Usai pengumuman Kabinet Kerja Jokowi-JK, ada satu sosok menteri yang menjadi sorotan dan perhatian publik dan ramai diperbincangkan masyarakat. Sosok itu tak lain adalah Susi Pudjiastuti yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Seorang wanita berpenampilan nyentrik yang tak tamat SMP.
Selain hanya tamatan SMP, kebiasaan merokok dan tato yang ada di kakinya membuat sosok ini semakin kontroversial. Berbagai pertanyaan pun timbul dan berkembang di masyarakat. Apakah sosok seperti itu layak dan mampu memimpin Kementrian Kelautan dan Perikanan? Apa tidak ada orang yang lain yang lebih layak dan ahli di bidang kelautan dan perikanan selain ibu Susi?
Siapa sebenarnya Susi Pudjiastuti, sosok yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat saat ini? Dia adalah perempuan desa yang lahir di Pangandaran, 15 Januari 1965. Pangandaran adalah sebuah kota kecamatan di bibir pantai laut selatan atau samudera Hindia, yang masuk wilayah kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Tahun 1983, dia meninggalkan bangku sekolah di SMAN 1 Yogyakarta untuk berdagang. Dengan modal Rp. 750.000,- hasil menjual gelang, kalung dan cincin miliknya, dia mulai berjualan ikan di kampung halamannya, Pangandaran.
Seiring perkembangan bisnisnya, Susi mendirikan pabkrik pengolahan ikan, PT ASI Pudjiastuti Marine Product pada tahun 1996. Produk andalannya adalah Lobster dengan merek “Susi Brand”. Kerja keras Susi membawa produk tersebut sampai ke manca negara, Jepang dan Amerika. Agar produknya cepat sampai ke pembeli, Susi menggunakan pesawat untuk mengantarkannya .
Tahun 2000 Susi mendatangi Bank mengajukan pinjaman senilai Rp. 20 milyar, untuk membeli pesawat. Pesawat tersebut akan digunakan untuk mengangkut ikan dan lobster dari Pangandaran ke Jepang. Konon saat itu pihak Bank menganggap gila ide tersebut. Menurut Susi, mengangkut ikan dan lobster dengan pesawat akan menjaga ikan dan lobster tetap segar saat sampai di tujuan. Hal itu berbeda dengan kapal laut yang memerlukan waktu yang lebih lama sehingga membuat harga jual produknya menurun.
Publik baru mengenal Susi Pudjiastuti ketika terjadi bencana Tsunami di Aceh, 26 Desember 2004. Bersama suaminya, Cristian von Strombeck, Susi mendaratkan pesawatnya di Bandara Cut Nyak Dien, Meulaboh, Aceh Tenggara. Christoper von Strombeck adalah seorang Pilot dan Mekanin pesawat adal Jerman. Mereka berdua membuka isolasi Aceh yang porak poranda dan terputus sarana transportasi dan komunikasi. Bukan hanya menyalurkan bantuan pribadi bagi warga Aceh yang terkena bencana, Susi juga memberikan tumpangan gratis kepada awak media yang meliput bencana Tsunami.
Sebulan sebelum terjadi tragedi Tsunami Aceh, Susi telah mendirikan PT ASI Pudjiastuti Aviation. Susi mengaku tak bermaksud menjadikan penerbangan Tsunami Aceh sebagai operasi bisnisnya. Menurutnya, penerbangan tersebut murni untuk memberikan bantuan bagi para korban. Ketulusan hati Susi memberikan bantuan akhirnya melambungkan PT ASI Pudjiastuti Aviation sebagai perusahaan pesawat carteran. Saat pertama kali beroperasi, PT ASI Pudjiastuti Aviation hanya memiliki dua buah pesawat Cessna Grand Caravan.
Kerja keras, kerja nyata dan ketulusan hatinya memberikan bantuan kepada orang lain yang sedang membutuhkan, jauh lebih berharga dari pada selembar ijazah S1, S2 atau S3 sekali pun. Susi Pudjiastuti adalah seorang wanita pekerja keras, tegas namun berhati emas. Kegigihan dan kedermawan telah mengantarkan dirinya untuk mengemban amanah yang lebih besar dan mulia, Menteri Kelautan dan Perikananan Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko Widodo. Susi Pudjiastuti, sosok perempuan yang penuh kontraversi namun sarat dengan prestasi.
Dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment