Beberapa hari yang lalu, beberapa media memberitakan tentang tersingkirnya buah-buahan lokal dari buah-buahan impor. Salah satu penyebab hal itu adalah bahwa buah impor lebih menarik dalam hal kemasan. Selain itu, menariknya kemasan buah impor ditengarai berformalin. Padahal formalin adalah bahan berbahaya bagi tubuh.
Indonesia adalah negeri agraris yang terletak di garis katulistiwa. Koes Plus pernah mengatakan dalam lagunya “Kolam Susu” bahwa tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Benar, apa saja bisa tumbuh di negeri nan subur, negeri nusantara. Ribuan tanaman tumbuh di tanah surga ini, termasuk tanaman buah-buahan. Dari buah yang sudah dikenal umum dan biasa dimakan hingga buah yang masih asing di pedalaman hutan belantara.
Bukan tak mungkin masih banyak jenis buah-buahan yang belum dikenal dan belum dimanfaatkan. Buah yang telah umum dikenal dan dikonsumsi seperti jeruk, mangga, rambutan, dukuh, durian, Pisang, nanas, nangka, semangka, melon, manggis, sirsak, sarikaya dan masih banyak lagi.
Diantara buah itu juga masih bermacam jenis. Ada mangga indramayu, mangga aromanis, mangga golek dan sebagainya. Jeruk pun demikian, ada jeruk medan, jeruk Pontianak, jeruk bali dan sebagainya. Dukuh dan pisang pun demikian, ada beragam jenis.
Menjadi sangat mengherankan jika belakangan muncul berita bahwa buah lokal tergusur oleh buah impor. Tak dapat dipungkiri kalau tampilan kemasan memang penting untuk memikat daya tarik. Tetapi selain itu, ada sebab lain yang menyingkirkan buah lokal. Sikap dari masyarakat kita sendiri yang kurang menghargai produk lokal. Segala sesuatu yang tampilannya oke apalagi dari luar negeri dianggap lebih menarik. Padahal kenyataannya tidaklah selalu demikian.
Jadi semua kembali kepada sikap masyarakat kita sendiri. Jika ingin negeri ini semakin maju, maka harus menghargai produk dalam negeri. Tak terkecuali buah-buahan. Mulai sekarang, mari makan buah-buahan asli tanah negeri sendiri. Dengan begitu, kita menghargai dan menghormati saudara, kerabat atau leluhur kita sendiri. Mereka telah bersusah payah bertani dan berkebun untuk menghasilkan beragam hasil buah-buahan.
Makan buah lokal? Kenapa tidak!
No comments:
Post a Comment