Menjelang Pilkada
Gubernur Jawa Barat 2018, Partai Nasional Demokrat atau Nasdem mengambil
langkah cepat. Bertempat di Lapangan
Gelora Bandung Lautan Api, Tegalega, Bandung, Minggu (18/3/17), Partai Nasdem mendeklarasikan
pencalonan Ridwan Kamil sebagai Calon Gubernur Jawa Barat pada Pilkada 2018.
Nama wali kota Bandung
itu memang jauh hari sudah banyak yang mengadang-dagang untuk maju di Pilgub
Jabar 2018. Keberhasilannya memimpin dan membangun kota Bandung membuat namanya
semakin populer. Kepopuleranya semakin tinggi karena RK, begitu dia biasa
disapa, aktif di media sosial.
Dalam wawancara dengan
sebuah stasiun televisi, RK mengaku telah berkomunikasi dengan semua parta
politik. RK bersilaturahmi dengan semua partai politik karena merasa dirinya
bukan dari partai politik. Diantara partai politik itu, di luar dugaan Nasdem
dengan cepat memutuskan untuk mengusung RK sebagai calon guberur pada Pilkada
2018.
Langkah Partai Nasdem
tersebut bisa dikatakan sebagai langkah politik yang cukup berani. Hal itu
mengingat modal yang dimiliki Nasdem terbilang minim, hanya 5 kursi di DPRD
Propinsi Jabar. Sementara syarat untuk bisa mengajukan calon kepala daerah,
partai politik atau gabungan partai politik minimal harus mempunyai 25% total
jumlah kursi di DPRD atau 20 kursi. Artinya Partai Nasdem masih perlu dukungan
dari partai lain untuk mencapai syarat minimal itu.
Keberanian Partai
Nasdem tak lepas dari sosok sang Ketua Umum, Surya Darma Paloh yang sudah
banyak makan asam garam di dunia politik. Seperti diketahui Surya Paloh sebelum
mendirikan Partai Nasdem, adalah kader Partai Golkar.
Pengalaman selema 50
tahun di dunia politik itulah yang membuat Surya Paloh memiliki insting politik
yang sangat tajam. Di saat Partai Politik lain sedang sibuk dan bimbang
menimbang-nimbang kader masing-masing, Nasdem mengambil langkah yang cukup
mengejutkan.
PKS yang telah berhasil
“menguasai” Jawa Barat selama dua periode di bawah Ahmad Heryawan, nampaknya
sedang gamang menimang kader internal. Ada nama Netty Prasetiyani, istri Aher.
Ridwal Kamil juga menjadi salah satu nama yang sedang dibidik PKS. Kemungkinan
saat ini PKS sedang bimbang, siapa yang tepat cagub dan cawagubnya. Netty
Prasetiyani.
Partai Gerindra konon
justru sedang menimbang Deddy Miswar untuk dicalonkan. Padahal, Partai Gerindra
adalah pengusung Ridwan Kamil saat pemilihan wali kota Bandung bersama PKS.
Mengapa kedua partai itu tak bersatu lagi menghadapi Pilgub Jabar 2018? Masih
sangat mungkin keduanya akan bersatu lagi menghadapi Pilkada 2018 mengingat
waktu masih cukup panjang.
Partai Golkar nampaknya
sedang menimbang beberapa nama kader internal. Ada Dedi Mulyadi dan Nurul Arifin yang santer disebut-sebut.
Mungkin juga ada nama-nama yang lain. Dengan modal 17 kursi, Partai Golkar
hanya membutuhkan satu partai lain untuk bisa berkoalisi mengajukan calonnya
sendiri.
PDIP sebagai pemilik
kursi terbanyak yakni 20 kursi di DPRD Jabar bahkan bisa mengajukan calonnya
sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Ketua DPW PDIP Jabar, TB
Hasanudin pernah disebut-sebut menjadi salah satu kandidat calon. Bukan tak mungkin
Ryke Diah Pitaloka juga akan dimajukan kembali. Bahkan mungkin ada nama lain
yang sedang digodok Nama Ridwal Kamil juga termasuk salah satu yang dibidik
PDIP.
Partai Demokrat mungkin
akan kembali mencalonkan Dede Yusuf atau kader yang lain. Modal kursi 12
membuat Partai Demokrat harus menjalin koalisi dengan satu atau dua partai lain
guna memenuhi syarat 20 kursi. Bisa dengan PKS, Gerindra, PPP atau partai lain.
