Wednesday, February 25, 2015

Menulis Sambil Nunggu Pak Debong

Meski banyak orang mengatakan bahwa menulis itu mudah, saya punya pendapat sebaliknya. Mungkin mereka yang mengatakan menulis itu mudah karena sudah terbukti menghasilkan banyak karya yang berkualitas. Jadi tidak salah mereka mengatakan demikian. Saya yang karyanya bisa dihitung dengan jari, itu pun asal tulis, ya harus jujur bahwa menulis itu tidak mudah. Tidak mungkin saya harus berbohong demi menutupi rasa malu sehingga harus mengatakan menulis mudah.

Dengan kejujuran inilah saya justru merasa termotivasi untuk terus mencoba dan mencoba menulis. Saya punya akun blog pribadi di blogspot, wordpres dan kompasiana yang senantiasa menununggu untuk di-update. Silakan tengok, namun jangan heran kalau mereka seperti rumah yang tidak terawatt. Terbengkalai, begitulah. Karena itu, dengan sisa-sisa energi usai pulang kerja, saya paksa untuk menulis. Tak ada cara lain untuk bisa produktif menulis, kecuali dengan cara menulis. Menulis apa saja, termasuk menulis tulisan ini.

Usai sholat maghrib dilanjut membaca beberapa ayat suci Al Qur’an, saya langsung nyalakan laptop. Sambil gonta-ganti chanel antara MetroTV dan TV-One, saya paksa diri untuk menulis. Perdebatan seru antara Leo Nababan versus Fadel Mohammad di MetroTV sedikit mengganggu konsentrasi. Kedua kader Golkar tersebut bersikeras bahwa Golkar versinyalah yang paling benar dan sah. Ditambah analisis Hanta Yuda sebagai pengamat politik muda yang cemerlang. Acara yang dipandu Indra Maulana tak pelak menyita perhatian saya sehingga aktifitas menulis terhenti sejenak.

Ketika acara Bincang Metro Petang usai, saya pun segera mengganti chanel ke RCTI. Ternyata Tukan Bubur Naik Haji sudah dimulai. Demi untuk menyaksikan Bapak Drs. Suparno Debong alias Pak Debong, saya pun harus mengakhiri tulisan ini. Selamat malam dan salam menulis.

Tuesday, February 24, 2015

Awas Sabotase!

