Wednesday, December 26, 2012

Jangan Lupa Menulis!

Setiap hari kita pasti dan selalu membaca. Mulai dari Koran, Buku, Laporan, hingga membaca tanda-tanda alam. Membaca satu macam koran saja bisa berlembar-lembar, lebih dari dua puluh halaman. Belum lagi kalau kita membaca lebih dari satu macam koran. Berapa lembar halaman koran yang dibaca, silakan hitung sendiri. Itu belum termasuk membaca buku, laporan atau pekerjaan di kantor, dan beraram kejadian di sekitar kita. Tidak terkecuali tanda-tanda alam. Pendek kata, banyak yang kita baca setiap hari.
 
Karena setiap orang dikaruniai akal dan fikir, maka setelah membaca pastilah tercetus ide, gagasan dan pemikiran. Membaca berita banjir yang melanda Jakarta dan pemojokan Jokowi oleh berbagai pihak, memicu pendapat; “Ini bukan salah Jokowi. Dia baru menjabat beberapa bulan. Lagi pula, siapa pun gubernurnya, tidaklah mudah mengatasi berbagai persoalan di Ibu Kota”.
 
Begitu pun ketika membaca tentang ramalan Suku Maya yang sudah ramai sejak satu dua tahun lalu. Bahkan ada filmnya, 2012. Menurut suku yang berdiam di wilayah selatan Meksiko itu, tanggal 21 Desember 2012 lalu adalah hari terakhir kehidupan dunia. Artinya, kiamat akan terjadi di hari itu. Berita itu sudah pasti membuat semua orang merenung, berpikir dan bertanya-tanya.
 
Sambil membolak-balik koran yang memuat berita itu, seorang teman bertanya tentang kemungkinan kebenaran ramalan itu. Saya menjawab dengan keyakinan bahwa itu tidak mungkin benar. Alasannya, sebagai umat muslim kita sudah berkeyakinan bahwa kiamat itu sudah pasti akan terjadi. Namun soal waktu dan kapan, tak seorang pun tahu termasuk Nabi Muhammad SAW sekalipun. Soal siapa yang tahu kapan terjadinya kiamat? Hanya satu yang tahu, Dia Yang Maha Tahu, Allah SWT. Alhamdulillah, kita sudah melewati hari itu.
 
Jadi begitulah, setiap hari kita membaca namun seringkali hilang tanpa bekas. Mungkin hasil membaca hanya sekadar menjadi bahan obrolan. Tentu hal itu bagus karena akan berkembang berbagai pemikiran dan memperluas wawasan. Namun kalau hanya sekadar obrolan, biasanya akan mudah lenyap dan menguap. Agar berbagai hal yang kita baca dan obrolkan tidak hilang begitu saja, maka harus  ditulis. Karena itu, teruslah membaca namun jangan lupa, Menulis.
 
Salam Menulis.

Sunday, December 09, 2012

Pentingnya PSB Bagi Sekolah Swasta

Dalam pengelolaannya, sekolah swasta murni mengandalkan dana yang masuk dari para orang tua siswa. Karena itu, semakin banyak siswa, semakin besar dana yang bisa dihimpun. Semakin besar dana yang dihimpun, maka semakin mudah bagi sekolah swasta itu untuk berkembang.  Sebaliknya jika jumlah siswanya sedikit, maka akan semakin sulit sekolah itu untuk berkembang. Jangankan berkembang,  untuk bertahan hidup saja mungkin akan sulit. Telah banyak contoh di sekitar kita, sekolah-sekolah swasta yang terpaksa tutup karena hanya sedikit jumlah siswanya.

Tidak mengherankan jika akhirnya sekolah swasta selalu dihadapkan pada persoalan semakin ketatnya persaingan untuk mendapatkan siswa baru. Setiap tahun sekolah swasta harus menyiapkan strategi promosi untuk bisa menarik para orang tua siswa untuk mendaftarkan putra-putrinya. Sekolah swasta harus bersaing satu sama lain untuk memperebutkan siswa baru.

Jika kita perhatikan maka selalu ada trik-trik dan strategi baru yang diterapkan oleh sebuah sekolah swasta dalam berpromosi. Dulu, dalam berpromosi mungkin hanya cukup menyebar brosur dan memasang spanduk di tempat-tempat strategis. Untuk sekarang itu saja tidak cukup. Banyak sekolah swasta yang rutin mengadakan berbagai lomba dan kegiatan setiap tahun menjelang penerimaan siswa baru. Tujuan dari pelaksanaan lomba dan berbagai kegiatan itu tak lain adalah untuk berpromosi.  

Saturday, December 08, 2012

Pecinta Bola, Betapa Dimanja

Di musim kompetisi 2012/2013 liga-liga Eropa, para pecinta sepak bola Indonesia begitu dimanja. Beberapa stasiun televisi swasta berlomba-lomba memikat pemirsa dengan tayangan yang memang banyak penggemarnya ini. RCTI dan SCTV dengan Liga Champion, UEFAdan Friendly Macth, Global TV dan MNCTV dengan Liga Inggris, Trans7 dengan Liga Spanyol, Indosiar dengan Liga Jerman, TVRI dengan Liga Italia, B Chanel dengan Liga Prancis, TVOne dan ANTV dengan Pra Piala Dunia.

Tak dapat dipungkiri, olah raga sepak bola memang menjadi tontonan yang paling popular di planet bumi ini. Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah penggemar sepak bola yang sangat besar. Jika dilihat dari kacamata marketing, hal itu adalah sebuah potensi pasar yang sangat menjanjikan. Maka sangat beralasan jika para pengelola stasiun televisi swasta berlomba-lomba merebut “kue” pasar yang menggiurkan itu.

RCTI boleh punya sinetron sebagai tayangan unggulan, SCTV punya InBox sebagai acara primadona, TVOne punya Indonesia Lawyer Club, Metrotv punya Kick Andy, Trans 7 punya OVJ, Trans TV juga punya Tahan Tawa atau Indonesia Mencari Bakat. Namun, betapa pun menariknya acara-acara itu, penontonnya hanya orang-orang tertentu saja yang memang menyukainya. Tayangan sepak bola tentu lain cerita. Sebuah acara yang memiliki penggemar dalam jumlah besar dan bersifat universal, itulah sepak bola.

Wednesday, December 05, 2012

Dua Hari Tanpa Koran

Bagi saya, membaca koran adalah bagian dari rutinitas harian. Sebelum memulai kerja,  saat istirahat atau seusai jam kerja, saya sempatkan membaca koran. Walau terkadang yang saya baca hanya judul-judul beritanya saja mengingat keterbatasan waktu. Belum lagi koran yang saya baca adalah inventaris kantor, sehingga harus rela dan sabar bergantian.

Dua hari ini, Rabu dan Kamis, 5 dan 6 Desember 2012 saya tak menemukan koran itu di kantor. Saya cari hingga sore selepas jam kerja, tak juga saya temukan batang hidungnya. Hari ini, Kamis, 6 Desember 2012 saya mencari di perpustakaan sekolah, saya temukan koran Republika hari kemarin. Karena belum baca, saya ambil dan saya taruh di meja kerja saya. Selepas solat Dhuha, koran itu lenyap tak tahu rimbanya. Hadeuh, dua hari ini koran (Republika) kok mudah sekali lenyap yah?

Sebagai orang yang tak bisa melewati hari tanpa koran, saya terus penasaran. Tapi saya segera ambil solusi. Saya telepon Pak Saryadi, tukang loper koran langganan kantor. "Assalamu'alaikum Pak Saryadi. Saya Badiyo dari Al Syukro. Mulai besok saya mau langganan koran Seputar Indonesia (Sindo) Pak!",


Sunday, August 05, 2012

Masa Depan Masih Suci

Beeing yourself is not easy. Untuk menjadi diri sendiri itu tidak mudah. Bangun pagi harus membersihkan diri.  Bertemu orang dan harus berkata baik, meski pada kenyataannya kita tidak dihargai. Tapi untuk menjadi diri sendiri, kita tetap wajib berbuat dan berkata baik. Apa pun yang kita dapatkan dan alami.

Karena itu, jadilah teman bagi diri sendiri. Jangan lagi menyiksa diri sendiri karena berbagai kekurangan atau kesalahan di masa lalu. Maafkan kesalahan diri sendiri di masa lalu. Masa lalu harus tetap dihormati karena masa lalu adalah pengalaman yang diberikan Tuhan kepada kita. Tidak ada kualitas yang bisa dilepaskan dari kualitas di masa lalu. Dan harus diingat pula bahwa rencana Tuhan untuk kita itu akan selalu berakhir baik.

Jadi, kita wajib mengasihi diri sendiri. Ingat menghasihi, bukan mengkasihani diri sendiri. Besarkanlah hati. Keangunan adalah perilaku orang besar. Lihatlah diri sendiri dengan hormat.

Kebanyakan dari kita adalah mengaku orang beriman tetapi tidak bertindak dengan iman. Seharusnya orang beriman itu berani menghadapi masalah, bukan menghindarinya. Karena Tuhan telah berjanji bahwa setiap masalah itu tidak lebih besar dari kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah itu.

Jadi, orang beriman itu seharusnya pemberani. Berani menghadapi masalah karena sudah tahu bahwa kemampuan yang dimilikinya lebih besar dari pada masalah yang ada. Tak heran jika realitas yang ada bahwa orang-orang yang berani banyak yang berhasil.

Jika kita mengaku beriman, maka seharusnya kita berani. 

(Ringkasan acara Mario Teguh Golden Ways, di Metrotv, Minggu, 29 Juli 2012)

Tuesday, July 31, 2012

Ketika Saya tak Bisa Tidur

Jam sepuluh lewat sepuluh malam. Belum ada tanda-tanda ingin tidur. Bahkan nampaknya sebaliknya, malam mini saya akan sulit tidur. Berbagai persoalan menggelayut di atas jidat. Stress berat. Di bawa tiduran gelisah, coba membaca apalagi, nggak yeng. Nonton siaran langsung olimpiade pun gak ada minat. Padahal sebenarnya saya paling suka siaran langsung pertandingan olah raga. Apalagi Simon Santoso sedang main melawan pemain Austria. Tapi tidak juga hati ini tertarik. Pertanda ada masalah yang melanda diri ini. Rasanya ada batu kerikil yang nyangkut di hati ini.

Selain itu, hari ini badan juga sebenarnya kurang dari siang tadi. Perut terasa kembung di hari ke sebelas puasa.  Bagian kecil dari ujian di bulan penuh ampunan. Agar tidak keterusan, saya minta dikerik sama istri. Setelah itu saya minum obat anti masuk angin. Mencoba untuk tidur namun tumben mata ini terasa menantang. Padahal biasanya jam Sembilan saja mata sudah kriyep-kriyep. Apa boleh buat, tantangan saya ladeni. Sebagai lelaki pantang untuk menyerah begitu saja.

Thursday, July 26, 2012

Membaca Al Qur'an

Suatu kali saya bersama tiga orang teman ngobrol santai. Dua orang telah mendapat panggilan Allah untuk berumroh ke tanah suci. Satu orang mendapat jatah dari kantor lamanya, tempat dulu dia bekerja. Sedang yang satu orang lagi diberangkatkan oleh seorang pengusaha yang rutin menjadi donator panti tempat dia mengabdi. Sementara dua lainnya belum berkesempatan ke tanah suci, termasuk saya.

Siapa pun sebagai orang muslim tentu ingin berangkat ke tanah suci, baik umroh atau pun haji. Namun tidak sedikit orang-orang kecil seperti saya merasa berkecil hati untuk bisa ke tanah suci. Gaji pas-pasan untuk hidup sebulan, dari mana bisa menabung untuk berangkat haji?

Wednesday, July 25, 2012

Kiat Menulis dari Asma Nadia

Beberapa kiat menulis yang disampaikan oleh mbak Asma Nadia dalam acara Republika Ramadhan Fair (RRF) 2012 (Republika, 26 Juli 2012).
  • Musuh terbesar yang sering menghambat kita menulis adalah kurang kuatnya motivasi. Untuk memulai belajar menulis, maka harus diawali dengan motivasi. Penulis novel Islami itu memberikan kuncinya, yaitu buatlah tulisan yang membuat kita bahagia.
  • Kebiasaan menulis dalam suasana hati bagus dan inspirasi datang. Hal itu terjadi karena kita tidak memiliki alas an yang kuat mengapa kita harus menulis. Menulis itu membuat kita seakan abadi. Tulislah hal sederhana yang mampu membangkitkan semangat.
  • Konsistensi dan semangat dalam menulis novel pun harus berawal dari keputusan yang kuat sebelum mulai menulis. Jangan membuat novel atau tulisan yang membuat kita menyesal.
  • Saat menulis, seringkali menghadapi jalan buntu. Asma Nadia memberikan tipsnya, mulailah sandarkan diri pada Allah SWT. Percaya bahwa setelah kesulitan, pastilah Allah sertakan kemudahan sesudahnya.
Itulah beberapa point dari artikel berjudul, "Menulis Itu Membahagiakan," yang saya baca di koran Republika, Kamis, 26 Juli 2012.  Menurut saya kiat-kiat itu cukup penting bagi penulis atau calon penulis. Semoga bermanfaat.

Monday, July 23, 2012

Menulis Menebar Kebaikan

Selasa, 24 Juli 2012, adalah hari keempat kita melaksanakan ibadah puasa dan hari pertama masuk kerja di bulan Ramadhan. Enaknya sebagai karyawan sebuah sekolah swasta, setiap awal Ramadhan ada hari libur  dua hari. 

Tidak terasa, bulan Juli sudah berjalan 24 hari. Blog ini masih masih belum ter-update di bulan ini. Ada perasaan berhutang jika belum meng-update blog. Pasalnya, di awal tahun ini, saya telah berikrar akan senantiasa menga-update blog minimal tiga-empat tulisan setiap bulan. Syukur-syukur bisa lebih. Jadi, ada rasa keharusan untuk memposting tulisan di blog ini.

Di akhir bulan Juli ini yang bertepatan dengan awal puasa, adalah waktu yang baik untuk menulis. Banyak tercetus inspirasi menulis, terutama hal-hal terkait hal spiritual. Mungkin tentang hakekat makna dan manfaat puasa, tentang sholat tarawih yang senantiasa berjubel di awal Ramadhan, atau tentang ibadah-ibadah lain yang biasa dan sering dilakukan di bulan Puasa.

Pendek kata, Ramadhan memang bulan berkah. Selain sebagai waktu untuk berbuat berbagai kebaikan, saat yang tepat juga untuk menulis. Jika yang kita tulis adalah kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain, maka itu bagian dari perbuatan yang baik. Mari menulis untuk menebar kebaikan. 

Wednesday, June 27, 2012

Pranoto Mongso

Beberapa hari belakangan, kurang lebih dua minggu ini, hujan sudah tak turun. Siang hari terasa begitu panas terik menyengat. Sore hingga malam angin berhembus seperti pertanda kemarau telah tiba. Namun jaman sekarang tidak mudah untuk memperkirakan kapan kemarau dan kapan musim hujan.

Berbeda dengan dulu di tahun delapan puluhan atau sebelumnya. Ingat pelajaran SD, Indonesia sebagai negara katulistiwa hanya punya dua misum. Musim kemarau April – Oktober, musim hujan November hingga Maret. Begitu setiap tahun selalu nyaris tepat. Kalau pun meleset hanya kisaran satu dua minggu saja.

Di kampung, orang tua-orang tua kita dulu lebih paham dan hafal membaca tanda-tanda alam. Mereka tidak menggunakan kalender Masehi, Hijriah atau pun penanggalan lainnya. Untuk menandai perubahan alam mereka menggunakan Pranata Mangsa. Pranata Mangsa atau aturan waktu musim biasanya digunakan oleh para petani di pedesaan.

Tuesday, June 26, 2012

Menulis dengan Baik

Menulis memang gampang jika menulis sekadarnya atau asal menulis. Namun menulis yang baik, butuh keterampilan dan sedikit pengetahuan. Keterampilan diperoleh dari latihan dan praktik yang terus menerus. Semakin sering latihan dan mempraktikan,  menulis akan semakin lihai dan lancar. Pengetahuan menulis adalah pengetahuan tentang bahasa, khususnya tata bahasa. Sejak kelas 1 SD kita sudah belajar bahasa Indonesia. Jadi jika kita sudah lulus SMA, maka sebenarnya pengetahuan tentang bahasa sudah cukup.

Kita telah belajar apa itu kata dasar, kata sambung, kata majemuk, awalan, akhiran kemudian  kalimat, frase, kalimat majemuk, paragraf dan sebagainya. Semua telah kita pelajari. Namun entah karena lupa atau kurang paham, masih sering ditemukan kesalahan-kesalahan dalam penulisan. Sebagai salah satu editor di harian online KabarIndonesia, saya sering menemukan kesalahan mendasar dari para pewarta warga.

Thursday, June 21, 2012

Gimana Sih Caranya Menulis?

Menulis memang memberikan banyak manfaat baik bagi diri penulis maupun orang lain yang membacanya. Manfaat bagi orang lain sudah jelas yaitu menambah informasi, wawasan dan pengetahuan. Sedangkan manfaat bagi diri penulis itu banyak dan tiap-tiap orang mungkin punya tujuan yang berbeda-beda dalam menulis. Ada yang menulis karena ingin mendapatkan honor seperti saya misalnya. Ada pula yang karena ingin terkenal, kemudian ada yang ingin mengaktualisasikan diri, ingin dilihat intelek, boleh saja. Tak sedikit yang menulis karena ingin membangun peradaban hingga berinvestasi amal soleh. Apapun tujuan dari menulis, itulah bahan bakar yang akan memotivasi Anda.

Setelah bahan bakar ada sebagai pemantik motivasi, Anda pun ingin segera memulai menulis. Pena dan lembaran kertas telah disiapkan. Komputer atau laptop telah sinyalakan, duduk dengan khusyu’. Waktu berjalan tiga menit lima menit hingga sepuluh menit. Kertas dan layar masih kosong. Bingung harus menulis apa. Bingung harus mulai dari mana. Loh, kok bingung?

Sunday, June 17, 2012

Untuk Apa Menulis?

Sejak kelas satu sekolah dasar kita sudah mulai belajar membaca dan menulis. Setelah bisa membaca dan menulis,  berlanjut ke pelajaran yang lain mulai dari Pendidikan Agama, Bahasa, IPA, IPS, Matematika dan sebagainya. Hal itu terus berlanjut hingga SMP, SMA  dan Perguruan Tinggi. Setiap hari dalam kegiatan belajar, tak lepas dari aktifitas membaca dan menulis. Namun kebanyakan kita lupa akan arti penting membaca dan menulis itu sendiri.

Kita hanya belajar isi materi sebuah mata pelajaran atau mata kuliah. Namun kita tidak pernah menyadari bahwa materi yang kita pelajari itu adalah hasil olah membaca dan menulis. Tanpa aktifitas menulis, tak mungkin seorang pelajar atau mahasiswa bisa mempelajari sebuah ilmu pengetahuan. Buku pelajaran atau modul mata kuliah ada dan bisa dibaca karena ada yang menulis.

Sunday, June 10, 2012

Senyum Bernilai Ibadah

Minggu sore yang cerah dan indah. Duduk santai sambil menikmati segelas kopi, seperti biasa nonton ISL di ANTV. Terlepas dari pro kontra kompetisi mana yang sah, saya memang lebih menyukai nonton ISL dari pada IPL.Tim-tim yang bermain adalah tim-tim yang terbaik yang ada di Indonesia saat ini.

Sayangnya Minggu sore kemarin, pertandingan kurang seimbang jadi kurang menarik untuk ditonton. Tuan rumah Gresik United sebagai penghuni papan bawah mehgadapi tamunya, Sriwijaya FC yang saat ini menjadi pemuncak klasmen.

Akhirnya saya gonta-ganti chanel dan akhirnya saya panteng di JakTV. Judul acaranya adalah, "Suara Anak Negeri" yang dipandu oleh komedian Bedu. Sedangkan nara sumber adalah Ustadz Raihan Sabukhi. Acara itu menghadirkan bintang tamu mantan penyanyi cilik Tasya. Acara yang berlangsung Minggu, 10 Juni 2012 dimulai dari pukul 16.30 sampai dengan 17.30. Adapun tema yang diketengahkan adalah, "Senyum Bernilai Ibadah".

Sunday, June 03, 2012

Jangan Ragu Berbuat Baik

Saya dan kita semua barangkali sering kali mengalami keragu-raguan untuk berbuat baik. Kita tahu memungut paku yang ada di jalanan itu baik, tapi kita ragu untuk memungut paku itu dan membuangnya ke tempat yang aman. Kita tahu bahwa membantu dan menolong orang lain itu baik, tetapi kita selalu ragu untuk melakukannya.

Melihat paku-paku berserakan di jalanan, hati nurani kita ingin menyingkirkannya agar tidak mencelakaan pengendara. Namun rasa malu, gengsi atau masa bodoh menjadi penghalang niat untuk berbuat baik. Melihat rekan kerja memerlukan bantuan, rasa ingin membantu tentu ada. Namun, gengsi dan ketidak pedulian sering mengalahkan niat baik itu. “Ah, biarin aja itu urusan dia, ngapain amat”.

Saturday, June 02, 2012

Mengelola Emosi dan Perasaan

Sering saya merenung dan malu. Sudah setua ini kok saya masih mudah marah ya? Ketika menghadapi situasi yang tidak mengenakan, menjengkelkan, saya langsung naik pitam. Saya tahu dan sadar bahwa marah itu tidak baik, apa pun alasannya. Karena saya tahu bahwa setiap persoalan sesungguhnya bisa diselesaikan dan dibicarakan dengan cara yang baik. Jadi tidak perlu marah dalam menyikapi sebuah persoalan. Tapi kok, hingga hari ini saya belum bisa seperti itu. Saya sedih, prihatin dan malu. Saya belum tahu bagaimana caranya belajar mengelola emosi.

Karena itulah saya kagum terhadap orang-orang besar yang sangat piawai mengontrol dan mengelola emosi dan perasaannya. Salah satu contoh misalnya mantan presiden BJ Habibi. Ketika menyampaikan laporan pertanggung jawabannya sebagai presiden di dalam sidam umum MPR tahun 1999. Beberapa anggota DPR-MPR menghujat, mencaci dan menghina, namun Sang Profesor itu tetap santai bahkan tersenyum-senyum mendengarnya. Tidak ada rasa marah, kesal atau kecewa. Bahkan beliau tetap mengucapkan terima kasih. Ini sungguh luar biasa. Tidak semua orang bisa bersikap seperti itu.

Tuesday, May 29, 2012

Ketemu di Google

“Kring, kring, kring”. Telpon kantor berdering tak lama saya tiba usai sholat Jum’at di Masjid sebelah kantor. “Assalamu’alaikum, bisa bicara dengan Pak Badiyo?” Walaikum salam, ya saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu?” jawab saya. “Ini pak Badiyo?” tanya dia setengah ragu. “Ya, betul,” jawab saya meyakinkan. “Ya Allah, apa kabarnya? Sudah lama banget kita nggak ketemu. Teman-teman pada nanyain,” sambungnya. “Ini siapa?” saya balik bertanya. “Ini Wanti, teman SMA”.” Wanti?” Tanya saya penuh ragu. Karena seingat saya tak ada teman SMA yang bernama Wanti. “Ya, aku Ani,” dia menjelaskan. “Oh Ani Purwanti? “Ya”. Setelah itu kami  ngobrol ngalor-ngidul.

Pikiran saya langsung melayang ke masa-masa SMA. Kelas  III IPA memang kelas yang sangat kompak saat itu. Jika ada persoalan, kita selalu kumpul dan diskusi bersama. Kelas itu juga spesial, unik,  lain dari yang lain. Misalnya, kelas ini memiliki tim sepak bola yang selalu bertanding dengan tim-tim dari kampung di sekitar sekolah atau melawan tim dari sekolah lain. Saya adalah salah satu bagian dari tim sepak bola itu. Meski bertubuh kecil, peran saya di tim cukup penting yaitu gelandang bertahan. 

