Minggu (6/11/2016)
pagi, saya berangkat naik KRL dari Stasiun Depok Baru menuju Stasiun Juanda Jakarta Pusat. Hari itu saya ada undangan 611.
Ya, undangan Manasik Umroh 2017 dan Dzikir Akbar dari First Travel di Masjid
Istiqlal – Jakarta Pusat. Alhamdulillah, melalui hamba-Nya yang soleh dan
solehan, Allah mengaruniakan rizki untuk saya bisa berangkat umroh awal tahun
2017. Alhamdulillahirrobbol’alamiin.
Dari Stasiun Juanda
saya tinggal menyeberang jalan untuk menuju Masjid terbesar di Asia Tenggara
itu. Saya menyeberang melalui jembatan penyeberangan yang melintang di atas
jala Veteran. Saat itu jembatan penyeberangan sangat padat oleh par jamaah.
Di situ ada berjejer para pedagang menawarkan plastik untuk bungkus sandal. Ada juga seorang perempuan berdiri di ujung jembatn penyeberangan. Dengan suka rela dia berterak-teriak mengingatkan para penyeberang.
“Awas hati-hati dompet
dan hp, jangan sampai berpindah tangan. Jangan sekali-kali hp ditaruh di baju
koko. Di sini banyak orang yang tidak bertanggung jawab dan mencari kesempatan”
teriak perempuan itu tak kenal lelah.
Alhamdulillah, di mana
saja masih dan selalu ada saja orang baik. Orang yang masih peduli dengan orang
lain.
Dua hari sebelumnya,
tepatnya Jum’at, (4/11/2016) ada aksi demo mengatasnamakan pembelaan Islam.
Aksi tersebut sebagai buntut pidato Ahok di Kepulauan Seribu yang dianggap
menghina Islam dan Al Qur’an.
Para pendemo meminta
pemerintah segera memproses Ahok secara hukum. Aksi demo tersut kemudian
dikenal dengan geraan 411. Walaupun sebenarnya Ahok sudah meminta maaf kepada
mat Islam di Indonesia.
Alih-alih gerakan
membela Islam, sebenarnya demo itu sudah ditungganggi dan sangat bermuatan
politik. Pasalnya aksi demo berbarengan dengan masa kampanye Pilkada Gubernur
DKI Jakarta. Sayangnya sebagian besar peserta aksi demo kurang memahami realita
politik yang sedang terjadi. Sentimen agama telah membuat logika mereka tidak
jalan dengan lancar.
Sebagian lain
memanfaatan momen itu untuk aksi melampiaskan kekecewaan mereka terhadap
pemerintahan Joko Widodo. Sulit dielakkan bahwa pendukung dan peserta aksi demo
411 adalah para pemilih Prabowo saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu.
Jadi kalau dilihat aksi demo itu setali tiga uang dengan Barisan Sakit Hati.
Sebagai warga Nahdiyin,
saya mengikuti sikap ketua PBNU, KH. Said Aqil Siraj. Ormas Islam terbesar di
Indonesia, Nahdatl Ulama (NU) bersama PP Muhammadiyah bersikap sama. Tidak ikut
dalam aksi demo namun tidak melarang warganya yang akan ikut demo. Namun warga
NU atau Muhammadiyah yang ikut demo dilarang membawa symbol-simbol kedua Ormas
tersebut.
Nahdatul Ulama dan
Muhammadiyah mempercayakan sepenuhnya kepada pemerintah untuk memproses kasus
Ahok secara hukum. Proses hukum terhadap Ahok sudah dan masih berjalan. Pihak
Kepolisian sudah memanggil beberapa saksi yang diperlukan. Bahkan Ahok secara
suka rela mendatangi Kepolisian.
Karena itu saya mengikuti
perintah Ketua PBNU untuk tidak ikut dala aksi demo 411. Apalagi jauh hari
sebelum itu saya sudah mendapat undangan 611 di Masjid Istiqlal Jakarta. Saya
memilih untuk memenuhi undangan Manasik Umroh dan Dzikir Akbar dari First
Travel.
Saya pikir ini adalah
salah satu cara lain membela Islam. Seperti yang ditulis oleh Sekretaris Umum
PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada rubrik Opini Koran Sindo (3/11/2016). Menurut
Abdul Mu’ti, demo adalah salah satu cara di antara ribuan jalan yang lain untuk
membela Islam.
Alhamdulillah, Minggu
(6/11/2016) saya bergabung bersama 40 ribu jamaah lain untuk membela Islam
dengan cara yang lain.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق