Monday, March 20, 2017

Membaca Konstelasi Politik Jelang Pilkada Jabar 2018

Menjelang Pilkada Gubernur Jawa Barat 2018, Partai Nasional Demokrat atau Nasdem mengambil langkah cepat.  Bertempat di Lapangan Gelora Bandung Lautan Api, Tegalega, Bandung, Minggu (18/3/17), Partai Nasdem mendeklarasikan pencalonan Ridwan Kamil sebagai Calon Gubernur Jawa Barat pada Pilkada 2018.

Nama wali kota Bandung itu memang jauh hari sudah banyak yang mengadang-dagang untuk maju di Pilgub Jabar 2018. Keberhasilannya memimpin dan membangun kota Bandung membuat namanya semakin populer. Kepopuleranya semakin tinggi karena RK, begitu dia biasa disapa, aktif di media sosial.


Dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi, RK mengaku telah berkomunikasi dengan semua parta politik. RK bersilaturahmi dengan semua partai politik karena merasa dirinya bukan dari partai politik. Diantara partai politik itu, di luar dugaan Nasdem dengan cepat memutuskan untuk mengusung RK sebagai calon guberur pada Pilkada 2018.

Langkah Partai Nasdem tersebut bisa dikatakan sebagai langkah politik yang cukup berani. Hal itu mengingat modal yang dimiliki Nasdem terbilang minim, hanya 5 kursi di DPRD Propinsi Jabar. Sementara syarat untuk bisa mengajukan calon kepala daerah, partai politik atau gabungan partai politik minimal harus mempunyai 25% total jumlah kursi di DPRD atau 20 kursi. Artinya Partai Nasdem masih perlu dukungan dari partai lain untuk mencapai syarat minimal itu.

Keberanian Partai Nasdem tak lepas dari sosok sang Ketua Umum, Surya Darma Paloh yang sudah banyak makan asam garam di dunia politik. Seperti diketahui Surya Paloh sebelum mendirikan Partai Nasdem, adalah kader Partai Golkar.

Pengalaman selema 50 tahun di dunia politik itulah yang membuat Surya Paloh memiliki insting politik yang sangat tajam. Di saat Partai Politik lain sedang sibuk dan bimbang menimbang-nimbang kader masing-masing, Nasdem mengambil langkah yang cukup mengejutkan.

PKS yang telah berhasil “menguasai” Jawa Barat selama dua periode di bawah Ahmad Heryawan, nampaknya sedang gamang menimang kader internal. Ada nama Netty Prasetiyani, istri Aher. Ridwal Kamil juga menjadi salah satu nama yang sedang dibidik PKS. Kemungkinan saat ini PKS sedang bimbang, siapa yang tepat cagub dan cawagubnya. Netty Prasetiyani.

Partai Gerindra konon justru sedang menimbang Deddy Miswar untuk dicalonkan. Padahal, Partai Gerindra adalah pengusung Ridwan Kamil saat pemilihan wali kota Bandung bersama PKS. Mengapa kedua partai itu tak bersatu lagi menghadapi Pilgub Jabar 2018? Masih sangat mungkin keduanya akan bersatu lagi menghadapi Pilkada 2018 mengingat waktu masih cukup panjang.
  
Partai Golkar nampaknya sedang menimbang beberapa nama kader internal. Ada Dedi  Mulyadi dan Nurul Arifin yang santer disebut-sebut. Mungkin juga ada nama-nama yang lain. Dengan modal 17 kursi, Partai Golkar hanya membutuhkan satu partai lain untuk bisa berkoalisi mengajukan calonnya sendiri.

PDIP sebagai pemilik kursi terbanyak yakni 20 kursi di DPRD Jabar bahkan bisa mengajukan calonnya sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Ketua DPW PDIP Jabar, TB Hasanudin pernah disebut-sebut menjadi salah satu kandidat calon. Bukan tak mungkin Ryke Diah Pitaloka juga akan dimajukan kembali. Bahkan mungkin ada nama lain yang sedang digodok Nama Ridwal Kamil juga termasuk salah satu yang dibidik PDIP.

Partai Demokrat mungkin akan kembali mencalonkan Dede Yusuf atau kader yang lain. Modal kursi 12 membuat Partai Demokrat harus menjalin koalisi dengan satu atau dua partai lain guna memenuhi syarat 20 kursi. Bisa dengan PKS, Gerindra, PPP atau partai lain.

Sementara partai lain seperti PPP, PKB, PAN dan Hanura tak terlihat mengusung calon mereka di Pilgub Jabar 2018. Setidaknya hingga saat ini mereka masih tenang-tenag saja. Selain modaljumlah kursi yang minim, mungkin juga karena tak ada kader internal yang siap bersaing, PPP dengan 9 kursi, PKB 7 kursi, PAN 4 kursi dan Hanura 3 kursi. Nampaknya mereka tak cukup percaya diri untuk mengusung calonnya sendiri.

Masih sangat terlalu dini untuk bisa memprediksi calon pasangan yang akan bertarung pada Pilkada Gubernur Jawa Barat 2018. Namun gebrakan Nasdem yang begitu menghentak dan mengagetkan setidaknya sudah sedikit membuat alur atau pemetaan koalisi yang mungkin terjadi.

Partai Nasdem yang notabene anggota koalisi pendukung pemerintah tentu lebih mungkin berkoalisi dengan PDIP, Partai Golkar, PPP, PKB, PAN dan Hanura. Sebaliknya akan sulit untuk berkoalisi degan PKS dan Gerindra. Meski memang harus diakui bahwa banyak terjadi perbedaan antara koalisi pendukung pemerintah pusat dengan koalisi pengusung Pilkada di berbagai daerah. Seperti yang terjadi juga di Pilkada Jakarta.

Bagi PKS mungkin lebih baik dan jelas lebih mudah berkoalisi dengan Partai Gerindra. Jika keduanya masih mencari kawan untuk berkoalisi, Partai Demokrat menjadi alernatif yang lebih mungkin dibanding partai lainnya. Tentu dengan salah satu diantara mereka harus ada yang rela tidak mengajukan calon. Hal itu mengingat ketiga partai itu sudah mengantongi calon masing-masing.

PDIP meski bisa mengajukan calon sendiri tanpa harus berkoalisi, namun kemungkinan PDIP akan berhitung lebih cermat lagi mengingat kegagalan yang menyakitkan di Pilkada 2013 lalu. Terlebih sebagai partai pengusung Pemerintahan Jokowi-JK, PDIP sangat berkepentingan untuk bisa memenangkan Pilkada Jabar. Karena itu menurut saya, PDIP akan rela mengesampingkan kadernya sendiri demi mendukung calon yang berpeluang menang. Kemungkinan PDIP akan menyusul Nasdem untuk mendukung Ridwan Kamil.

Partai Golkar juga dalam posisi galau seperti PKS dan Gerindra. Betul Partai Golkar saat ini menjadi koalisi Pemerintahan Jokowi-JK. Namun secara partai Golkar punya modal sendiri yang cukup bagus. Selain kursi yag berjumlah 17, juga punya kader yang tingkat popularitasnya lmayan tinggi yakni Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Dengan mengajak Hanura yang punya 3 kursi saja Golkar sudah bisa mengusung Dedi Mulyadi menjadi cagub.

Namun mengingat dua nama paling populer yakni Ridwal Kamil dan Dedi Mulyadi adalah figur yang dinilai sebagai sosok pemimpin daerah yang berhasil, ada wacana dari publik  untuk memasangannya di Pilgub Jabar 2018. Meski secara politik hal ini sulit, namun dalam dunia politik tidak ada yang tidak mungkin.  

Melihat konstelasi partai politik di Jawa Barat, maka pada Pilkada Jawa Barat 2018 bukan tak mungkin akan mirip dengan Pilkada DKI Jakarta. Aka nada tiga pasang cagub-cawagub yang mewakili tiga kelompok kekuatan partai politik. Satu pasang dari koalisi partai pendukung pemerintah Jokowi-JK, satu pasang dari koalisi partai oposisi dan satu pasangan dari koalisi partai penyeimbang dalam hal ini Partai Demokrat dan kawan-kawan.

Namun andai Partai Golkar mencalonkan sendiri bersama partai lain maka akan ada empat pasangan cagub-cawagub. Atau bisa juga Partai Demokrat bergabung dengan koalisi PKS dan Gerindra. Akan seperti apa peta koalisi jelang Pilkada Jabar 2018? Menarik untuk kita tunggu perkembangan politik jelang Pilkada Jabar 2018 yang kini sudah mulai menghangat.

Sumber foto: Republika

1 comment:

  1. Anonymous11:37 pm

    This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...