Monday, May 28, 2012

Ilmu Bumi, Pelajaran yang Paling Saya Sukai

“Wonogiri, Wonosari, Wonosobo, Wonocolo, Wonopringgo, Wonomerto, dan seterusnya. Tiba-tiba saja saya teringat nama-nama kota itu”. Demikian update status facebook saya beberapa waktu yang lalu. Beberapa komentar yang muncul pun beragam. Mulai dari yang mempertanyakan saya sedang sensus kota-kota hingga mengaitkan dengan nama seorang pelawak jadul, Wono Kaerun.

Lalu apa sebenarnya yang membuat saya tiba-tiba teringat nama-nama kota itu. Apakah karena nama-nama kota itu dimulai dengan kata wono sehingga menjadi menarik? Atau apakah karena saya atau famili ada yang berasal dari kota itu? Atau mungkin pernah punya teman, pacar atau barangkali pernah naksir seseorang yang berasal dari kota itu?  Ah, mau tahu aja.

Thursday, April 19, 2012

Menulis Pengalaman: Terima kasih Pak Serka Subardi dan Peltu Mukti

Latihan Dasar Keprajuritan (LDK) bagi mahasiswa baru angkatan tahun 1986 telah berjalan dua hari. Meski baru dua hari, saya jatuh sakit karena kerasnya latihan ala militer itu. Selain itu stamina saya juga terkuras karena harus bolak-balik menempuh perjalanan 45 km. Berangkat jam enam pagi dan pulang jam enam sore membuat badan rentan masuk angin.

Wednesday, April 18, 2012

Menulis Pengalaman: Penataran P4 dan LDK

Tahun 1986, saya lulus SMA. Sebagai seorang pemuda yang sedang haus belajar, saya ingin melanjutkan kuliah meski keadaan ekonomi orang tua tidak mampu. Tanpa bimbingan dan pendampingan siapa pun, saya mendaftar dan ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru (Sipenmaru). Maklum, orang tua dan keluarga bukanlah orang berpendidikan tinggi. Teman berdiskusi juga tidak ada karena saat itu saya sangat pemalu dan kuper. Dalam kebimbangan, saya memutuskan memilih D3 PTUP (Kalau tidak salah, Pendidikan Ternak Unggas dan Perah), Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed Purwokerto).


Saturday, April 14, 2012

Keberuntungan = Persiapan + Kesempatan

Malam Minggu, cuaca lumayan cerah. Selepas Maghrib, saya bersiap-siap menulis untuk sekadar mengupdate blog besok. Inginnya sih menulis opini untuk dikirimkan ke surat kabar, namun saya harus realistis. Sekian tahun belajar menulis, hingga saat ini saya masih belum mampu menulis semacam opini. Selain berisi antara 500 hingga 1200 kata, opini haruslah berbobot dan berkualitas tentunya. Bukan tak bisa, tapi belum mampu. Untuk menulis sepanjang 750 kata saja rasanya lumayan berat. Belum lagi soal kualitas isi. Untuk itulah saya terus belajar dan belajar. Mangupdate blog, adalah bagian dari proses itu.


Menulis itu Belajar Sabar dan Peduli

Sejujurnya, ketika awal-awal saya menulis dan belajar menulis, ada terselip di hati keinginan untuk dipuji. Setelah itu ada keinginan untuk dikenal dan terkenal. Selain keinginan-keinginan yang lain tentunya seperti ingin mendapat honor, dan lain sebagainya. Apakah hal seperti ini dialami juga oleh rekan penulis lain? Entahlah. Setiap penulis punya prinsip dan motivasi yang berbeda-beda.

Tak heran jika di masa-masa itu saya sering kecewa ketika memposting tulisan di blog atau facebook lantaran tak satu pun komentar datang. Sudah capek dan merenung cukup lama untuk menghasilkan tulisan, namun kurang mendapat respon. Jangankan berkomentar, dibaca saja tidak. Sangat-sangat menyedihkan.


Sunday, April 08, 2012

Rekonsiliasi atau Revolusi

Dibuang sayang. Artikel ini saya tulis beberapa waktu yang lalu usai Timnas kalah 0-10 dari Bahrain. Telah saya kirim ke redaksi tabloid Bola untuk dimuat di rubrik Oposan. Namun setelah beberapa waktu ditunggu, ternyata tak nongol juga. Jadi saya berkesimpulan bahwa tulisan tersebut tidak berhasil alias gagal tayang di tabloid Bola. Dari pada dibuang sayang, maka saya posting di blog ini, untuk sekadar arsip dan bisa dibaca orang lain.


Friday, April 06, 2012

Seni Bermain Layang-Layang

Beberapa anak berlari-lari sambil mengarahkan pandangan mereka ke atas. Mereka terus berlari mengikuti arah benda yang melayang di angkasa itu. Mereka berlomba untuk mendapatkan benda itu. Siapa yang cepat dan beruntung, dialah yang dapat. Cepat saja tidak cukup jika tidak beruntung. Karena benda itu bergerak tak menentu mengikuti kemana arah angin. Itulah layang-layang putus.

Bermain layang-layang memang mengasyikan. Tidak hanya bagi anak-anak, tetapi juga remaja bahkan orang dewasa. Jika cuaca baik, cerah dan angin bertiup cukup kencang, saatnya bermain layang-layang. Karena itu, bermain layang-layang lebih sering dan ideal dilakukan saat musim kemarau tiba.Tarik ulur benang, membaca dan mengikuti kemana arah angin adalah seni bermain layang-layang. 

Namun kalau kita perhatikan, bermain layang-layang, tidak hanya sekadar tarik-ulur benang. Mengejar layangan putus adalah bagian dari seni bermain layang-layang. Entah itu layangan kita sendiri, milik teman atau bahkan layangan milik lawan. Dimana pun layangan yang putus itu jatuh, wajib untuk dikejar dan didapatkan.  Karena hal itu adalah bagian dari seni bermain layang-layang.

Selamat bermain layang-layang.

Sumber foto: pahoman.org

Thursday, April 05, 2012

Intisari Khutbah Jum'at

Jumat, 6 April 2012
Masjid Nururrahman, Kedaung  - Pamulang - Kota Tangerang Selatan
Khotib:

Dalam sebuah hadits, Nabi menyampaikan kepada para sahabat bahwa seluruh umatnya akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Para sahabat pun terdiam dan sebagian yang lain penasaran.

Betapa tidak. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa surga itu luasnya dua kali dunia. Setiap penghuni surga disediakan istana yang terdiri dari 70 kamar dan masing-masing kamar  ada 70 bidadari. Surga yang sedemikian luas, indah dan menyenangkan itu kok masih ada yang tidak mau.

Salah satu sahabat yang penasaran pun bertanya, siapa yang tidak mau surga itu ya Rasulullah? Rasulullah menjawab bahwa orang yang mau surga adalah mereka yang taat kepada perintah Rasulullah dan mengikuti sunah-sunahnya. Sedangkan mereka yang tidak mau surga adalah yang maksiat atau tidak taat kepada perintah Rasulullah dan tidak mengikuti sunah-sunahnya.

Tuesday, March 27, 2012

Politik Adu Jangkrik

Membaca sejarah, Indonesia pernah dijajah Belanda tiga setengah abad dan dijajah Jepang tiga setengah tahun. Di masa penjajahan Belanda, ada istilah devide et impera. Kurang lebih artinya politik adu domba. Mengingat kegigihan dan kekompakan para pejuang Merah Putih, Belanda menerapkan siasat adu domba. Dengan menyebar fitnah atau merayu plus iming-iming, para pejuang diadu domba. Di sinilah para penghianat mulai bermunculan.

Dengan cara begitu, maka kekuatan para pejuang Merah Putih menjadi berkurang. Maka para Kompeni akan semakin mudah menumpas kaum ekstremis. Kompeni bergerak bersama para demang-demang penghianat menumpas pejuang sejati. Begitulah akal licik kompeni dalam menghancurkan kaum ekstremis.

Dalam praktik penyelenggaraan pemerintah, tak jarang taktik adu domba juga digunakan. Demi mengamankan kepentingan tertentu, pemerintah bisa menggunakan tangan-tangan masyarakat. Melalui penyusupan intelejen, pemerintah mengadu domba rakyatnya sendiri. Tidak mudah untuk dibuktikan tetapi bukan tidak mungkin hal itu terjadi. Mungkin inilah yang sering disebut dengan istilah manajemen konflik.

Mungkin bukan hanya dalam penyelenggaraan negara manajemen konflik diterapkan. Bisa jadi di dalam sebuah organisasi atau perusahaan pun hal itu dijalankan. Perhatikan dan amati organisasi atau perusahaan di mana kita berada. Jika ada manajemen konflik yang memang sengaja diciptakan, maka itulah politik adu jangkrik.

Lantas, bagaimana kalau yang diadu itu Tomcat? Silakan saja dicoba kalau mau menanggung risikonya. Salah-salah bisa tangan atau badan Anda yang melepuh karenanya.

Sunday, March 25, 2012

Ketika Saya Tertarik Menulis

Membaca dan menulis ibarat dua sisi mata uang, meski tak sama namun tak dapat dipisahkan. Orang bisa membaca bisa karena ada yang menulis. Begitu juga menulis bisa terlaksana karena ada yang membaca. Meski demikian, tidak semua pembaca menyadari keberadaan dan pentingnya penulis. Beda dengan penulis yang senantiasa menyadari keberadaan dan pentingnya pembaca. Tanpa pembaca, penulis tak ada artinya.

Sejak mengenal huruf a sampai z saat kelas satu sekolah dasar, saya sudah senang membaca. Membaca apa saja, mulai dari buku pelajaran, buku cerita hingga surat kabar dan majalah. Karena orang tua saya bukanlah orang yang mampu, maka yang saya baca adalah Koran dan majalah bekas. Kegemaran membaca itu tetap terpelihara hingga dewasa saat sudah bekerja.

Namun bertahun-tahun menjadi pembaca, tak pernah terbersit di pikiran untuk menulis. Padahal kalau menengok jauh ke belakang, dulu saya sebenarnya suka mengarang. Saya selalu senang mengerjakan tugas mengarang saat kelas enam sekolah dasar dan kelas satu sekolah menengah pertama. Di masa itu, pelajaran bahasa Indonesia selalu menyertakan tugas mengarang ketika pelaksanaan tes hasil belajar atau ujian semester sekarang. Saat kelas tiga sekolah menengah pertama saya juga pernah mengikuti lomba mengarang tingkat kabupaten. Meski tak berhasil meraih juara, namun setidaknya hal itu memperlihatkan bibit menulis yang saya miliki. Sayangnya saya tak pernah menyadari hal itu.

Sampai suatu saat, saya membaca sebuah artikel di Koran Republika tanggal 11 Juli 2003 berjudul “Ada Cerpenis di Lantai VI”. Artikel yang ditulis oleh Irwan Kelana itu menceritakan tentang kegiatan beberapa pemuda karyawan gedung Depdiknas. Mereka adalah Poniran, Gunadi, Muslim, Sarno dan Marzuki. Hanya dengan bekal ijazah SMA, mereka memberanikan diri mengadu nasib di Jakarta. Siang hari mereka bekerja sebagai office boy dan  satpam, malam hari mereka gunakan untuk belajar menulis cerpen. Mereka belajar kepada seorang cerpenis senior, Hudan Hidayat.

Selain mengajarkan menulis cerpen, Hudan Hidayat juga menyuntikan motivasi kepada mereka. “Kemajuan dan perubahan bisa digapai lewat penciptaan kreatif. Kalian bukan pegawai negeri. Nah kalian bisa menggapai itu melalui kegiatan menulis cerpen”. Demikian pesan Hudan Hidayat kepada mereka. 

Selesai membaca artikel itu, saya penasaran. Saya ulangi lagi membacanya, memang menarik.  Ketertarikan tak lepas dari kondisi saya yang tak jauh berbeda dengan para cerpenis muda itu. Hanya lulus SMA dan bekerja sebagai karyawan kelas bawah membuat masa depan tidak jelas. Mau minta naik gaji sulit, mau naik pangkat juga rasanya berat. Karir saya sudah mentok. Sampai kapan pun akan tetap begini-begini saja.

Setelah membaca dua kali artikel itu, saya pun mengamini apa yang dikatakan Hudan Hidayat. “Kemajuan dan perubahan bisa digapai lewat penciptaan kreatif”. Untuk menggapainya yaitu dengan cara menulis. Itulah awal mula ketertarikan saya terhadap dunia tulis menulis. Sejak saat itu, saya mulai rajin belajar dan rutin menulis. Menulis apa saja, tak peduli bagus atau jelek yang penting menulis dan terus menulis.

Saturday, March 24, 2012

Buah Asli Tanah Negeri

Beberapa hari yang lalu, beberapa media memberitakan tentang tersingkirnya buah-buahan lokal dari buah-buahan impor. Salah satu penyebab hal itu adalah bahwa buah impor lebih menarik dalam hal kemasan. Selain itu, menariknya kemasan buah impor ditengarai berformalin. Padahal formalin adalah bahan berbahaya bagi tubuh.

Indonesia adalah negeri agraris yang terletak di garis katulistiwa. Koes Plus pernah mengatakan dalam lagunya “Kolam Susu” bahwa tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Benar, apa saja bisa tumbuh di negeri nan subur, negeri nusantara. Ribuan tanaman tumbuh di tanah surga ini, termasuk tanaman buah-buahan. Dari buah yang sudah dikenal umum dan biasa dimakan hingga buah yang masih asing di pedalaman hutan belantara. 

Bukan tak mungkin masih banyak jenis buah-buahan yang belum dikenal dan belum dimanfaatkan. Buah yang telah umum dikenal dan dikonsumsi seperti jeruk, mangga, rambutan, dukuh, durian, Pisang, nanas, nangka, semangka, melon, manggis, sirsak, sarikaya dan masih banyak lagi. 

Diantara buah itu juga masih bermacam jenis. Ada mangga indramayu, mangga aromanis, mangga golek dan sebagainya. Jeruk pun demikian, ada jeruk medan, jeruk Pontianak, jeruk bali dan sebagainya. Dukuh dan pisang pun demikian, ada beragam jenis.

Menjadi sangat mengherankan jika belakangan muncul berita bahwa buah lokal tergusur oleh buah impor. Tak dapat dipungkiri kalau tampilan kemasan memang penting untuk memikat daya tarik. Tetapi selain itu, ada sebab lain yang menyingkirkan buah lokal. Sikap dari masyarakat kita sendiri yang kurang menghargai produk lokal. Segala sesuatu yang tampilannya oke apalagi dari luar negeri dianggap lebih menarik. Padahal kenyataannya tidaklah selalu demikian.

Jadi  semua kembali kepada sikap masyarakat kita sendiri. Jika ingin negeri ini semakin maju, maka harus menghargai produk dalam negeri. Tak terkecuali buah-buahan. Mulai sekarang, mari makan buah-buahan asli tanah negeri sendiri. Dengan begitu, kita menghargai dan menghormati saudara, kerabat atau leluhur kita sendiri. Mereka telah bersusah payah bertani dan berkebun untuk menghasilkan beragam hasil buah-buahan.

Makan buah lokal? Kenapa tidak!

Monday, March 19, 2012

Menjaga Kesehatan

Belakangan cuaca semakin tidak menentu. Siang hari panas menyengat, sore hari hujan datang tiba-tiba. Tidak jarang disertai hembusan angin kencang. Malam hingga pagi terkadang dingin menyengat. Di rumah, di kantor, di sekolah atau di kampus tidak sedikit kita temui orang-orang yang sakit. Batuk, pilek, demam, radang tenggorokan atau bahkan tipus. Orang-orang terdekat di keluarga, saudara, teman atau tetangga ada saja yang terkena sakit.
Kalau kita amati, cuaca dan kondisi lingkungan memang semakin tidak menentu. Berbagai macam penyakit juga semakin mudah datang. Oleh karena itu, mau tak mau kita harus semakin peduli terhadap kondisi yang ada. Kita harus senantiasa memperhatikan cuaca dan lingkungan di sekitar kita. Selain itu kita juga harus menjaga kondisi fisik kita agar tetap fit dan prima.
Berikut beberapa tips yang mungkin bisa berguna.
  1. Makan dan minum yang teratur. Kondisi fisik yang fit dan prima bisa menghindarkan kita dari berbagai serangan penyakit. Dengan kondisi badang yang sehat maka daya tahan tubuh kuat. Namun karena kesibukan, sering kali banyak orang yang menunda atau bahkan lupa makan dan minum. Akibatnya makan telat waktu dan tidak teratur, minum air putih juga kurang. Jika sudah seperti ini maka kondisi fisik pasti menurun karena kesibukan yang tinggi tidak diimbangi asupan makan dan minum yang teratur. Makan dan minumlah yang teratur. Makan tiga kali sehari dan minum air putih  minimal 8 gelas per hari.
  2. Istirahat yang cukup. Hidup di jaman sekarang dan tinggal di kota-kota besar apalagi Jakarta, 24 jam sehari rasanya memang tidak cukup. Persaingan hidup yang semakin tinggi membawa konsekuensi tuntutan juga semakin tinggi pula. Demi memenuhi semua tuntutan itu, tak jarang orang bekerja sampai larut malam bahkan hingga dini hari. Banyak orang yang beristirahat hanya 2 sampai 3 jam sehari. Padahal istirahat yang cukup seharusnya antara 6 hingga 8 jam sehari. Perlu sekali diingat bahwa apa yang kita usahakan untuk dinikmati. Kalau kita sakit-sakitan maka apa yang kita upayakan mati-matian itu menjadi tidak ada artinya lagi.
  3. Jagalah kebersihan. Pepatah mengatakan bahwa kebersihan pangkal kesehatan. Kebersihan di sini tentu kebersihan jasmani dan rohani. Untuk menjaga kebersihan jasmani, mandi dua kali sehari dan sering-seringlah cuci muka, tangan dan kaki. Terutama cuci tangan sehabis makan, seusai memegang sesuatu yang mungkin kotor, uang dan sebagainya. Apalagi setelah berjabat tangan dengan orang yang sedang sakit. Selain fisik, kebersihan rohani juga sangat berperan terhadap kesehatan kita. Pepatah orang bijak mengatakan bahwa penyakit berasal dari pikiran kita sendiri. Untuk menjaga kebersihan rohani, sebagai seorang muslim tentu solat wajib tepat waktu. Agar semakin bersih, jangan lupa ditambah solat sunah, doa dan dzikir-dzikir lainnya.
  4. Hindari tempat terbuka terlalu lama. Tempat terbuka memungkinkan orang terkena langsung terik matahari, hujan dan angin.  Kondisi tersebut menyebabkan orang mudah terkena penyakit. Oleh karena itu, jika memungkinkan hindari tempat-tempat terbuka seperti di lapangan, jalanan, atau di tempat terbuka lainnya. Kalau tidak memungkinkan maka usahakan jangan terlalu lama berada di sana. Namun jika di tempat itulah tempat tugas dan aktifitasnya, maka berjagalah dengan mengenakan pakaian pengaman seperti jaket, mantel, topi atau payung terutama saat hujan.
Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Semoga bermanfaat. Tetap semangat, tetap sehat dan sukses selalu.

Thursday, March 15, 2012

Wong Gunung itu Luar Biasa!

Saya sudah lama terinspirasi menulis tentang wong gunung, orang gunung. Inspirasi itu saya peroleh saat saya pulang kampong lebaran beberapa waktu silam. Suatu saat pulang kampung ke Purbalingga memilih jalan melalui Pemalang. Perjalanan antara Pemalang – Purbalingga, terutama mulai dari Randudongkal sampai Bobotsari adalah daerah pegunungan.

Sore hari saya melintasi daerah itu. Saya menyaksikan orang-orang di sana menikmati sore hari di pinggir-pinggir jalan. Bercengkerama satu dengan yang lainnya. Sementara di tangan-tangan mereka, tergenggam HP-HP yang mungkin saja merek-merek canggih dan keluaran terbaru.  

Saya baru kesampaian menulis tentang Wong Gunung hari Sabtu (10/3-2012) setelah bebera saat menyaksikan tayangan di Trans TV tentang seorang siswi SMP di kawasan pegunungan Tengger, Jawa Timur. Saya lupa apa judul acaranya dan cerita persisnya. Saya hanya menangkap cerita betapa berat perjuangan seorang siswa untuk menuntut ilmu di bangku sekolah. Dia dan teman-temannya harus menempuh jarak yang cukup jauh, berliku, naik turun melalui leneng dengan berjalan kaki. Siswi tersebut bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Cita-cita yang sangat mulia.

Jaman dulu ketika saya masih tinggal di kampung, wong gunung atau orang gunung itu identik dengan keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan. Orang gunung juga identik dengan orang kampung.  Walau begitu tidak semua orang kampung itu orang gunung. Misalnya saya, meski lahir di kampung, namun kampung saya bukan di daerah gunung atau pegunungan. Gunung atau pegunungan memiliki ketinggian tertentu dan ditandai dengan jalan mendaki untuk mencapainya. Kampung saya adalah dataran rendah yang menghampar rata, tak ada tanjakan atau turunan.

Meski demikian kampung saya relatif tak terlalu jauh dari kampung-kampung yang berada di pegunungan. Oleh karena itu dalam keseharian tak jarang saya bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang gunung. Hal itu terjadi seperti di pasar, di sekolah atau di instansi pemerintah. Dari bergaul dan berinteraksi itu, saya jadi tahu bahwa orang gunung itu memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan itu adalah kekuatan fisik dan mental mereka yang lebih disbanding orang yang tinggal di dataran rendah.

Entah karena terbiasa naik turun dan melalui jalan medan yang relatif sulit, rata-rata mereka meliki fisik yang lebih kuat. Begitu pun dengan mental. Terbiasa menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan sehari-hari membuat mental mereka tak pantang menyerah.

Jadi  jangan anggap remeh dan menyepelekan orang gunung. Jangan samakan orang gunung jaman dulu dengan sekarang. Dan yang paling penting adalah bahwa orang gunung itu bahkan memiliki beberapa kelebihan. Mereka memiliki kekuatan fisik dan mental yang jauh lebih kuat. Mereka tahan banting dan pantang menyerah. Seperti yang tergambar pada seorang siswi SMP Negeri di kawasan Tenger Jawa Timur yang bercita-cita menjadi seorang guru.

Wong Gunung, memang Luar Biasa!

Tuesday, March 06, 2012

Mengapa Saya Jadi Pelupa?

Hari ini, Rabu, 7 Maret 2012. Timnas U-21 Indonesia akan berhadapan dengan Vietnam pada laga semi final Hassanal Bolkiah Trophy (HBT) 2012 di Brunei Darussalam. Pertandingan berlangsung pukul 15.00 WIB dan disiarkan langsung oleh RCTI. Banyak hal setiap hari yang harus saya ingat. Belakangan, saya sering lupa tentang sesuatu yang seharusnya saya lakukan.

Tanggal 28 Februari lalu, kealpaan penting pertama yang saya lakukan. Sudah jauh-jauh dan susah payah dari Ciputat ke UPBJJ UT Rawa Mangun, ternyata saya sudah telat untuk melakukan registrasi. Menurut petugas UPBJJ UT, batas registrasi tanggal 29 dimaksud adalah batas akhir pembayaran. Sementara untuk melakukan registrasi atau pembayaran, terlebih dulu harus mengambil LTR, Lembar Tagihan Registrasi. Batas akhir pengambilan LTR adalah tanggal 22 Februari 2012. Jadi hal itu terjadi sebenarnya bukan semata karena saya lupa, tapi lebih pada salah persepsi. Tetapi apapun itu, saya dinyatakan telat melakukan registrasi tahun 2012.1. Terpaksa harus cuti dan menunggu satu semester lagi. Apa boleh buat.

Kealpaan kedua adalah tanggal 1 Maret 2012. Kamis, 1 Maret 2012 pagi, saya baru saja selesai mandi. Seorang karyawan OB yang kebetulan hari itu berangkat karya wisata bersama para siswa mengirim SMS, “Mas nanti tolong absenin, soalnya absennya belum diganti”. Astaghfirullah, saya lupa menyiapkan dan mengganti absensi.  Padahal itu adalah bagian dari tugas dan tanggung jawab saya. Tanpa sarapan pagi terlebih dulu, saya langsung bergegas berangkat untuk menyiapkan absensi.