Kurang lebih sebulan yang lalu saat Banjir melanda Jakarta, tanggal 23 Januari 2015 lalu,  Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok sempat curiga bahwa itu adalah Sabotase. Karena itu, saya jadi tertarik dan ingin tahu, apa itu sabotase? Setelah browsing di google, saya pun dapat penjelasan tentang sabotase yang kemudian saya tuliskan di bawah ini.
Sabotase berasal dari kata “Sabot” yang dalam bahasa Perancis berarti sepatu kayu. Istilah Sabotase mulai popular pada abad 19 masa industri Perancis. Saat itu terjadi pengangguran dan PHK besar-besaran hingga terjadi pengrusakan mesin industri dengan memasukan sepatu kayu ke dalam mesin-mesin industri yang ada.
Untuk memahami makna sesungguhnya dari sabotase, Dermawan Soegandar, seorang Kompasianer menyarankan agar menonton film “Sabotage” yang disutradarai oleh Alfred Hitchcock. Film lawas dengan gambar hitam-putih dan kualitas suara mono akan memberikan gambaran sekaligus pemahaman apa sebenarnya itu sabotase.
Pesan dari film itu sebagaimana ditulis Dermawan Soegandar (30/07-2011) adalah: “There is also a clear message by Hitchcock on sabotage, today terrorism; those so-called martyrs for a cause are in reality misguided devils who end up killing the innocent and helpless instead of the ones their feeble minds believe to be the deceivers and exploiters of the human race.” (Van Buren, Arkansas).
Dalam perkembangannya, Sabotase digunakan dalam dunia politik dan peperangan. Dalam peperangan misalnya, sabotase dilakukan dalam bentuk aktivitas spionase. Target atau sasaran akhirnya adalah untuk menghancurkan musuh atau lawan. Sabotase dapat dilakukan terhadap struktur penting seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain.
Sasaran yang umumnya biasa disabotase antara lain infrastruktur, transportasi, enokomi dan logistik, dan lain-lain. Banyak contoh peristiwa-peristiwa sabotase di masa lalu. Misalnya pada masa  Perang Dunia II, tahun 1939 - 1945, gerakan bawah tanah  di Eropa seperti di Perancis, Polandia, Norwegia, dan lain-lain melakukan sabotase dengan merusak jalan, jembatan, gedung dan lain-lain agar tidak dapat digunakan oleh musuh yakni tentara Nazi dari Jerman.
Sementara pada masa revolusi kemerdekaan RI, para pejuang kemerdekaan melakukan sabotase dengan merusak berbagai fasilitas seperti jalan, jembatan, pabrik, dan lain-lain. Aksi yang dikenal sebagai aksi bumi hangus itu bertujuan agar fasilitas itu tidak bisa digunakan oleh pihak Belanda.
Konon, jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ-100) pada tanggal 9 Mei 2012 juga sebagai akibat tindakan sabotase. Pesawat produksi Russia itu sedang melakukan demo terbang (Joy Flight) untuk kepentingan promosi.Demo terbang pertama berhasil dengan mulus. Disusul dengan demo terbang yang kedua dengan membawa 45 penumpang. Berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, pukul 14.00 WIB. Pada pukul 14.30 petugas ATC Bandara Soekarno-Hatta kehilangan kontak pesawat SSJ-100. Keesokan hari tanggal 10 Mei 2012, reruntuhan pesawat SSJ-100 ditemukan di tebing Gunung Salak. Ada pihak yang menduga jatuhnya pesawat SSJ-100 buatan Russia sebagai sebuah sabotase dari persaingan bisnis pesawat.
Begitu pun ketika hilangnya pesawat Malaysia Airline MH370 yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2014.  Pesawat dengan rute penerbangan Kualalumpur – Beijing dinyatakan hilang dan bahkan tidak diketahui dimana jatuhnya, hingga saat ini. Jelas banyak pihak menduka jatuhnya pesawat itu sebagai sebuah tindakan sabotase. Tentu setiap tindakan sabotase sulit untuk dibuktikan.
Bagaimana dengan pernyataan gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama yang mengatakan bahwa banjir yang terjadi tanggal 23 Januari 2015 lalu  sebagai akibat tindakan sabotase? Mungkin itu sebuah kecurigaan yang terlalu berlebihan. Meski begitu, kita memang tetap harus waspada dan jeli melihat kejadian dan peristiwa yang kita alami atau yang terjadi di sekitar kita. Bukan tak mungkin ada tindakan sabotase walau pun itu dalam skala atau skup yang kecil. Jadi, hati-hati dan waspada itu perlu, tapi tidak boleh sampai curiga.

Dari berbagai sumber, antara lain:
1.   Wikipedia
2.   Google
3.   Dermawan Soegandar, Kompasiana
4.    http://wacana-ngunandiko.blogspot.com/2013/12/sabotase.html

Sesungguhnya, Menulis itu Sulit (2)

Sebelum melanjutkan bahasan ini, terlebih dulu saya ingin menyampaikan bahwa saya tidak bermasud menakut-nakuti para calon penulis dengan judul tersebut. Sebaliknya, saya justru ingin mengurai satu per satu, apa saja sih kesulitan yang dihadapi orang ketika akan menulis? Untuk kemudian mencari solusi atau jalan keluar, bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.
 
Selanjutnya, kesulitan kedua yang dialami saat hendak menulis adalah mengolah dan mengembangkan ide. Ide sudah ada, namun tak sedikit orang yang masih bingung juga, mau diapakan ide itu. Biasanya, ide itu ditulis dalam bentuk sebuah judul ditambah satu dua kalimat. Ketika mau mengembangkannya, banyak penulis yang kebingungan, mandek.
 
Sebenarnya banyak cara untuk mengembangkan ide penulisan. Andrias Harefa dalam bukunya, Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang, memberikan tipsnya. Untuk mengembangkan ide tulisan, seorang penulis harus memiliki buku referensi seperti kamus dan ensiklopedia. Andrias Harefa berpendapat bahwa sebuah ide tulisan bisa dikembangkan menjadi minimal empat alinea. Alinea pertama berisi tentang definisi atau pengertian dari ide tersebut berdasarkan kamus. Alinea kedua berisi tentang tambahan dan pengembangan pengertian ide itu berdasarkan ensiklopedia. Aline ketiga berisi penjelasan tentang perbandingan antara pengertian berdasarkan kamus dengan ensiklopedia. Alinea keempat berisi tentang ulasan pendapat dari pemikiran penulis sendiri. 
 
Cara kedua untuk mengembangkan ide adalah dengan menyusun outline atau kerangka tulisan. Menurut Nurudin dalam bukunya Menulis Artikel itu Gampang, pembuatan outline itu bisa untuk mengatasi kebuntuan dalam pembuatan sebuah tulisan. Selain mempermudah dalam mengembangkan sebuah ide, outline juga berguna untuk membatasi sebuah tulisan agar tidak melebar ke mana-mana.
 
Pada prinsipnya outline adalah sub-sub atau bagian-bagian dari ide dasar. Contoh yang mudah dan sederhana adalah outline dari tulisan ini. Ide dasarnya adalah kesulitan dalam mengembangkan ide. Untuk memudahkan menulis, saya bisa membuat outlie atau kerangka tulisan sebagai berikut:
I.    Alinea Pertama, berisi tentang latar belakang dan alasan penulisan
II.    Alinea Kedua, berisi tentang uraian ide dasar penulisan yakni kesulitan mengembangkan tulisan
III.    Alinea Ketiga, cara mengatasi kesulitan mengembangkan ide penulisan 1
IV.    Alinea Keempat, cara mengatasi kesulitan mengembangkan ide penulisan 2
V.    Alinea Kelima, berisi contoh cara mengembangkan tulisan
VI.    Alinea Keenam, berisi tentang kesimpulan penulis
 
Demikian dua cara mengatasi kesulitan dalam mengembangkan ide tulisan. Pertama, gunakan buuku referensi minimal kamus dan ensiklopedia. Kedua, buat outlie atau kerang tulisan. Setiap penulis punya cara dan kebiasaan masing-masing. Pilihlah cara yang cocok dan mudah dipraktikkan sesuai dengan kebiasaan. Atau, mungkin masih ada cara lain untuk mengembangkan ide tulisan? Silakan cari, praktikan dan terapkan sesuai kebiasaan.
 
Salam Menulis

Sesungguhnya, Menulis itu Sulit (1)

Menulis memang gampang-gampang susah. Banyak orang bilang menulis itu mudah, menulis itu gampang. Namun fakta atau realitanya, tak semudah kata-kata itu. Menulis tak semudah teori yang mengatakan bahwa menulis itu gampang. Mengapa? Ya, karena menulis itu praktik, bukan hanya soal teori.
 
Berdasarkan fakta dan realitas tersebut, maka saya mengatakan bahwa menulis itu sulit. Dari premis tersebut, kita dipicu untuk mencari apa saja sebenarnya kesulitan dalam menulis. Kemudian mencari solusi atau jalan keluar, agar ketika mau menulis tidak mengalami kesulitan.
 
Kesulitan pertama yang biasanya dialami seorang yang akan menulis adalah soal ide. Tidak sedikit orang yang bingung mau menulis apa. Kertas dan pulpen sudah siap di atas meja, Laptop atau Komputer sudah menyala. Namun tiba-tiba saja menjadi seorang yang terdiam seribu bahasa. Padahal semua panca indera, telinga, hidung dan mata telah pula disiagakan. Namun entah kenapa ide tidak mau juga menyapa.
 
Andrias Harefa dalam bukunya, “Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang”, mengatakan bahwa kita perlu mengetahui tempat atau situasi dan aktivitas yang dapat memicu ide kreatif untuk mengarang. Dalam buku yang sama, Andrias Harefa juga mengatakan bahwa pemicu ide ada di mana-mana. Yang dibutuhkan hanyalah suasana hati yang kondusif dan kebiasaan mengamati situasi sekitar.
 
Saya mencoba dan ingin membuktikan tips dan saran dari Andrias Harefa. Di Hari Minggu siang yang cukup panas, begitu saya keluar rumah dan menengadahkan kepala, saya langsung teringat salah satu lagu dari Koes Plus yang beredar tahun tujuh puluhan, Langit yang Biru. Saya langsung mencari lagu itu di Youtube untuk sekadar bernostalgia dengan lagu tersebut. Syair lagu yang indah sebagaimana di bawah ini:

Langit yang biru tanpa awan, luas sejauh pandangan
Alangkah indahnya betapa berkesan
Langit yang biru kau terbentang jauh ke tepian sana
Alangkah luasnya lapang hati kurasa
(Koes Plus, 1975)

Setelah selesai menikmati lagu jadul dari grup band legendaries itu, saya langsung menulis tulisan ini. Jadi, memang benar bahwa suasana hati yang kondusif dan kebiasaan mengamati itu bisa memicu ide dalam menulis.

Salam Menulis.

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...