Bulan Mei 1990, saya saat itu adalah seorang pemuda luntang-lantung. Setelah lulus SMA tahun 1986, saya sempat mencicipi Program PTUP Fakultas Peternakan Unsoed Purwokerto. Merasa belum siap dengan program perkuliahan di program itu, saya mundur. Menunggu Sipenmaru tahun berikutnya, 1987. Saya mendaftar di Fakultas Biologi di universitas yang sama. Alhamdulillah diterima. Namun saya hanya bertahan tiga semester menyandang status sebagai mahasiswa. Saya nggak tega lihat orang tua memaksakan diri untuk membiayai kuliah saya. Sementara adik-adik saya banyak dan mereka lebih membutuhkan biaya. Maka sejak saat itu, status saya berubah, dari seorang mahasiswa menjadi seorang pemuda luntang-lantung alias pengangguran.
Setelah kurang lebih dua tahun menjadi pengangguran, sekitar bulan Mei
1990, saudara sepupu yang pulang dari Jakarta datang ke rumah. Dia adalah
Surbani atau biasa dipanggil Reban. Dia anak dari wa saya, anak kakak dari ibu
saya. Saat itu dia sudah lama merantau di Jakarta, mungkin sudah lima tahun
lebih. Orangnya baik, ramah dan suka menolong orang lain, terlebih saudara-saudaranya.
“Bad, mau nggak ke Jakarta?” kata dia pagi itu
“Mau. Kapan berangkatnya?” jawab saya sambil bertanya balik
“Nanti sore!,” jawab dia tegas
“Hah, nanti sore,” kata saya lumayan kaget.
“Iya, nanti sore berangkat,” kata dia meyakinkan
“Baiklah, saya bicara dulu sama Bapane dan Yayune (Bapak dan Ibu,” kata
saya
Sayapun menyampaikan niat saya ke Jakarta sekaligus berpamitan kepada kedua
orangtua. Kemudian saya mengemas pakaian dan keperluan lain untuk dibawa.
Tibalah sore yang dinanti. Dari rumah berjalan menuju jalan raya desa
Kembangan, Purbalingga Jawa Tengah. Di dekat jembatan sungai serayu, di situ
kami menunggu bis yang berangkat menuju Jakarta. Saya nggak tahu kenapa Saudara
saya, Surbani nunggu bis di situ. Kenapa tidak ke loket penjualan tiket? Atau
waktu itu belum ada, entahlah.
Satu bis datang, di-stop, tidak berhenti. Bis kedua datang di-stop, jalan
terus. Mungkin bis itu sudah penuh, batinku. Sampailah bis yang ketiga di-stop
dan berhenti, masuklah kami berdua ke bis itu.
Pagi buta kami berdua tiba di ibu kota. Deru mesin Metromini dan aroma
knalpot Kopaja menyambut kedatangan kami. Dari terminal Pulau Gadung, kami
melanjutkan perjalanan menuju terminal Blok M. Dari terminal Blok M, kami naik
Kopaja 616 menuju Cipedak, Ciganjur. Tempat yang dituju adalah Foto Copy IKA,
depan kampus ISTN Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
Di tempat inilah saya mulai belajar atau “kuliah” kehidupan. Inilah
pembelajaran yang sesungguhnya. Dengan telaten, Surbani mengajari saya
bagaimana mem-foto copy dokumen. Saya juga diajari laminating, menjilid, dan
sebagainya. Bukan hanya soal teknik, Surbani juga mengajarkan ke saya bagaimana
melayani customer (pelanggan). Juga bagaimana menghadapi komplain mereka. Di
sini saya pernah merasa ketakutan dibentak mahasiswa orang Batak.
“Di sini mahasiswanya dari berbagai daerah, termasuk banyak orang Batak.
Orang Batak itu memang logatnya begitu. Sebenarnya dia tidak marah, tidak
membentak, tapi memang gaya bicaranya seperti itu,” kata Surbani menenangkan
saya.
Suatu kali, di hari libur, Surbani mengajak saya jalan-jalan, ke Blok M
kalau tidak salah. Meski tidak dia ungkapkan, saya merasa saat itu dia sedang
mengajari saya bagaimana menyeberang jalan di ibukota. Seperti diketahu, cara
menyeberang jalan raya di desa dan di kota memang sedikit ada perbedaan dan
orang yang baru datang dari desa memang harus belajar menyesuaikan itu. Surbani
juga mengajari saya bagaimana naik eskalator di mall. Maklumlah, orang baru
datang dari kampung. Tapi poin-nya bukan itu. Saking baiknya, Surbani sampai
mengajari hal-hal kecil sedetail itu.
Saya memang tidak lama bekerja bersama Surbani di Foto Coopy IKA di
Srengseng Sawah. Hanya dua minggu dan belum sempat gajian. Seorang pelanggan
menawari saya untuk bekerja sebagai pesuruh di sebuah sekolah swasta di Depok.
Saya tertarik. Setelah saya ngomong dengan Surbani, dia mengijinkan. Maka sejak
pertengahan Juni 1990, saya memulai petualangan baru sebagai pesuruh di sebuah
sekolah swasta di Depok.
Setelah itu kami berpisah. Terkadang kami saling berkunjung. Terkadang saya
datang ke Cipedak. Di saat lain Surbani datang ke markas saya di Depok. Waktu
terus berlalu. Surbani berkali-kali pindah tempat kerja. Saya pun beberapa kali
pindah tempat kerja. Memang masih saling berkunjung, namun sudah semakin jarang
seiring kesibukan masing-masing.
Sekitar tiga tahun lalu, adik saya kasih kabar kalau Surbani sakit. Saat
itu saya sempatkan menengok ke rumahnya di wilayah kampung Stangkle Depok. Meski
badanya terlihat agak kurus, namun saat itu dia dalam kondisi yang agak sehat.
Hal itu terbukti dengan menjemput saya di depan gang ketika saya kesasar.Saat
itu Surbani menceritakan kalau dirinya kena penyakit gula. Beragam ikhtiar
sudah dia lakukan, mulai dari medis hingga obat herbal.
Saya baru bertemu lagi, mungkin sekitar setahun setengah kemudian. Kondisi
kesehatannya sudah agak menurun. Saat saya berkunjung ke rumahnya, dia
berencana mau berobat di kampung. Dia akan dibawa ke kampung oleh kakaknya,
Ruswan. Namun saat saya di rumahnya, kang Ruswan masih ada di rumah adiknya
yang lain, Japar. Jadi saya tidak sempat ketemu mereka karena saya harus pulang
ke Ciputat.
Setelah dirawat di kampung, kabar yang saya terima Surbani sudah sembuh dan
sehat kembali. Saya memang selalu menanyakan kabar Surbani melalui adik-adik
saya. Setelah itu bahkan kabarnya sudah sehat dan bekerja lagi. Saya pun
berucap syukur Alhamdulillah.
Namun Allah, Tuhan Maha Kuasa berkehandak lain. Kemarin siang (Sabtu, 2 Mei 2020), saya mendapat kabar Surbani berpulang
ke Ramhatullah. Innalillahi wa innailaihi rojiuun.
Sedih mendengarnya. Pikiran berputar kembali ke masa lalu. Bagaimana dia
baiknya kepada orang lain, terutama kepada saudara-saudaranya. Bukan hanya
saya, adik-adik saya juga bekerja di Jakarta lantaran dia yang membawa. Juga
saudara-saudara yang lain. Bahkan beberapa orang lain dari kampung. Dia memang
orang baik. Saya yakin, Allah Swt akan melipatgandakan amal dan kebaikannya.
Selamat Jalan Saudaraku, Surbani Bin Martasim
Semoga Allah Swt mengampuni segala dosa-dosanya, menerima semua alam
ibadahnya dan semoga Khusnul Khotimah, Aamiin.
Allahumma
firlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fuanhu, Al Fatihah
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق