Beberapa hari belakangan, tayangan televisi dipenuhi dengan
berita persiapan pelantikan Presiden dan wakil Presiden tanggal 20 Oktober
2019. Dalam sebuah tayangan berita memperlihatkan mobil-mobil mewah. Kabarnya mobil-mobil mewah tersebut akan
digunakan untuk mengantar tamu-tamu perwakilan negara asing yang menghadiri
pelantikan Presiden dan Wakil Presiden. Satu diantara mobil mewah tersebut
bertuliskan eSwatini.
Karena saya fokus pada tayangan dan kurang menyimak
narasi yang dibacakan presentir, saya
sempat berpikir Eswatini itu nama orang. Ya, maklum, saat sekolah dasar (SD)
saya pernah punya teman bernama Wartini. Saya kira eSwatini itu masih saudara
dengan Wartini atau siapanya gitu.
Penasaran siapa itu Eswatini saya biasa tanya ke uwa
google. Ternyata Eswatini adalah sebuah negara yang berbentuk kerajaan yang
dulu bernama Swazi atau Swaziland. Owh, dari tadi kek bilang kalau eSwatini itu
Swziland.
Bicara Swaziland, saya kembali lagi cerita saat saya
kelas 6 SD, tepatnya SDN Kembangan 1, kecamatan Bukateja, Purbalingga, Jawa
Tengah. Saat itu, teman saya yang bernama Wartini adalah menjadi kembang kelas,
bukan bintang kelas ya. Seperti apa cantiknya Wartini sehingga menjadi idola
dan bagaimana suasana memperebutkan simpatinya, insya Allah diceritakan di lain
waktu ya, hehe. Kali ini saya akan cerita dulu soal saudara kembarnya, yakni eSwatini.
Seperti pernah saya cerita di kesempatan lain, saya ini
paling senang dengan pelajaran Ilmu Bumi, yang kemudian diganti menjadi
geografi. Saya senang belajar peta dan juga suka menghafal nama-nama negara
berikut ibukotanya. Mulai dari negara-negara di benua Asia, Eropa, Amerika,
Australia dan Afrika. Dalam menghafal nama-nama negara dan ibukota, saya merasa
paling sulit adalah nama-nama negara dan ibukota dari benua Afrika.
Dalam menghafal, tentu saya mulai dari atas ke bawah,
atau dari utara ke selatan. Mulai dari Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair dan
Maroko. Tidak perlu saya sebutkan, nama ibu kota negara Afrika Bagian Utara ini
gampang dihafal. Saya yakin pembaca juga hafal. Setalah itu turun ke bawah,
saya mulai merasa kesulitan menghafal. Makin ke bawah atau ke Afrika Bagian
Tengah semakin sulit dihafal. Kalau Afrika Tengah bagian timur ada lah yang
hafal sedikit semisal Ethiopia, Somalia, Uganda, Tanzania dan Kenya. Selebihnya
gak hafal.
Memasuki ujung bawah benua Afrina alias Afrika bagian
selatan, sarua keneh. Sulit dihafal. Yang paling saya hafal adalah ibukota
Afrika Selatan. Saat saya kelas 6 SD, ibukota Afrika Selatan hanya satu yakni Pretoria.
Loh kok hanya satu, memang sekarang? Nah ini dia, saya juga baru tahu. Ternyata
Afrika Selatan kini punya tiga ibu kota, yakni Pretoria sebagai ibukota
eksekutif, Cape Town sebagai ibu kota legislatif dan Bloemfontein sebagai
ibukota yudikatif.
Selain Afrika Selatan, ada beberapa negara yang agak
sedikit gampang dihafal karena pengucapannya. Mozambiq ibukota Maputo, Lesoto
ibukotanya Maseru dan Swaziland ibukota Mbabane. Menurut saya sebagai orang
Jawa, pengucapan ketiga negara di Afrika bagian selatan beserta ibukotanya itu
berasa Jawa, hehe. Termasuk ketika nama Swaziland itu berubah atau punya nama
lain eSwatini, ya kedengarannya Jawa.
Makanya saya sempat mengira kalau eSwatini
itu saudara kembarnya Wartini, hehe. Satu lagi yang perlu diketahui, raja
eSwatini bernama Mswati, tepatnya Mswati III. Tapi ingat ya, Mswati, bukan
Miswati, hehehe.
Selamat Malam Minggu, Selamat Berakhir Pekan, Salam Damai
Sumber Gambar: Geologinesia.com
Gg. Mandor Ciputat
19 Oktober 2019
No comments:
Post a Comment