Sunday, October 23, 2011

Belajar Dewasa dari Istri

“Loh itu orang kenapa? Dari tadi cemberut aja, mukanya asem. Ditanya bener-bener kok malah sewot. Memang salah apa saya sama dia?”

Tak jarang kita mengalami hal seperti  itu, baik di lingkungan tempat tinggal atau pun di kantor. Orang lagi kesal sama siapa, marahnya sapa siapa. Orang yang nggak ada hubungannya, orang yang nggak tahu apa-apa, eh malah kena sasaran. Ketika ada masalah di rumah,  muka asem dibawa sampai kantor. Habis berantem dengan suami atau istri, jalan ketemu tetangga cemberut saja. Begitu juga ketika ada masalah di kantor, kesal dan marah terbawa sampai rumah.

Saat-saat tanggal muda di mana baru saja gajian, suasana sumringah ada di mana-mana. Di kantor, orang pada ketawa-ketiwi, bercanda, bersenda gurau. Di rumah pun demikian. Orang nonton lawak di televise, ketawanya terdengar sampai se - RT. Sebaliknya, di saat tanggal tua, suasana muram terjadi baik di kantor maupun di lingkungan rumah.

Pertanyaannya, bisakah kita bersikap wajar, dewasa dalam menghadapi berbagai macam kondisi? Tentu bisa. Hanya saja memang tidak mudah dan tidak semua orang mau belajar. Dewasa tidak identik dengan usia. Ada orang yang sudah berusia di atas tiga puluh empat puluhan, sikapnya masih kekanak-kanakan. Begitu juga sebaliknya, ada seorang yang masih berusia dua puluhan atau bahkan di bawah itu, tapi sudah pandai bersikap dewasa. Pandai? Ya, betul, karena dewasa adalah sebuah sikap hasil dari proses belajar.

Di mana belajarnya? Di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Di kantor kita bisa belajar dari teman atau atasan. Di lingkungan, kita bisa belajar dari tetangga. Di rumah kita bisa belajar dari istri, suami, mertua, kakak, adik, atau bahkan anak.

Saya belajar dari istri saya di rumah. Jujur, meski usia sudah berkepala empat, saya belum pandai bersikap dewasa. Persoalan di kantor masih sering terbawa ke rumah, begitu sebaliknya. Saya perhatikan, istri saya justru lebih pandai dalam hal ini. Suatu kali dan beberapa kali terjadi, saya dan istri habis berantem, cemberutlah muka kita berdua. Tiba-tiba ada seorang tetangga, teman istri datang ke rumah. Istri saya menyambut dengan ceria, tanpa satu guratan pun di wajahnya. Mereka ngobrol ngalor-ngidul dengan senang hati dan riang gembira. Seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya.

Selalu saya memperhatikan, mengamati dan belajar darinya.

No comments:

Post a Comment

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...