Sementara partai lain
seperti PPP, PKB, PAN dan Hanura tak terlihat mengusung calon mereka di Pilgub
Jabar 2018. Setidaknya hingga saat ini mereka masih tenang-tenag saja. Selain
modaljumlah kursi yang minim, mungkin juga karena tak ada kader internal yang
siap bersaing, PPP dengan 9 kursi, PKB 7 kursi, PAN 4 kursi dan Hanura 3 kursi.
Nampaknya mereka tak cukup percaya diri untuk mengusung calonnya sendiri.
Masih sangat terlalu
dini untuk bisa memprediksi calon pasangan yang akan bertarung pada Pilkada
Gubernur Jawa Barat 2018. Namun gebrakan Nasdem yang begitu menghentak dan
mengagetkan setidaknya sudah sedikit membuat alur atau pemetaan koalisi yang
mungkin terjadi.
Partai Nasdem yang
notabene anggota koalisi pendukung pemerintah tentu lebih mungkin berkoalisi
dengan PDIP, Partai Golkar, PPP, PKB, PAN dan Hanura. Sebaliknya akan sulit
untuk berkoalisi degan PKS dan Gerindra. Meski memang harus diakui bahwa banyak
terjadi perbedaan antara koalisi pendukung pemerintah pusat dengan koalisi
pengusung Pilkada di berbagai daerah. Seperti yang terjadi juga di Pilkada
Jakarta.
Bagi PKS mungkin lebih
baik dan jelas lebih mudah berkoalisi dengan Partai Gerindra. Jika keduanya
masih mencari kawan untuk berkoalisi, Partai Demokrat menjadi alernatif yang
lebih mungkin dibanding partai lainnya. Tentu dengan salah satu diantara mereka
harus ada yang rela tidak mengajukan calon. Hal itu mengingat ketiga partai itu
sudah mengantongi calon masing-masing.
PDIP meski bisa
mengajukan calon sendiri tanpa harus berkoalisi, namun kemungkinan PDIP akan
berhitung lebih cermat lagi mengingat kegagalan yang menyakitkan di Pilkada
2013 lalu. Terlebih sebagai partai pengusung Pemerintahan Jokowi-JK, PDIP
sangat berkepentingan untuk bisa memenangkan Pilkada Jabar. Karena itu menurut
saya, PDIP akan rela mengesampingkan kadernya sendiri demi mendukung calon yang
berpeluang menang. Kemungkinan PDIP akan menyusul Nasdem untuk mendukung Ridwan
Kamil.
Partai Golkar juga
dalam posisi galau seperti PKS dan Gerindra. Betul Partai Golkar saat ini
menjadi koalisi Pemerintahan Jokowi-JK. Namun secara partai Golkar punya modal
sendiri yang cukup bagus. Selain kursi yag berjumlah 17, juga punya kader yang
tingkat popularitasnya lmayan tinggi yakni Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.
Dengan mengajak Hanura yang punya 3 kursi saja Golkar sudah bisa mengusung Dedi
Mulyadi menjadi cagub.
Namun mengingat dua
nama paling populer yakni Ridwal Kamil dan Dedi Mulyadi adalah figur yang
dinilai sebagai sosok pemimpin daerah yang berhasil, ada wacana dari publik untuk memasangannya di Pilgub Jabar 2018.
Meski secara politik hal ini sulit, namun dalam dunia politik tidak ada yang
tidak mungkin.
Melihat konstelasi
partai politik di Jawa Barat, maka pada Pilkada Jawa Barat 2018 bukan tak
mungkin akan mirip dengan Pilkada DKI Jakarta. Aka nada tiga pasang cagub-cawagub
yang mewakili tiga kelompok kekuatan partai politik. Satu pasang dari koalisi
partai pendukung pemerintah Jokowi-JK, satu pasang dari koalisi partai oposisi
dan satu pasangan dari koalisi partai penyeimbang dalam hal ini Partai Demokrat
dan kawan-kawan.
Namun andai Partai
Golkar mencalonkan sendiri bersama partai lain maka akan ada empat pasangan
cagub-cawagub. Atau bisa juga Partai Demokrat bergabung dengan koalisi PKS dan
Gerindra. Akan seperti apa peta koalisi jelang Pilkada Jabar 2018? Menarik
untuk kita tunggu perkembangan politik jelang Pilkada Jabar 2018 yang kini sudah
mulai menghangat.
Sumber foto: Republika
Sumber foto: Republika
أزال أحد مشرفي المدونة هذا التعليق.
ردحذف