. H. Ma’ung No. 30 Ciputat
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Tukang Kebun (Gardener) di Sekolah Islam Al Syukro
Orang tua : Bapak : Tayasa Ibu: Lasinem
Istri : Sunarsih
Anak :
1. Eti Sinta Dewi
2. Agus Nurdiwan
3. Agus Supendi
4. Sepia

Tulisan ini telah ditayangkan di KabarIndonesia

Sunday, April 11, 2010

Cara Terbaik untuk Mulai adalah Mulai

“Cara terbaik untuk mulai adalah mulai” (Mario Teguh).

Banyak orang bercita-cita hebat, besar dan mulia. Ketika melihat seorang pengusaha yang sukses dan kaya raya, ingin rasanya menjadi seorang pengusaha. Begitu melihat di tayangan televisi seorang politisi yang cerdas, piawai, dikagumi dan mendapat simpati masyarakat, ingin menjadi seorang politisi. Melihat fenomena buku Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Sirazy dan Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, ingin sekali rasanya menjadi seorang penulis.

Semua keinginan itu adalah sah-sah saja dan tidak dilarang. Apalagi jika keinginan tersebut bisa membantu dan memuliakan orang banyak, betapa mulianya. Namun yang sering menjadi masalah adalah banyak orang yang bingung ketika akan memulai untuk meraih keinginan tersebut. Banyak orang bingung bagaimana dan dari mana harus memulai. Memang betapa sulit dan berat untuk memulai sebuah pekerjaan. Maka ada pepatah yang mengatakan bahwa langkah pertama adalah separuh dari perjalanan.

Untuk memudahkan langkah pertama, Pak Mario Teguh, seorang konsultan bisnis mengatakan bahwa cara terbaik untuk mulai adalah mulai. Jika ingin menjadi seorang pengusaha, segera keluar rumah untuk melihat peluang-peluang yang ada dan cocok untuk dilakukan. Setelah menemukannya, segera bertindak. Apabila ingin menjadi seorang politisi, segeralah mempelajari profil partai-partai yang ada. Jika  merasa cocok dengan sebuah partai setelah mengetahui ideologi, visi dan misi partai tersebut, segeralah bergabung.

Jika ingin menjadi seorang penulis maka segera ambil kertas dan pulpen lalu tulislah apa yang akan ditulis. Jika bingung, jangan memikirkan apa yang akan ditulis, tetapi tulislah apa yang ada di pikiran, demikian pesan dari para penulis senior. Masih bingung juga, belajarlah tentang menulis. Di era informasi sekarang ini, belajar apa saja secara otodidak bukanlah hal yang sulit. Tinggal ketik apa yang dicari di google, kemudian baca dan pelajari. Beres.

Meski demikian, tidak semua orang bisa dengan mudah dan nyaman belajar secara otodidak. Jika itu yang dialami, maka ada cara belajar menulis yang praktis dan mudah dilakukan yaitu  belajar menulis secara online di Sekolah-Menulis Online
Bagi yang ingin belajar menulis dari nol atau dasar, bisa daftar di  SMO - Kelas Pemula

Salam Menulis!

Foto: images.google.co.id

Saturday, April 10, 2010

Tertib dan Santun di Jalan? Bisa!

Suatu kali saya menyaksikan seorang ibu dengan menggendong bayi dan menuntun seorang anak kecil sedang menyeberang. Ketika di tengah jalan, sepeda motor melaju dengan begitu kencang. Tampak si ibu terhentak kaget. Saya sangat prihatin melihat pemandangan itu.

Timbul pertanyaan di hati, mengapa pengendara motor itu tidak peduli dengan seorang ibu yang kerepotan dengan dua anaknya yang sedang menyeberang jalan. Apa tidak mungkin memberikan kesempatan bagi orang yang mau menyeberang, atau paling tidak sekadar mengurangi kecepatan? Mungkinkah karena sedang terburu-buru mengejar waktu? Atau memang sudah tidak ada rasa kepedulian dan empati terhadap orang lain?

Selain itu, para pengendara sepeda motor juga sering ugal-ugalan dan melanggar tata-tertib lalu-lintas. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi tanpa menghiraukan pengguna jalan lain. Jika ada yang menghambat, mereka membunyikan klakson agar orang lain minggir. Jika ada orang yang mau menyeberang, mereka tidak peduli. Tetap ngebut.

Kalau jalanan sedang macet mereka menerobos seenaknya mencari celah. Tak jarang mereka naik ke trotoar yang sebenarnya dikhususkan untuk pejalan kaki. Jika ada pejalan kaki yang menghalangi, mereka membunyikan klakson agar si pejalan kaki minggir.  Perilaku mereka memperlihatkan seperti orang penting yang sedang memburu waktu. Bayangkan kalau setiap pengguna jalan berpikiran dan berperilaku seperti itu, bagaimana kondisi di jalan raya? Barangkali seperti itulah yang terjadi sekarang ini. Kemacetan dan kesemerawutan di jalan-jalan raya khususnya di ibu kota dan sekitarnya, menjadi pemandangan sehari-hari.

Memang pengguna jalan raya bukan hanya pengendara sepeda motor saja. Ada pengendara mobil, tukang bajaj, tukang becak, dan lain sebagainya. Namun dari semua itu yang terlihat mencolok adalah pengendara sepeda motor. Selain jumlahnya yang lebih banyak, pengendara sepeda motor paling sering melanggar tata-tertib di jalan raya.

Walaupun tidak semua pengendara sepeda motor seperti itu. Masih ada pengendara sepeda motor yang tertib dan santun dalam berlalu-lintas di jalan raya. Tetapi orang semacam itu sekarang ini menjadi makhluk yang langka. Timbul pertanyaan, mengapa bisa terjadi kondisi yang demikian?

Padahal rambu-rambu lalu-lintas ada, lampu merah ada, petugas polisi juga ada. Namun pelanggaran lalu-lintas tetap saja sering dan terus terjadi. Apakah itu terjadi karena rambu-rambu lalu-lintas dan petugas polisi yang masih kurang? Atau karena rendahnya disiplin para pengguna jalan, khususnya pengendara sepeda motor? Atau karena sebab lain?

Apa pun sebabnya, kita semua sebagai pengguna jalan raya harus berusaha mematuhi tata-tertib di jalan raya. Tidak hanya pengendara sepeda motor, tetapi pengendara mobil, tukang bajaj, tukang becak, juga pejalan kaki dan pengguna jalan raya lainnya, harus tertib. Kalau kita masih bisa tertib dan santun di jalan raya, kenapa tidak?

Foto: Google Images

Thursday, April 08, 2010

Mimpi Tukang Ketik Surat

“Kemampuan menulis surat mengantarkan para penulis pada status sosial dan jabatan yang tinggi”. (Republika, 15 Januari 2010)

Sepuluh tahun lebih berkecimpung di dunia ketik-mengetik surat, membuat saya tak asing lagi dengan dunia yang satu ini. Ya, dunia ketata-usahaan. Saya memang telah sepuluh tahun lebih bekerja sebagai pegawai tata usaha dari satu sekolah ke sekolah yang lain. Kerjaannya ya membaca kemudian mengetik surat, begitu setiap hari.

Lama-lama, berbagai konsep surat nempel di kepala. Jadi kalau Bos minta dibuatkan surat, tinggal tuangkan saja konsep yang telah nempel itu. Sampai suatu saat tersembul pikiran, ”Kalau begitu saya sebenarnya bisa jadi pengarang ya?”.

Mulai saat itu, saya bermimpi jadi seorang pengarang atau penulis. Nggak salah tuh? Saya rasa tidak. Setiap orang boleh bermimpi. Selagi mimpi itu masih gratis dan halal, mari kita bermimpi Bermimpilah apa yang kita inginkan! Tentu jangan sekadar mimpi, tetapi segera bertindak untuk mendaratkan mimpi itu ke dunia nyata.

Setelah bermimpi menjadi penulis saya berusaha untuk mempelajari dunia tulis-menulis. Berbagai artikel dan buku tentang kepenulisan saya baca. Saya juga browsing internet untuk mencari referensi tentang menulis. Saya bergabung dengan berbagai milis kepenulisan yang ada.

Selain belajar secara otodidak, saya juga mengikuti kursus atau pelatihan menulis secara online di Sekolah-Menulis Online. Selama belajar, saya langsung mempraktikkannya dengan menulis. Belum begitu lancar memang. Tulisan-tulisan ringan dan hanya dua tiga paragraf. Tulisan saya kirim ke media online seperti PenulisLepas dan KabarIndonesia.

Tidak seberapa dan belum membanggakan. Tetapi saya cukup puas. Saya yakin suatu saat akan mampu menghasilkan karya yang bisa dipublikasikan, Insya Allah. Hal yang terpenting adalah terus belajar dan menulis. Satu lagi kunci untuk sukses yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh d’Masiv, ”Jangan menyerah dan tak kenal putus asa”.

Salam Menulis!

Tuesday, January 19, 2010

Macam-macam Cara Menulis


Macam-macam cara orang menulis. Jika sudah sudah punya komputer atau laptop, tentu sangat enak dan mudah untuk menulis. Tinggal memindahkan apa-apa yang ada di pikiran ke komputer atau laptop. Umumnya orang menggunakan program pengolah kata MS Word. Meski ada juga yang suka menggunakan NotePage seperti yang dilakukan oleh Pak Udo Yamin Majdi, pendiri milis Wordsmartcenter. Jika menggunakan word suka macet, namun jika menulis di notepage, menulis jadi lancar mengalir, kata beliau. Aneh memang. Tapi itulah kenyataan. Di dunia ini memang banyak keanehan.

Bagi saya yang belum punya komputer atau laptop, biasanya menulis di lembaran kertas bekas yang biasa saya bawa dari kantor. Kertas bekas yang sebelah halamannya masih kosong. Di situlah saya mencorat-coret apa-apa yang ada di pikiran.  Untuk menambah motivasi, saya biasanya menyediakan berbagai macam ballpoint dan spidol warna-warni yang saya miliki. Walau akhirnya yang dipakai hanya satu atau dua. Itu saya lakukan untuk sekadar variasi suasana yang terkadang mampu meningkatkan motivasi.

Kalau soal waktu dan tempat, bagi saya tidak terlalu masalah.  Asal ada waktu yang senggang, saat itulah saya bisa menulis. Begitu pun dengan tempat. Memang kalau bisa memilih, saya cenderung memilih tempat yang sepi dan nyaman dari gangguan. Namun jika tidak ada pilihan, tak masalah. 

Satu hal lagi yang terkadang bisa membangkitkan motivasi saya dalam menulis, yakni mendengarkan musik. Tentu musik yang sesuai dengan selera saya. Selain sesuai selera, musik juga dipilih sesuai dengan apa yang sedang ditulis. Jika menulis tentang berbagai pengalaman masa lalu, tentu cocok dengan musik-musik lawas. Jika sedang menulis thema motivasi, cocok dengan musik atau lagu-lagu yang bersemangat tentunya.

Bagaimana dengan musik dangdut? Itu juga salah satu musik kesukaan saya. Saya memang bukanlah orang yang fakatik terhadap musik tertentu. Musik pop, dangdut, campur sari, tarling, gending dan degung pun saya suka. Jangankan itu, musik minang, mandailing, dan lagu-lagu daerah dari berbagai pelosok nusantara juga saya suka.

Kembali ke soal menulis. Pendek kata, menulislah kapan pun, di mana pun dan dengan cara apa pun. Agar semangat, carilah sesuatu yang bisa membangkitkan motivasi menulis. Salam Menulis!

Friday, January 15, 2010

Pengalaman Menulis


Meski saya sangat menyukai mengarang sejak di bangku sekolah dasar, namun tak pernah terlintas di benak saya untuk bercita-cita menjadi seorang pengarang atau penulis. Kecuali hanya membayangkan seandainya saya adalah seorang pengarang buku tertentu yang telah saya baca. Baru sebatas membayangkan dan mengandaikan. Belum sampai ada rasa di lubuk hati untuk berniat menjadi seorang penulis. Bagaimana mau menjadi seorang penulis kalau caranya saja tidak tahu. Jadi karena tidak tahu caranya dan kurangnya informasi tentang dunia tulis menulis membuat saya tak memiliki keinginan menjadi seorang penulis walaupun saya suka.

Semua itu mungkin terjadi karena minimnya informasi yang saya miliki tentang dunia kepenulisan. Masa sekolah saya dari SD hingga SMA saya jalani di daerah di mana yang namanya buku, majalah, dan koran masih sangat jarang dan mahal. Saat SMP hingga SMA saya suka meminjam majalah MOP, terbitan Suara Merdeka Semarang, di perpustakaan sekolah. Selain itu ada juga Intisari. Mungkin Cuma itu, yang lainnya jarang atau tidak ada. Koleksi buku perpustakaan terbatas, koran mungkin hanya kepala sekolah atau guru yang membacanya.

Rasa keingin-tahuan saya membawa saya untuk mencari bacaan-bacaan. Karena minimnya bahan bacaan yang ada, saya sering membaca koran bekas bungkus, entah bungkus makanan atau bungkus barang yang lain. Di kampung saya saat itu, yang sering saya temui adalah koran Kompas. Karena sering membaca Kompas, walau koran bekas bungkusan, saya jadi merasa sangat enjoy dan familiar dengan Kompas. Bahkan hingga saat ini, saya kalau membaca koran kalau bukan Kompas rasanya kurang lengkap. Menurut saya, Kompas itu korang yang isinya paling lengkap. Ini pendapat pribadi saya yang tentunya pasti subyektif.

Seiring perjalanan waktu, tahun 2003 saat saya bekerja sebagai staf tata usaha di sebuah sekolah swasta di Ciputat, ketertarikan atau kesukaan saya terhadap dunia kepenulisan kembali menyala. Di tempat kerja ini, karena sekolah Islam berlangganan koran Republika. Saya tak bisa menyembunyikan kerakusan saya terhadap koran. Perpustakaan sekolah hampir setiap hari saya sambangi. Terkadang koran lenyap entah kemana padahal ada artikel yang menarik yang ingin saya baca. Kalau begini, saya biasanya terpaksa membelinya di terminal atau di tempat lain.

Sampai suatu hari, saya membaca sebuah artikel berjudul “Ada Cerpenis di Lantai Enam”, di Republika tanggal 11 Juli 2003. Artikel itu ditulis oleh Irwan Kelana, salah satu wartawan koran tersebut. Komunitas Lantai VI, demikian para cerpenis muda ini menyebutkan diri mereka. Mereka adalah Poniran, Gunadi, Muslim, Sarno, dan Marzuki. Mereka datang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk mengadu nasib di Jakarta. Usia mereka masih muda, antara dua puluh satu hingga dua puluh enam tahun. Dengan berbekal ijazah SMA, mereka mencoba untuk mengadu nasib di Jakarta.

Mereka bekerja di Depdiknas, ada yang sebagai office boy, dan ada yang sebagai petugas keamanan. Ruang bekas gudang di gedung Depdiknas mereka jadikan tempat tinggal. Di tempat yang sangat sederhana itu pula, mereka belajar menulis di bawah bimbingan cerpenis Hudan Hidayat. Mereka membuat jadwal secara rutin untuk berdiskusi dan menimba ilmu dari sang guru, Hudan Hidayat.

Kepada para pemuda itu, Hudan Hidayat tidak hanya mengucurkan ilmunya, namun dia juga menyuntikan motivasi kepada mereka. ”Kemajuan dan perubahan bisa digapai lewat penciptaan karya kreatif. Kalian bukan pegawai negeri. Nah kalian bisa menggapai itu melalui kegiatan menulis cerpen” kata Hudan Hidayat sebagaimana ditulis Irwan Kelana.

Kisah tersebut telah mengganggu dan menggugah pikiran saya. Hal yang menarik bagi saya adalah kondisi dan nasib mereka nyaris sama dengan apa yang saya alami. Saat pertama kali datang ke Jakarta di tahun 1990, dengan hanya berbekal ijazah SMA, saya mencoba mencari keberuntungan di ibu kota. Pekerjaan pertama saya di ibu kota adalah sebagai operator foto copy di sebuah toko di depan kampus ISTN Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Setelah itu saya bekerja sebagai office boy di sebuah sekolah swasta di Depok. Bersama rekan sesama office boy, saya juga memanfaatkan sebuah ruangan di sekolah tersebut untuk dijadikan tempat tinggal.

Mungkin yang membedakan adalah bahwa mereka bisa bertemu dengan salah seorang penulis hebat Hudan Hidayat. Hudan Hidayat memperkenalkan kepada mereka dunia tulis menulis. Setelah mengenal dunia tulis menulis, mereka lantas memanfaatkan waktu luang mereka untuk belajar menulis. Sampai akhirnya mereka terlahir kembali di dunia yang baru, dunia kepenulisan, sebagai seorang cerpenis.

