“Kring, kring, kring”. Telpon kantor berdering tak lama saya tiba usai sholat Jum’at di Masjid sebelah kantor. “Assalamu’alaikum, bisa bicara dengan Pak Badiyo?” Walaikum salam, ya saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu?” jawab saya. “Ini pak Badiyo?” tanya dia setengah ragu. “Ya, betul,” jawab saya meyakinkan. “Ya Allah, apa kabarnya? Sudah lama banget kita nggak ketemu. Teman-teman pada nanyain,” sambungnya. “Ini siapa?” saya balik bertanya. “Ini Wanti, teman SMA”.” Wanti?” Tanya saya penuh ragu. Karena seingat saya tak ada teman SMA yang bernama Wanti. “Ya, aku Ani,” dia menjelaskan. “Oh Ani Purwanti? “Ya”. Setelah itu kami ngobrol ngalor-ngidul.
Pikiran saya langsung melayang ke masa-masa SMA. Kelas III IPA memang kelas yang sangat kompak saat itu. Jika ada persoalan, kita selalu kumpul dan diskusi bersama. Kelas itu juga spesial, unik, lain dari yang lain. Misalnya, kelas ini memiliki tim sepak bola yang selalu bertanding dengan tim-tim dari kampung di sekitar sekolah atau melawan tim dari sekolah lain. Saya adalah salah satu bagian dari tim sepak bola itu. Meski bertubuh kecil, peran saya di tim cukup penting yaitu gelandang bertahan.