Membaca sejarah, Indonesia pernah dijajah Belanda tiga setengah abad dan dijajah Jepang tiga setengah tahun. Di masa penjajahan Belanda, ada istilah devide et impera. Kurang lebih artinya politik adu domba. Mengingat kegigihan dan kekompakan para pejuang Merah Putih, Belanda menerapkan siasat adu domba. Dengan menyebar fitnah atau merayu plus iming-iming, para pejuang diadu domba. Di sinilah para penghianat mulai bermunculan.
Dengan cara begitu, maka kekuatan para pejuang Merah Putih menjadi berkurang. Maka para Kompeni akan semakin mudah menumpas kaum ekstremis. Kompeni bergerak bersama para demang-demang penghianat menumpas pejuang sejati. Begitulah akal licik kompeni dalam menghancurkan kaum ekstremis.
Dalam praktik penyelenggaraan pemerintah, tak jarang taktik adu domba juga digunakan. Demi mengamankan kepentingan tertentu, pemerintah bisa menggunakan tangan-tangan masyarakat. Melalui penyusupan intelejen, pemerintah mengadu domba rakyatnya sendiri. Tidak mudah untuk dibuktikan tetapi bukan tidak mungkin hal itu terjadi. Mungkin inilah yang sering disebut dengan istilah manajemen konflik.
Mungkin bukan hanya dalam penyelenggaraan negara manajemen konflik diterapkan. Bisa jadi di dalam sebuah organisasi atau perusahaan pun hal itu dijalankan. Perhatikan dan amati organisasi atau perusahaan di mana kita berada. Jika ada manajemen konflik yang memang sengaja diciptakan, maka itulah politik adu jangkrik.
Lantas, bagaimana kalau yang diadu itu Tomcat? Silakan saja dicoba kalau mau menanggung risikonya. Salah-salah bisa tangan atau badan Anda yang melepuh karenanya.