الثلاثاء، نوفمبر 29، 2016

Komunitas Pemandu Sorak, Siapa Mereka?

Siapa sebenarnya Komunitas Pemandu Sorak itu? Mengapa mereka disebut demikian?

Beberapa kali saya menyebut Kaum Pemandu Sorak dalam update status di facebook. Misalnya, “Gerakannya selalu kompak dan serempak. Mereka mirip Kaum Pemandu Sorak”. Di lain waktu saat Timnas menang atas Singapura, saya juga update status di facebook. “Indonesia menang dan lolos ke semi final, kok Kaum Pemandu Sorak nggak ada suaranya?”

Meski ada yang me-like status facebook saya. Beberapa bahkan ada yang memberikan komentar. Namun saya yakin banyak orang yang bingung. Mereka pasti bertanya-tanya dalam hati: “Siapa sebenarnya Kaum Pemandu Sorak yang dimaksud penulis?”

Sudah cukup lama saya mengamati di media sosial sebelum menyimpulkan adanya kelompok orang yang gerak-geriknya mirip Pemandu Sorak. Dalam situasi dan momen tertent, gerakan dan suara (pendapat) mereka selalu sama, kompak dan serempak. Karena itulah saya menyebut mereka sebagai Kaum Pemandu Sorak. Belakangan kata Kaum saya ganti dengan Komunitas. Jadilah Komunitas Pemandu Sorak (KPS).

Mereka memiliki ciri-ciri yang khas sehingga mudah dikenali. Misalnya, fanatik dan militan, Kompak saat mendukung sesuatu atau sebuah aksi yang sesuai dengan aspirasinya. Mereka kompak juga saat menentang kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan sikap politknya.

Beberapa contoh yang sempat saya amati misalnya saat Polri berhasil menembak mati Komandan Teroris di wilayah Poso, Santoso. Pemerintah dan masyarakat pada umumnya bersyukur karena pentolan teroris yang selama ini meresahkan warga berhasil ditembak. Namun pendapat mereka berbeda. “Kalau Santoso itu teroris, kenapa banyak orang yang mengiringi dan mengantar ke pemakaman?” begitu komentar mereka di media sosial.

Mereka juga kompak dan serempak saat “membully” Nusron Wahid usai tokoh muda NU itu tampil di ILC yang disiarkan TVOne. Mereka ramai-ramai mengatakan bahwa Nusron Wahid bukan keluarga  mantan Presiden KH. Abdurrahman Wahid. Mereka juga serempak men-share video pernyataan Lili Wahid, adik kandung Gusdur yang mengatakan bahwa Nusron Wahid bukan keluarga KH. Abdurrahman Wahid. Kemudian mereka dengan kompak dan serempak mengolok-olok Nusron Wahid dengan sebutan Nusron Purnomo.

Sebagai pengamat berita politik saya heran, kenapa mereka mempersoalkan Nusron Wahid bukan keluarga KH. Abdurrahman Wahid. Padahal yang bersangkutan tidak pernah mengaku-ngaku keluarga mantan presiden RI ke-4 itu. Lagian Wahid itu kan cuma nama. Bukan hanya Nusron yang pakai nama Wahid, banyak yang lain.

Untuk melampiaskan keheranan saya update status di facebook: “Saya tidak tahu apakah Hidayat Nur Purnomo itu termasuk keluarga KH. Abdurrahman Wahid atau bukan. Saya hanya tahu kalau Mas Purnomo itu salah satu tukang ojek yang biasa mangkal di pangkalan”

Kemudian betapa mereka punya tingkah polah aneh yang lagi-lagi membuat mereka mudah dikelani. Mereka mengelu-elukan Panglina TNI Jend. Gagot Nurmantyo seusai Panglima tampil di ILC beberapa waktu lalu. Beberapa hari usai tampil di ILC TVOne, tak henti-hentinya puja-puji dan sanjungan bertebaran di media social bagi mantan Pangkostrad itu. Saking herannya, saya sampai membuat status di facebook: “Jend. TNI Gatot Nurmanto itu dilantik pada Juli 2015, namun kenapa banyak yang baru pada ngeh sekarang ya?”

Jika kita mau terus mengamati media sosial, tentu masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Terbaru, mereka rame-rame menyoraki MetrTV yang salah menyebut data dan Sari Roti yang menyampaikan rilis yang menurut mereka menyinggung perasaan mereka.

Kalau saya amati lebih seksama dan mengkomparasi dengan fenomena lain yaitu Kaum Sumbu Pendek (KSP), kok mirip mereka ya?     

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...