Tuesday, November 08, 2016

CARA LAIN MEMBELA ISLAM

Minggu (6/11/2016) pagi, saya berangkat naik KRL dari Stasiun Depok Baru menuju Stasiun Juanda  Jakarta Pusat. Hari itu saya ada undangan 611. Ya, undangan Manasik Umroh 2017 dan Dzikir Akbar dari First Travel di Masjid Istiqlal – Jakarta Pusat. Alhamdulillah, melalui hamba-Nya yang soleh dan solehan, Allah mengaruniakan rizki untuk saya bisa berangkat umroh awal tahun 2017. Alhamdulillahirrobbol’alamiin.

Dari Stasiun Juanda saya tinggal menyeberang jalan untuk menuju Masjid terbesar di Asia Tenggara itu. Saya menyeberang melalui jembatan penyeberangan yang melintang di atas jala Veteran. Saat itu jembatan penyeberangan sangat padat oleh par jamaah.


Di situ ada berjejer para pedagang menawarkan plastik untuk bungkus sandal. Ada juga seorang perempuan berdiri di ujung jembatn penyeberangan.  Dengan suka rela dia berterak-teriak mengingatkan para penyeberang.

“Awas hati-hati dompet dan hp, jangan sampai berpindah tangan. Jangan sekali-kali hp ditaruh di baju koko. Di sini banyak orang yang tidak bertanggung jawab dan mencari kesempatan” teriak perempuan itu tak kenal lelah.

Alhamdulillah, di mana saja masih dan selalu ada saja orang baik. Orang yang masih peduli dengan orang lain.  

Dua hari sebelumnya, tepatnya Jum’at, (4/11/2016) ada aksi demo mengatasnamakan pembelaan Islam. Aksi tersebut sebagai buntut pidato Ahok di Kepulauan Seribu yang dianggap menghina Islam dan Al Qur’an.

Para pendemo meminta pemerintah segera memproses Ahok secara hukum. Aksi demo tersut kemudian dikenal dengan geraan 411. Walaupun sebenarnya Ahok sudah meminta maaf kepada mat Islam di Indonesia.

Alih-alih gerakan membela Islam, sebenarnya demo itu sudah ditungganggi dan sangat bermuatan politik. Pasalnya aksi demo berbarengan dengan masa kampanye Pilkada Gubernur DKI Jakarta. Sayangnya sebagian besar peserta aksi demo kurang memahami realita politik yang sedang terjadi. Sentimen agama telah membuat logika mereka tidak jalan dengan lancar.

Sebagian lain memanfaatan momen itu untuk aksi melampiaskan kekecewaan mereka terhadap pemerintahan Joko Widodo. Sulit dielakkan bahwa pendukung dan peserta aksi demo 411 adalah para pemilih Prabowo saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu. Jadi kalau dilihat aksi demo itu setali tiga uang dengan Barisan Sakit Hati.

Sebagai warga Nahdiyin, saya mengikuti sikap ketua PBNU, KH. Said Aqil Siraj. Ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdatl Ulama (NU) bersama PP Muhammadiyah bersikap sama. Tidak ikut dalam aksi demo namun tidak melarang warganya yang akan ikut demo. Namun warga NU atau Muhammadiyah yang ikut demo dilarang membawa symbol-simbol kedua Ormas tersebut.

Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah mempercayakan sepenuhnya kepada pemerintah untuk memproses kasus Ahok secara hukum. Proses hukum terhadap Ahok sudah dan masih berjalan. Pihak Kepolisian sudah memanggil beberapa saksi yang diperlukan. Bahkan Ahok secara suka rela mendatangi Kepolisian.  

Karena itu saya mengikuti perintah Ketua PBNU untuk tidak ikut dala aksi demo 411. Apalagi jauh hari sebelum itu saya sudah mendapat undangan 611 di Masjid Istiqlal Jakarta. Saya memilih untuk memenuhi undangan Manasik Umroh dan Dzikir Akbar dari First Travel.

Saya pikir ini adalah salah satu cara lain membela Islam. Seperti yang ditulis oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada rubrik Opini Koran Sindo (3/11/2016). Menurut Abdul Mu’ti, demo adalah salah satu cara di antara ribuan jalan yang lain untuk membela Islam.

Alhamdulillah, Minggu (6/11/2016) saya bergabung bersama 40 ribu jamaah lain untuk membela Islam dengan cara yang lain.
  

No comments:

Post a Comment

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...