Salah satu syarat untuk
mendapatkan Visa Umroh adalah Buku Kuning. Buku Kuning adalah buku yang
menerangkan bahwa yang bersangkutan sudah memperoleh Vaksin Meningitis. Meningitis
adalah penyakit yang menyerang selaput otak. Konon awalnya penyakit yang
disebabkan oleh virus, jamur atau bakteri ini ditularan oleh orang Afrika yang
menunaikan umroh atau haji. Karena itu setiap calon jamaah umroh dan haji wajib
memperoleh vaksin meningitis.
Setahu saya dulu yang
melayani vaksin meningitis di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng – Jakarta Barat.
Namun sekarang ternyata ada beberapa tempat yang melayani vaksin meningitis
bagai calon jamaah umroh dan haji. Berikut adalah beberapa tempat pelayanan
vaksin meningitis di wilayah Jakarta dan sekitarnya:
1.
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kls I Jakarta Area Perkantoran Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Telp. 021-5502277 / 021-5506068
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kls I Jakarta Area Perkantoran Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Telp. 021-5502277 / 021-5506068
2.
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara
Halim Perdana Kusuma, Jl. Jengki No. 45 Rt. 08 Rw. 02 Kelurahan Kebon Pala
Kecamatan Makasar, Cililitan Jakarta Timur, Telp. 021-8000166
3.
Kantr Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kls. I
Tanjung Priok Jl. Nusantara No. 2 Tanjung Priok Jakarta Utara 14310 Telp.
021-43931045 Fax. 021-4373265 email: info@kkptanjungpriok.net
4.
RS Persahabatan Rawamangun, Jl.
Persahabatan Raya No. 1 Rawamangun Jakarta Timur 132030 Telp. 021-4891708
5.
RS Fatmawati (Gedung Griya Husada), Jl.
RS Fatmawati Cilandak Jakarta Selatan 12430 Telp. 021-7501524
Persyaratan memperoleh
vaksin meningitis:
1.
Fotocopy Paspor
2.
Fotocopy KTP
3.
Pas foto 4 x 6 = 1 lembar
4.
Biaya Rp. 305.000,- (November 2016)
Hari Senin (31/10/2016,
saya menuju RS Fatmawati – Jakarta Selatan. Sampai di sana sekitar jam 10-an.
Saya menuju gedung Bougenvile, tempat di mana pelayanan vaksin meningitis
dilaksanakan. Si sana sudah terlihat tulisan “Kuota 150 Habis”.
Hati kecewa membaca
pengumuman itu. Namun saya masih berharap ada keajaiban. Karena itu saya menghampiri
petugas dan bertanya sambail pura-pura belum tahu.
“Mas kalau mau vaksin
meningitis, daftarnya di mana Mas? tanya saya setengah berharap.
“Hari ini kuotanya
sudah habis sejak jam enam pagi, kebetuln sekarang sedang ramai pak. Kalau lagi
sepi sih jam segini jug biasanya masih ada pk. Jadi kalau mau dapat besok datang
jam antara lima sampai jam enam pagi pak!” kata petugas itu.
“Baik Mas, terima kasih
atas informasinya” jawab saya sambil berpikir untuk menyiapkan waktu dan
strategi agar bisa mendapatka kuota tersebut.
Kemudian saya memilih hari
Jum’at (4/11/2016), bertepatan dengan aksi demo membel Islam 411. Berangkat dari
rumah di Ciputat setengan enam sambil berharap mudah-mudahan hari ini tidak banyak.
Sesampai di gedung Bougenvile jam enam lewat. Saya ketemu seorang office boy
yang mengatakan kuota hari ini sudah habis.
“Kayaknya kuota hari
ini sudah habis, tapi coba tanya saja ke bagian pendaftaran pak!” kata si
office boy.
Saya melangkah menuju
tempat pendaftaran vaksin meningitis. Hanya ada dua orang security dan beberapa
orang yang sepertinya menunggu (karena kantor belum buka). Kemudian saya tanya satpam yang di situ.
“Mas, mau daftar vaksin
meningitis mas,” kata saya
“Hari ini sudah habis
pak.” kata security sambil memperlihatkan data pendaftar yang memang terlihat sudah
150 orang.
Ya sudah. Saya duduk
sebentar utuk istirahat. Kemudian saya ngobrol dengan security dan seorang pendaftar
yang juga tidak kebagian. Kata si security, bahkan ada orang yang datang dari
jam dua malam. Saya geleng-geleng kepala keheranan. Si Security juga
menginformasikan bahwa mulai hari Senin (7/11/2016) pelayanan vaksin meningitis
dilakukan di gedung Gria Husada, samping UGD rumah sakit itu.
Hari Selasa (8/11/2016)
saya kembali ke RS Fatmawati meuju gedung Gria Husada. Saya berangkat lebih
pagi, jam lima kurang lima menit. Sesampai di RS Fatmawati jam setengah enam.
Begitu menuju Gria Husada, di sana rupanya sudah banyak orang mengantri. Saya
masuk antrian walau belum tahu apakah akan keagian atau tidak.
Mengingat kuota sehari
hanya 150, seorang pengantri berinisiatif menghitung jumlah antrian. Tujannya
adalah agar pengantri urutan di atas 150 untuk pulang saja untuk datang besok
lagi.
“Nanti sudah
capek-capek dan lama ngantri, nggak tahunya nggak kebagian, kan kasihan”
katanya.
Para pengantri pun
merasa senang dengan inisiatif salah seorang diantara pengantri.
Waktu terus merangkak.
Tiba-tiba saja sekelompok orang datang langsung menuju depan pintu masuk.
Spontan para pengantri protes. Katanya mereka adalah orang-orang yang suda
mendaftar kemarin dan sudah mencatatkan nama mereka. Jumlah mereka 55 orang.
Pengatri tetap protes,
namun pihak Gria Husada tetap mengakomodir mereka. Sedikit adu mulut sempat
terjadi. Namun akhirnya inisiator yang mewakili pengantri terpaksa harus
mengalah. Maka sebagian dari pengantri ( di atas nomor 95) terpaksa harus
pulang dan menunggu hari esok.
Inisiator pengantri
kemudian menyampaikan ke pengantri yang tadi telah dihitung dengan nomor urut
di atas 95 untuk pulang saja. Hal itu karena ada 55 pendaftar kemarin yang
diakomodir manajemen. Maka mereka pun bubar dari antrian untuk kemudian pulang.
Saat dihitung oleh
inisiator pengantri, saya dapat nomor antrian 104. Namun saya tetap pada
barisan antrian. Saya melihat diantara 150 antrian yang telah dihitung tadi,
ada beberapa diantaranya yang juga sudah terdaftar di daftar kemarin yang 55
orang. Kemudian saya berpikir bahwa diantara 55 orang yang terdaftar kemarin
pasti ada yang tidak atau belum datang.
Karena itu saya tetap
mengantri dengan berharap untung-untungan. Alhamdulillah, benar saya dapat.
Walau nomor antrian bergeser dari yang tadinya 104 menjadi 138.
Jam tujuh pagi kantor
pelayanan dibuka. Para pendaftar masuk per 10 orang. Petugas memberikan nomor
antrian dan formulir pendaftaran. Para pendaftar diarahkan menuju lantai 3,
tempat di mana pelayanan vaksin meningitis dilaksanakan.
Peserta mengisi
formulir dan menyerahkannya ke petugas. Seorang petugas memberikan sambutan
pengarahan kepada pendaftar agar bersabar karena banyaknya pendaftar yang harus
dilayani. Kembali sabar mengantri. Dan Jam sebelas lewat sedikit saya menerma
buku kuning. Selesai, Alhamdulillah.
No comments:
Post a Comment