Di kampung saya, Desa
Kembangan, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, dulu ada
kantor PT Pertani (Persero). Entah sekarang. Kantor itu terletak di sisi timur
jalan raya Kembangan, tidak jauh dari Balai Desa. Sementara di sisi barat jalan
raya, hamparan sawah luas sejauh mata memandang.
Di belakang kantor itu,
berdiri gedung besar, tingggi dan memanjang. Almarhumah nenek saya mengatakan
itu namanya Padi Sentra. Saya mengikuti
ucapan itu tanpa pernah bertanya apa maksudnya dan kenapa namanya Padi Sentra.
Di sebagian gedung itu
(dulu) ada mesin penggilingan padi. Jadi setiap warga atau petani yang ingin
menggiling padi, bisa datang ke tempat itu. Saat saya masih SD dulu, saya suka
ikut almarhum nenek untuk menggilingpadi di sana. Namanya masih anak-anak,
asyik aja melihat dan mendengar deru mesin penggiling padi.
Sementara di bagian
lain yang lebih luas di gedung itu,
berisi tumpukan karung. Saya tidak tahu isinya apa, mungkin beras barangkali.
Terkadang saya juga menyaksikan banyak truk-truk parker di depan gedung itu
untuk mengangkut karung-karung yang ada di sana. Hilir mudik truk datang dan
pergi. Berkarung-karung padi diangkut dan dibawa pergi. Entah mau dibawa kemana?
Mengingat PT Pertani
(Persero) dan Padi Sentra, ada dua hal yang
menarik bagi saya. Pertama, kantor PT Pertani Persero itu dipimpin oleh
seorang Kepala Kantor (mungkin) atau apa. Biasanya dia orang dari pusat atau
dari propinsi. Kepala kantor itu otomatis berkanktor dan tinggal di situ
beserta keluarganya. Kepala kantor tentu akan berganti-ganti sesuai masa kerja
atau masa jabatannya.
Suatu kali, kepala
kantor Pertani itu mempunyai seorang putri dan besekolah di sana SD hingga SMP.
Saya sudah mengamatinya sejak masih di SD. Itu artinya, saya memang sudah
menjadi pengamat semenjak masih duduk di bangku sekolah dasar. Pengamat apaan?
Ya, apa saja, macam-macam termasuk yang satu ini.
Sebagai putri seorang
pejabat dan pendatang ya pasti cantik. Ya, di atas rata-rata. Nilai di angka
tujuh lah. Kalau kata Bapak atau Ibu Guru mah di atas KKM. Apa itu KKM?
Kriteria Kecantikan Minimal.
Meski itu sudah lumayan lama, saya masih inget nama gadis itu. Nama lengkapnya saya kurang tah. Namun gadis itu biasa dipanggil Ning, Mbak Ning.
Saat SMP, dia kakak
kelas saya, di SMPN 2 Bukateja, yang sekolahanya kebetulan bersebelahan dengan
kantor PT Pertani itu. Suatu kali, saya melihat dia bersama teman-temannya
berseragam Pramuka. Entah kenapa, saat masa sekolah dulu, kalau melihat gadis
cantik berseragam Pramuka kok terlihat lebih cantik? Entahlah.
Kedua, adalah
pemandangan yang indah dan menakjubkan saat senja menjelang. Meski saya jarang
menyaksikan karena jarak rumah orang tua dengan gedung itu lumayan jauh. Namun suatu kali saya pernah menyaksikannya.
Memandang hamparan padi
yang mulai menguning. Mentari di ufuk perlahan mulai tenggelam. Lembayung
jingga bergelayutan, menghias bibir-bibir langit. Angin senja di musim kemarau
saat itu berembus, hiiihhh, dingin. Kuntul, Blekok dan Bondol beranjak dari
sawah untuk pulang. Takjub.
Tiba-tiba, suara
gemuruh terdengar dari gedung Padi Sentra. Berbondong-bondong Kelelawar terbang
dari gedung itu. Rupanya digedung tinggi itu, mereka tidur bergelayutan di
siang hari. Saat senja tiba, mereka keluar dari kandang dan terbang, berkeliaran.
Perlahan mereka menjauh dan menghilang, entah kemana. Sementara saya masih
tetap berdiri dan terpana.
Kini, setiap senja
tiba, dan melihat kelelawar-kelelawar terbang dan berkeliaran, saya teringat
masa lalu, dan terbayang gadis cantik itu, yang kini entah di mana.