Sementara yang saya temui saat saya bekerja sebagai office boy adalah televisi. Sehingga waktu senggang yang saya miliki saya gunakan untuk menonton televisi. Hal ini membuat saya suka merenung dan ada penyesalan dalam hati. Mengapa dulu saya membuang-buang waktu dan kesempatan di depan televisi? Mengapa tidak saya gunakan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat? Memang tidak dapat dipungkiri bahwa saya juga memperoleh berbagai berita dan informasi dari menonton televisi. Namun semua itu tidak sebanding dengan waktu yang terbuang dengan menonton tayangan-tayangan yang tidak bermanfaat.

Namun pepatah mengatakan, ”Kalau jodoh takan kemana”. Walau saya tak pernah dan belum bertemu dengan seorang guru menulis secara langsung, namun saya bisa bertemu guru menulis melalui bacaan yang saya baca. Setelah saya membaca artikel tulisan Irwan Kelana di Republika, saya merasa dibimbing untuk memasuki dunia kepenulisan. Dunia yang baru yang belum pernah saya datangi walau sudah sering saya bayangkan. Mulai saat itu, timbul tekad dan niat dalam hati, ”Aku ingin jadi pengarang, aku ingin jadi penulis”. Rasanya tidak berlebihan jika saya menyebut Bung Irwan kelana sebagai salah seorang guru saya. Guru yang telah membimbing saya ke jalan kepenulisan.

Motivasi saya untuk menjadi penulis semakin kuat ketika suatu ketika bos saya di tempat kerja menyuruh saya membuat konsep surat dinas. Setelah selesai, konsep surat saya sodorkan. Setelah dibaca, bos langsung meng-acc tanpa koreksi sedikit pun. Saat itu hati saya girang bukan kepalang. Angan pun melayang, ”kalau begitu saya sebenarnya bisa jadi pengarang ya?” pikir saya dalam hati.
Padahal sebenarnya soal konsep-mengonsep surat bukanlah saat itu saja saya melakukannya. Sebagai karyawan tata usaha, saya sudah terbiasa membuat konsep surat. Namun, entah mengapa saat itu saya merasa senang dan bangga bisa mengonsep sebuah surat. Mungkin hal itu karena keinginan saya untuk menjadi penulis sudah tumbuh semenjak membaca artikel tentang komunitas lantai enam.

Perburuan saya terhadap artikel kepenulisan semakin gencar. Berbagai artikel tentang kepenulisan dari berbagai koran dan majalah saya kumpulkan. Beberapa buku tentang menulis juga saya beli. Beberapa buku lainnya saya pinjam dari perpustakaan sekolah, tempat saya bekerja. Benih kepenulisan saya semakin menemukan iklim yang pas ketika saya mulai mengenal internet di tahun 2006. Berbagai artikel tentang kepenulisan saya unduh untuk dipelajari. Saya terus mempelajari teori-teori menulis dan sedikit-sedikit saya praktikkan. Di atas kertas-kertas bekas, biasanya saya tumpahkan berbagai hal yang bergelayutan di pikiran.

Setelah merasa cukup pede, saya mencoba mengirimkan karya berupa puisi ke sebuah koran Republika. Ditunggu-tunggu karya tak muncul, sementara informasi penolakan pun tak pernah saya terima. Kemudian saya mencoba mengirimkan tulisan berupa kisah nyata ke sebuah majalah, nasibnya tak jauh beda, tidak dimuat dan tidak ada kabar.

Saat Piala Dunia 2006 di Jerman sedang berlangsung, saya mengirimkan sebuah tulisan tentang kemungkinan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia. Setelah di print, tulisan tersebut saya kirim melalui faximile ke sebuah koran ibu kota yaitu Seputar Indonesia (Sindo). Di tulisan itu, saya mengungkapkan kemungkinan Indonesia bisa tampil di Piala Dunia. Untuk bisa lolos ke putaran final Piala Dunia, bagi Indonesia meang sangat sulit kalau tidak boleh dikatakan mustahil. Namun ada cara agar Indonesia bisa tampil di Piala Dunia yaitu dengan mejadi tuan rumah. Saat itu, tulisan saya memang tidak dimuat. Tapi, kini semua orang tahu bahwa Indonesia mencalonkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 atau 2022.

Di akhir tahun 2006 sekolah tempat saya bekerja memasang jaringan internet melalui layanan speedy Telkom. Saat itu pula saya mulai mengenal dunia internet. Karena saat itu saya masih gaptek, saya minta diajari teman bagaimana cara membuka internet dan cara membuat email. Setelah bisa, hampir setiap hari saya berselancar du dunia maya. Karena saya sangat tertarik dengan dunia kepenulisan, maka situs-situs kepenulisan seperti penulislepas dan pembelajar dot com selalu saya kunjungi. Beberapa tulisan saya pernah dimuat di penulislepas. Berbagai milis kepenulisan juga saya ikuti seperti penulislepas, sekolahkehidupan, dan penulisbestseller.

Melalui milis-milis tersebut, saya berkenalan dengan KabarIndonesia, sebuah harian online yang bermarkas di Belanda. Karena tidak memerlukan persyaratan yang sulit, saya pun mendaftarkan diri untuk menjadi penulis di koran online tersebut. Beberapa tulisan saya akhirnya juga dimuat di Harian Online Kabarindonesia (HOKI). Saya termotivasi untuk terus menulis dan mengirimkannya.

Agustus 2007, saya dinobatkan sebagai Citizen Reporter of The Month August oleh Harian Online KabarIndonesia (HOKI). Tulisan-tulisan saya seputar pesta sepak bola Piala Asia tahun 2007 konon menjadi tulisan yang paling sering dibuka oleh para pembaca. Hal inilah yang membuat Redaksi KabarIndonesia menobatkan saya menjadi Citizen Reporter of The Month August 2007.

Setahun kemudian, tepatnya bulan Agustus 2008, saya mendapat beasiswa dari Sekolah Menulis Online (SMO) BelajarMenulis com. Dengan mengirimkan sebuah karya tulis, saya menjadi salah satu di antara lima orang yang dipilih oleh pengelola untuk mengikuti pelatihan menulis di SMO BelajarMenulis secara gratis. Saya belajar menulis secara online di SMO selama kurang lebih empat bulan.

Saat bulan puasa tahun 2008, tulisan saya seputar pengalaman mudik dimuat di rubrik Citizen Journalism koran Republika. Saya menjadi salah satu dari lima atau tujuh citizen reporter yang tulisannya dimuat di koran tersebut. Meski tak mendapatkan honor, saya tetap merasa senang. Betapa tidak, ini adalah kali pertama tulisan saya dimuat di Koran, walau tanpa honor. Sebenarnya pihak Republika menjanjikan souvenir bagi yang tulisannya dimuat. Namun, setelah saya tunggu-tunggu tak pernah ada yang menghubungi saya. Kiriman souvenir pun tak kunjung datang. Tak mengapa, saya tetap senang dan berterima kasih kepada Republika.

Di akhir tahun 2008, saya mengirimkan dua buah tulisan tentang politik. Satu saya kirim ke koran daerah, satu lagi saya kirim ke koran nasional. Hasilnya, belum juga dimuat. Kapok? Tentu tidak. Saya tidak akan pernah kapok hanya karena tulisan saya tidak dimuat oleh sebuah koran. Terlebih di era digital seperti sekarang. Menulis tidak harus di koran. Ada berbagai layanan blog, ada situs-situs yang mau menerbitkan tulisan dari penulis seperti penulislepas, ada koran online seperti KabarIndonesia. Ada pula friendster, twitter, dan belakangan yang sedang booming adalah facebook. Tinggal pilih. Semua bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk pembelajaran menulis dan menerbitkan karya tulis kita. Selamat menulis!

Salam,
Badiyo

Sumber images: www.sudutpandang.com

Sudah diposting di milis LaskarPenulis tanggal 14 Desember 2009

Tuesday, January 12, 2010

Minder untuk Memulai Belajar Menulis


Sebenarnya saya merasa sudah terlalu tua untuk memulai belajar menulis. Melihat dan memperhatikan teman-teman yang rajin ngeblog dan belajar menulis, rata-rata mereka masih muda, berusia sekitar dua puluh hingga tiga puluhan tahun. Sementara saya sudah di atas empat puluh tahun. Jujur saja kalau mengingat ini, ada rasa malu dan minder juga. Takut dikatain orang. “Wong sudah tua kok baru belajar menulis, bisa apa?”

Karena itu, awalnya saya belajar menulis dengan sembunyi-sembunyi. Membaca beberapa buku tentang menulis, baik yang saya beli sendiri maupun yang pinjam dari perpustakaan sekolah, tempat saya bekerja. Saya juga rajin mengkliping artikel-artikel tentang menulis dari koran, majalah, dan internet. Saya juga ikut milis-milis kepenulisan. Semua itu saya lakukan tanpa diketahui oleh teman-teman di kantor.