Entah karena usia semakin bertambah atau semakin banyak dan beragam hal dan persoalan yang harus dipikir dan dilaksanakan. Hiruk pikuk dan ragam persoalan membuat saya semakin tenggelam ke dalam rutinitas.  Entahlah, yang jelas belakangan saya sering lupa.

Apa pun sebabnya, saya tak ingin kealpaan itu terulang kembali. Tugas dan kewajiban pokok dan hal-hal rutin jangsn sampai lupa lagi.  Satu hal lagi yang tak boleh lupa adalah menulis dan mengapdet blog.

Tuesday, February 28, 2012

Manusia Macam Apa Kita Ini?

Dalam sebuah ceramahnya di sebuah stasiun televisi swasta, Ustad Muhammad Nur Maulana atau yang lebih dikenal dengan Ustad Maulana menyampaikan  tiga macam atau golongan manusia.

Pertama, Manusia Batu. Ada atau tidak ada dia, sama saja. Kehadiran dan ketidak hadirannya sama sekali tidak ada pengaruhnya.

Kedua, Manusia Setan. Jika tidak ada dia, banyak orang malah merasa senang dan gembira. Sebaliknya, kehadirannya justru membuat orang lain was-was, terganggu, kurang nyaman dan khawatir bahkan takut.

Ketiga, Manusia Malaikat. Kehadirannya sangat didambakan dan selalu dinantikan banyak orang. Kalau ada dia, rasanya nyaman, tenteram, tenang dan aman. Jika tidak ada dia, rasanya ada yang kurang dan banyak orang yang merasa kehilangan. Itulah manusia yang sangat dibutuhkan kehadirannya oleh sesama. Betapa mulia manusia seperti itu.

Sekarang kita tinggal merenung diri masing-masing. Manusia macam apa kita ini?

Wednesday, February 22, 2012

Konsisten Menulis di Blog

Apa susahnya nulis blog? Padahal menulis untuk sebuah blog tidaklah sesulit menulis untuk Koran atau majalah. Tak perlu berpikir keras sampai mengernyitkan dahi untuk menghasilkan tulisan. Cukup hal-hal keseharian yang kita jumpai dan alami. Apa saja yang kita lihat dan dengar bisa  ditulis.

Tapi kenyataannya, tidak sedikit blogger yang lalai mengapdet blognya. Kalau tidak percaya, cobalah sekali-kali jalan-jalan, pasti akan kita temukan blog-blog yang terbengkalai. Termasuk blog saya ini. Jujur, saya akui itu.

Sebenarnya saya sudah lama menyadari hal itu. Namun tekad dan kemauan untuk mengapdet blog belum begitu kuat. Belakangan, tepatnya di akhir tahun 2011 lalu saya bertekad akan mengapdet blog semaksimal mungkin di tahun 2012. Bulan Januari,

Alhamdulillah saya mampu memposting dua tulisan. Di bulan Februari ini, saya sudah memposting empat tulisan dan masih ada waktu kurang lebih satu minggu. Siapa tahu bisa memposting satu dua tulisan lagi.

Target saya tidaklah muluk-muluk, minimal satu bulan dua postingan itu sudah cukup. Jika konsisten, maka setahun saya mampu memposting 24 tulisan. Itu minimal, bisa jadi lebih. Hal ini jauh lebih baik dibanding tahun 2011 yang hanya memposting 6 tulisan.

Idealnya memang satu hari satu tulisan, jadi setahun 365 tulisan. Tapi saya tak mau nafsu besar tenaga kurang. Tidak jarang yang ideal sulit teralisir. Bukan tak mau berusaha, tapi realistis lah. Step by step.

Selamat mengapdet blog Anda!

Thursday, February 16, 2012

Intisari Khotbah Jum'at 10 Februari 2012

Intisari Khotbah Jum’at, 10 Februari 2012, di Masjid Nururrahman, Kedaung Pamulang Tangerang
Khotib: Ust. H. Syahroni CH.
Tema: Manusia sebagai Makhluk yang Sempurna

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah SWT. Malaikat mempunyai akal tapi tidak mempunyai nafsu. Hewan memiliki nafsu namun tak memiliki akal. Sedangkan manusia memiliki keduanya, akal dan nafsu. Allah telah berfirman dalam surat At Tin ayat 4 yang artinya, “Sungguh Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
 
Selama akal masih berfungsi atau sempurna, maka hakekatnya sebagai manusia. Tetapi kalau akalnya tidak lagi sempurna, maka dia akan seperti hewan karena dia berperilaku hanya berdasarkan nafsunya. Jika akal seseorang tidak lagi sempurna, maka tidak lagi memiliki rasa kasih sayang dan belas kasihan terhadap orang lain dan sesama. 
 
Dengan akal itu pula manusia bisa bersyukur kepada Allah SWT. Bersyukur karena nikmat umur, iman dan Islam serta nikmat sehat. Karena ketiga nikmat itulah, kita semua bisa menghadiri undangan Allah untuk datang ke mesjid ini menunaikan solat jum’at. Banyak saudara-saudara kita yang saat ini masih berleha-leha, bercengkerama atau sibuk dengan pekerjaan atau dagangannya. Mereka panjang umur dan sehat, namun tidak diberi nikmat iman dan Islam. Sehingga mereka masih terus sibuk dengan urusan dunia dan mengabaikan undangan Allah bersolat Jum’at.

Hadis Rasulullah yang artinya; ada tiga yang mengantarkan jenazah seseorang, keluarganya, harta bendanya dan amal solehnya. Yang pertama dan kedua akan segera meninggalkannya ketika pemakaman usai dilaksanakan. Hanya yang ketiga, yang akan setia menemaninya, yakni amal sholeh. Maka yang perlu kita pikirkan adalah, sudahkah kita mengumpulkan amal soleh?

Saturday, February 04, 2012

Khutbah Jum'at: Ketetapan Allah

Khutbah Jum’at (3-2-2012) di Masjid Nururrahman, Kedaung Pamulang. Judul Ketetapan Allah.
Khotib: Ust. Ali Imran, SQ, S.Pd.

Setiap makluk sudah memiliki ketetapan masing-masing. Contoh Cacing, telah ditetapkan hidup nyaman dan bahagia tatkala berada di dalam lumpur yang berbau busuk.

Kalau kita pikir, apa enaknya hidup di dasar lumpur yang gelap dan bau busuk. Tapi itulah ketetapan Allah untuk makhluk bernama cacing. Kalau cacing itu di taruh di atas permadani yang indah atau di atas marmer, cacing itu malah merasakan sangat menderita, tidak nyaman bahkan mungkin mati.

Begitu juga dengan ikan. Ikan telah ditetapkan Allah bahwa dia akan hidup nyaman dan bahagia di dalam air. Apabila ikan diangkat dan dikeluarkan dari air, dia akan menerita dan mati.

Manusia telah ditetapkan Allah akan hidup bahagia jika dalam iman dan amal sholeh. Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nahl ayat 97 yang artinya;
“Barang siapa yang berbuat kebaikan dari laki-laki atau perempuan dan dia mukmin, niscaya Kami menghidupkannya dengan kehidupan yang baik; dan Kami member balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”

Kekayaan, tanpa iman dan amal sholeh tidak akan membuat manusia hidup bahagia. Banyak contoh yang ada di sekitar kita. Ada seorang yang kaya raya, mobilnya banyak, rumahnya mewah, istrinya cantik-cantik, tapi dia tidak bahagia. Bahkan  hidupnya berakhir dengan tragis dan mengenaskan. Dia bunuh diri dengan melompat dari lantai 7 sebuah gedung perbelanjaan. Dia kaya tapi tanpa iman dan amal sholeh. Orang seperti itu, hidupnya tidak akan bahagia.

Allah juga berfirman dalam Surat Al 'Asr (1-3):
“Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran”.

Friday, February 03, 2012

Mendengarkan Radio dan Menonton Televisi

 
Minggu, 29 Januari 2012, saya bertugas piket psb. Iseng saya mendengarkan radio Sonora. Lumayan, bernostalgia. Maklum dulu saya memang suka sekali mendengarkan Saya suka mendengarkan radio sejak masih kecil. Bahkan Setiap belajar, saya selalu sambil mendengarkan radio. Maklum jaman saya kecil hingga remaja dulu, televise masihg menjadi barang langka.

