Thursday, February 23, 2017

Menulis adalah Berjuang

Akhir-akhir ini masyarakat sering dibuat bingung oleh berita-berita yang beredar khususnya di media sosial. Berita foto yang memperlhatkan jembatan Cisomang yang nyaris ambruk hingga berita tentang berbagai produk makanan yang tidak boleh dikonsumsi. Belum lagi berita-berita berbau politik yang belum jelas data, fakta dan kebenarannya. Sebagian masyarakat dibuat bingung, sebagian lain terlanjur memercayai sebagai sebuah kebenaran.

Seiring perkembangan teknologi komunikasi dan perkembagan jaman, kini hampir setiap orang memegang telepon pintar atau smartphone. Dengan smartphone dan koneksi internet, beragam informasi bisa didapat setiap saat. Berita dan informasi itu diperoleh melalui media sosial seperti facebook, twitter, whatsapp dan media sosial lainnya.      


Menurut hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia 132,7 juta dari total penduduk 256,2 juta orang. Data itu menunjukkan kalau saat ini  lebih dari setengah penduduk Indonesia telah terhubung dengan internet. Dari jenis konten yang diakses, media sosial 97,4% atau sebanyak 192,2 juta orang mengakses media sosial.    

Melihat data itu maka wajar jika masyarakat saat ini dilanda banjir informasi hampir setiap hari. Sayangnya masyarakat Indonesia belum siap mnghadapi kondisi dan situasi seperti ini. Rendahnya minat baca menjadi penyebab utama. Menurut riset World’s Most Literate Nation yang dipublikasikan tahun 2016, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara di atas Botswana.  

Rendahnya tingkat literasi menyebabkan masyarakat belum terbiasa menganalisa sebuah berita atau informasi yang diterima. Mereka menilai sebuah berita atau informasi hanya berdasarkan persepsi bukan berdasarkan fakta dan data. Tidak ada upaya untuk memverifikasi dan mencari informasi dari media lain sebagai pembanding. Akibatnya mereka tidak bisa membedakan mana berita yang benar dan mana berita bohong alias hoax.

Wabah hoax semakin parah di saat momen-momen Pemilu maupun Pilkada. Dalam dunia politik segala cara dilakukan untuk meraih kemenangan. Termasuk cara-cara yang tidak terpuji seperti menjelek-jelekan calon lain tanpa fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. Cara seperti itulah yang sering disebut sebagai  kampanye hitam atau Black Campaign. Kampanye hitam termasuk ke dalam jenis hoax atau berita bohong.       

Memang tidak mudah  membedakan antara berita yang benar dengan berita bohong atau hoax. Masyarakat yang tidak terbiasa membaca akan sulit membedakan mana berita yang benar dan mana berita bohong. Akibatnya banyak masyarakat yang tertipu dengan berita palsu. Lebih memprihatinkan lagi tidak jarang masyarakat yang tadinya dami menjadi saling bermusuhan akibat berita palsu atau hoax.     

Kondisi tersebut mengundang keprihatinan berbagai kalangan masyarakat termasuk Presiden Joko Widodo. Dalam beberapa kesempatan Jokowi mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah termakan berita palsu. Pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informasi bekerja sama dengan elemen masyarakat mengkampanyekan Gerakan Anti Hoax. Banyak pihak yang akhirnya berperan serta melawan berita palsu alias hoax.

Para penulis sejatinya berada di garda paling depan dalam berperang melawan hoax. Penulis jelas memiliki minat membaca yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat lain pada umumnya. Analisis dan interpretasi seorang penulis tentu lebih tajam dan akurat dibandingkan orang biasa yang bukan penulis. Karena itu penulis adalah prajurit yang sangat diandalkan dalam perang melawan hoax.

Di sisi lain, tugas penulis adalah menyampaikan informasi kepada orang lain. Dengan peran ini penulis diharapkan untuk bisa menyampaikan informasi yang benar dan mencerahkan. Melalui tulisan-tulisan yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan, seorang penulis tidak saja mencerahkan tetapi juga telah mengedukasi masyarakat. Memberi pelajaran kepada masyarakat untuk membiasakan membaca dan memilah-milah mana berita yang benar dan mana berita yang bohong.


Jika diniatkan untuk menebar kebaikan dan membagi manfaat bagi banyak orang, menulis bisa bernilai ibadah. Bahkan lebih dari itu, menulis bisa saja bernilai jihad. Jika itu dilakukan untuk membela kebenaran dan melawan kebatilan serta kemungkaran. Menulis adalah berjuang untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran. Menulis adalah berjuang untuk melawan kebatilan dan kemungkaran. 

No comments:

Post a Comment

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...