Kemudian ketika teman-teman akhirnya tahu, saya tak ambil pusing. Sebodoh, meminjam istilah Pak Ersis Warmansyah Abbas, pencetus Ersis Writing Theori (EWT). Mau mencibir, silakan. Mau mencemooh, ya monggo. Sakersane…

Sebaliknya, bahkan ada sedikit kebanggaan setelah aktifitas saya selama ini diketahui oleh orang-orang. Karena saya merasa, dengan menulis saya yakin akan mampu meledakkan potensi saya yang masih tertidur. Bahkan saya melihat raut wajah mereka penuh dengan kekhawatiran. Tampaknya mereka juga sadar bahwa menulis akan mampu melejitkan prestasi seseorang.

Mereka khawatir karena meski dengan tertatih-tatih, saya masih mau menyempatkan diri untuk berlatih dan belajar menulis. Sementara mereka enggan dan tak mau untuk berlatih dan belajar menulis. Atau mungkin mereka tak punya waktu karena kesibukan mereka. Saya tahu mereka khawatir. Sesungguhnya saya juga khawatir. Kekhawatiran itu saya gunakan untuk meningkatkan motivasi untuk berlatih dan belajar menulis.

Salam Menulis!

Sumber image: opinikampus.files.wordpress.com

Wednesday, January 06, 2010

RENUNGAN AWAL TAHUN


Hidup adalah misteri. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Sebagai manusia, kita wajib berusaha untuk meraih yang terbaik dalam hidup. Namun yang terjadi kemudian adalah mutlak hak Tuhan, Allah SWT.

Untuk itulah, kita tidak saja wajib berusaha, tetapi kita juga wajib untuk berdo’a, memohon yang terbaik pada-Nya. Dan karena hidup kita tidak hanya di dunia saja, maka kebaikan yang kita mohonkan adalah kebaikan dunia dan akhirat. Itulah do’a yang wajib dan sering kita panjatkan.

Ketika kita sudah berusaha secara maksimal, do’a pun telah kita panjatkan, mengapa hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang kita inginkan? Mari kita merenung sejenak.

Pertama, kita sadar bahwa kita adalah makhluk yang tidak luput dari kelemahan dan kekurangan. Untuk itulah mari kita cek kembali, benarkah kita sudah berusaha dengan yang terbaik? Benarkah kita sudah berdoa memohon yang terbaik pada-Nya? Mari kita cek diri kita masing-masing. Jika belum, mari perbaiki upaya-upaya kita diiringi do’a permohonan kita pada Sang Pencipta.

Kedua, cek kembali cita-cita atau keinginan kita. Benarkah apa yang dicita-citakan atau diinginkan itu memang benar-benar baik bagi kita? Sekali lagi, karena kita adalah makhluk yang tak lepas dari kelemahan, kita harus merenungkan secara mendalam. Jangan-jangan yang kita inginkan itu sebenarnya tidak baik bagi kita.

Orang yang belum pandai mengelola keuangan tentu tidak baik jika diberikan kekayaan. Orang yang mudah stres, gampang panik, atau sakit-sakitan tentu kurang baik jika diberikan jabatan. Ada beribu alasan mengapa Tuhan belum atau tidak memberikan apa yang kita inginkan. Karena Tuhan itu Maha Baik, maka yakinlah bahwa alasan-alasan itu baik bagi kita. Artinya, apa yang kita capai, apa yang Tuhan berikan, itulah yang terbaik bagi kita.

Ketiga, sabar dan berserah diri, tawakal kepada Yang Maha Kuasa adalah kunci kesuksesan kita. Jika kita telah melakukan yang terbaik, memohon yang terbaik, namun hasilnya belum sesuai harapan, Sabar dan tawakallah! Karena sabar dan tawakal itu benteng terakhir untuk menghadapi ujian, dan ujian itu akan selalu datang selama hidup, maka tak perlu kita bertanya lagi, sampai kapan kita harus sabar dan tawakal?

Apapun yang telah kita raih, bersyukurlah. Syukur akan menjadi pijakan yang kokoh untuk melanjutkan langkah-langkah kita di masa-masa yang akan datang. Salam Sukses!

Sumber images: bahrulfikri.file.wordpress.com

Ciputat, 7 Januari 2010

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...