Belakangan, pamor radio semakin berkurang seiring perkembangan televisi yang semakin pesat saja. Radio menjadi pilihan nomor dua setelah televisi. Bahkan menjadi nomor tiga barangkali setelah hadirnya internet.

Secara kebetulan di pagi itu, ada acara resensi buku. Saat itu membahas sebuah buku tulisan Rene Suhardono, hanya karena judulnya berbahasa inggris dan panjang, jadi saya lupa. Penyiar member kesempatan para pendengar untuk mengajukan pertanyaan ataupun komentar melalui sms. Sonora menyediakan hadiah 5 buah buku bagi pengirim pertanyaan terpilih. Tertarik tema dan hadiah buku, saya ikut sms, mengirim pertanyaan.

Pertanyaan saya, mana lebih penting untuk menunjang karir, pendidikan atau pengalaman? Saat yang ditunggu tiba, pertanyaan saya dibaca dan dibahas. Rene Suhardono member penjelasan bahwa yang terpenting adalah bagaimana memaknai pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang didapat untuk dipraktikkan. Praktik itulah yang akan membentuk pengalaman. Jadi menurutnya, pendidikan dan pengalaman tidaklah harus dipisahkan. Keduanya penting dan saling terkait.

Di akhir acara, nama saya menjadi salah satu yang berhak atas hadiah buku karya Rene Suhardono tersebut. Sayangnya, setelah saya konfirmasi ke Sonora, hadiah harus diambil sendiri ke studio. Saya kira dikirim, karena sebelumnya saya juga pernah mendapatkan hadiah serupa dari radio yang lain. Dua kali saya dapat dan dikirim ke alamat. Tapi, ya sudah. Bukanya tidak bersyukur, tapi kalau harus mengambil sendiri ke Sonora, ya nanti dulu lah. 

Malam harinya, saya sempat menonton Mario Teguh Golden Ways. Sebenarnya acara tersebut acara favorit bagi saya, namun jadwal yang berbarengan dengan siaran langsung ISL dan terkadang banyak acara menarik lainnya, membuat MTGW sering saya lewatkan. Minggu, 29 Januari 2012 temanya sangat menarik, sayang saya hanya mengikuti sepotong. Jadi hanya sedikit yang bisa saya tangkap, diantarnya tentang keberanian. Orang-orang yang berhasil adalah orang-orang yang berani melakukan sesuatu dengan segala risiko. Pada dasarnya semua orang mempunyai rasa takut. Bedanya, orang yang berani tidak berfokus pada rasa takutnya, melainkan dia berfokus kepada apa yang ingin diraihnya.

Poin kedua yang menarik adalah jangan sampai kita sibuk melakukan sesuatu yang tidak membawa kita ke mana-mana. Pak Mario mencontohkan, orang yang sibuk naik kuda-kudaan. Orang yang naik kuda-kudaan itu sibuk, tapi orang itu tidak akan sampai ke mana-mana. Kalau begitu, jangan sampai kesibukan kita seperi orang yang sibuk main kuda-kudaan. Tetap di tempat dan tidak akan sampai ke mana-mana.

Saat saya mendengarkan radio dan menonton televisi tidak dengan penuh konsentrasi. Saya melakukan itu sambil mengerjakan sesuatu yang lain. Jadi mungkin apa yang saya tulis tidak persis dengan materi yang sebenarnya. Tapi, setidaknya itulah hal penting yang saya ingat.

Sunday, January 08, 2012

Tentang Panggilan Mas dan Mbak

Ada dua peristiwa yang menggelitik hati saya tentang sebutan atau panggilan Mas dan Mbak. Pertama, suatu ketika salah seorang teman facebook saya berkomentar setengah protes tentang nama tampilan facebook saya. “Kalau melihat fotonya sih seharusnya Pak Badiyo, bukan Mas Badiyo”, katanya. Dengan agak geregetan saya jawab, “Mas itu kan panggilan orang jawa kepada kakak laki-laki oleh adik-adiknya. Jadi, sampai kapan pun adik saya tetap memanggil saya Mas, walau pun saya sudah menjadi bapak-bapak.”. Mas bukan hanya panggilan bagi remaja atau orang muda saja.

Saya agak geregetan karena melihat namanya sepertinya dia orang jawa. Seharusnya sebagai orang jawa dia tahu tentang panggilan Mas itu. Asalnya Kangmas, panggilan bagi kakak laki-laki yang kemudian dipersingkat menjadi Kang saja atau Mas saja. Lagi pula, Mas yang saya cantumkan di depan nama saya toh sebagai identitas di facebook. Bahkan kalau kita perhatikan, banyak orang yang memakai nama yang aneh-aneh sebagai id facebooknya. Saya tidak perlu yang aneh-aneh, tapi yang penting ada ciri khasnya. Karena orang jawa dan beberapa orang terutama adik saya memanggil Mas, maka jadilah akun facebook saya Mas Badiyo.

Kedua, Salah seorang famili dari istri mewanti-wanti bahwa dia tidak mau anaknya dipanggil mbak oleh adik-adik sepupunya. Lebih baik memanggil dengan sebutan Kakak. Sebabnya adalah menurut dia mba itu panggilan untuk para pembantu rumah tangga. Tidak dapat dipungkiri bahwa belakangan banyak keluarga di kota besar seperti Jabodetabek menyerahkan urusan anak kepada pembantu rumah tangga. Suami istri sibuk bekerja.Urusan anak-anak diserahkan ke para pembantu. Para majikan memanggil pembantu itu dengan panggilan Mbak. Mereka sekaligus membahasakan panggilan itu untuk anak-anak mereka. Jadilah panggilan Mbak itu identik dengan para pembantu rumah tangga.

Meski fakta itu benar adanya, namun saya kurang setuju jika panggilan Mbak itu milik para pembantu. Sebagai orang jawa, saya bertahun-tahun telah memahami bahwa Mbak itu adalah panggilah terhadap kakak perempuan oleh adik-adiknya. Kalau tidak salah asal katanya adalah Mbakyu yang artinya kakak perempuan. Panggilan itu dipersingkat menjadi Mbak saja atau yu saja.

Itulah salah satu ragam dan keunikan orang jawa. Orang jawa itu memang unik. Semoga keunikan itu tidak sampai punah akibat penyempitan makna yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Salam,

Wednesday, January 04, 2012

Menulis Melawan Keluh Kesah

Kalau mengeluh itu baik adanya, bisa jadi kita seharian mengeluh terus. Mulai dari berangkat ke kantor, jalanan macet, melihat pengguna jalan lain yang masa bodoh, tidak peduli, wajar kita mengeluh. Sesampai di kantor, mendapati rekan kerja yang kurang kooperatif, pelanggan yang complain, wajar juga jika kita mengeluh.

Namun mengeluh itu suatu sikap atau tindakan yang negatif dan tak ada gunanya. Toh jika mengeluh, apa segala persoalan akan selesai? Tidak. Jadi, dari pada mengeluh lebih baik mencari jalan keluar dari masalah yang sedang kita hadapi.

Beberapa hari mengawali tahun baru 2012, kesibukan langsung menyambut saya. Lagi-lagi, saya kembali terperangkap dalam rutinitas kantor yang tak berujung. Berangkat pagi, pulang petang, sesampai di rumah, tenaga habis, loyo. Kalau sudah begini caranya setiap hari, sayapikri wajar-wajar saja jika saya mengeluh. “Huh, di kantor sibuk terus setiap hari, capek rasaya. Terus kapan saya bisa menulis?”

Padahal, saya berkeinginan menjadi penulis. Saya telah menyadari, betapapun baiknya prestasi kerja, karir saya sudah mentok. Jalan satu-satunya untuk mencapai puncak karir adalah dengan menjadi penulis.

Karena mengeluh bukan solusi, maka saya berusaha menghindari dan melawannya. Sambil melepas lelah usai sholat Maghrib, saya menulis dua tiga alinea. Dengan berbekal segelas kopi, saya menulis melawan lelah dan keluh kesah.

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...