Sekitar jam tujuh pagi,
Bus Shelota Wisata dari Semansa Tour & Travel yang membawa rombongan
Siswa/siswi dan Guru SMP Islam Al Syukro Universal meninggalkan Rumah Makan
Kurnia Jawa Timur Tuban. Keceriaan terpancar dari seluruh anggota rombongan.
Maklum lah baru saja makan soto, walaupun enggak tahu itu soto Lamongan apa
soto Tuban, hahaha.
Oh iya, kecuali Pak
Elan yang kondisinya memang masih sakit. Saat itu, kita semua berharap dan
berdoa, semoga Pak Elan segera sembuh dan sehat kembali. Dengan begitu Pak Elan
akan bisa menikmati perjalanan wisata ini.
”Kita akan segera
melanjutkan perjalanan menuju Malang. Perjalanan masih cukup jauh,” kata Kak
Dita memberi informasi.
“Saya ingatkan ya,
nanti di Malang ada beberapa lokasi yang akan dikunjungi, jadi jaga kesehatan.
Saya sarankan untuk jangan minum es ya, karena kenikmatan segelas es tidak
sebanding dengan sakit yang diakibatkan” kata Kak Ghias.
Kak Ghias juga
mendoakan Pak Elan agar cepat sembuh.
“Kita doakan, semoga
Pak Elan cepat sembuh,” Aamiin.
Bus Shelota Wisata terus
melaju menyusuri pantai utara Jawa Timur. Ini adalah perjalanan pertama saya ke
Malang. Karena itu, saya belum tahu rutenya ke mana lagi setelah Tuban. Saya
hanya membayangkan peta Jawa Timur yang pernah saya lihat. Setelah Tuban menuju
arah timur itu ada Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan dan
seterusnya. Namun saya belum tahu belok ke kanan atau ke arah selatan nanti di
mana? Karena saya tahu Malang itu ada di wilayah selatan Jawa Timur.
“Saatnya kuis!” suara
Pak Cahya menggelegar menghentikan lamunan saya.
Ya, Pak Cahya sebagai
Ketua Panitia Pelepasan memang selalu memberikan kuis kepada para siswa
sepanjang perjalanan. Selain menambah wawasan para siswa, kuis ini juga sedikit
menghibur dan mengusir kejenuhan dalam perjalanan.
Agar menarik siswa
untuk menjawabnya, Pak Cahya memberikan hadiah berupa pulsa seharga 25 ribu
rupiah. Selain Pak Cahya, soal kuis juga diberikan oleh para guru yang lain.
Ada Pak Ferdi, Pak Humaidi, Pak Rizky dan guru-guru yang lain.
Tidak mau ketinggalan,
kru Semansa Travel, Kak Ghias dan Kak Dita juga memberikan kuis berhadiah. Pertanyaan
kuis dari mereka berupa tebak-tebak. Jadi agak sulit dijawab. Meski begitu, ada
juga siswa yang mampu menjawabnya.
Sekitar jam 10-an, bus
berhenti di sebuah Pom Bensin di pinggir jalan. Seperti biasa kru travel
mempersilakan semua anggota rombongan yang mau ke toilet. Waktnya sekitar
setengah jam.
Usai ke toilet saya
berdiri sejenak di samping toilet sambil melemaskan otot-otot kaki. Pak Ferdi terlihat terburu-buru menuju
bus. Saya pun bertanya padanya,
“Kenapa pak Ferdi?”
“Saya langsung ke bus
saja, soalnya di sini bau,” kata Pak Ferdy.
Betul memang ada sedikit
agak bau yang kurang enak di lokasi itu. Namun saya dan beberapa teman tetap
berada di luar bus sebelum berangkat kembali. Bagi saya, ini memang kesempatan
untuk melemaskan kaki yang selama perjalanan tertekuk dan terasa kaku.
Penasaran dengan lokasi
ini, saya mengampir Pak Kosaman dan bertanya:
“Pak Ini di mana pak?”
tanya saya
“Ini sudah masuk
Lamongan,” jawab Pak Kosaman.
“Cuacanya kan sudah
terasa panas kan,” lanjut Pak Kosaman meyakinkan.
Saya sangat maklum.
Sebagai orang yang beristrikan orang Lamongan, tentu dia sudah sangat paham
dengan suasana kota di pesisir utara Jawa Timur itu.
Beberapa menit
kemudian, rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Waktu terasa sangat lama.
Suasana di luar terlihat begitu panas menyengat. Beberapa waktu berikutnya,
terlihat Stadion Surajaya – Lamongan di sebelah kiri jalan raya. Itu adalah
home base-nya Persela Lamongan. Sayang posisi tempat duduk saya tidak
memungkinkan untuk mengabadikan dengan kamera melalui kaca jendela.
Setelah Lamongan, kota
berikutnya adalah Gresik, kemudian Surabaya, Sidoarjo dan Pasuruan. Rupanya
belok kanan atau ke arah selatan menuju Malang adalah di Pasuruan. Melalui
Jalan Tol Pandaan dan seterusnya. Waktu sudah menunjukkan jam sebelas siang.
Jadi betul dugaan saya kalau Sholat Jum’at rombongan masih di jalan.
Jam 12 siang saat
menjelang waktu sholat Jum’at posisi ada di kota Lawang, salah satu kota
kecamatan di kabupaten Malang. Sebuah masjid besar di pinggir jalan terlewati. Sekitar
400 meter berikutnya ada masjid lagi, namun lebih kecil. Di sinilah kru driver
menepikan kendaraan.
“Kenapa tidak di masjid
tadi yang lebih besar ya?” tanya Pak Humaidi.
“Mungkin di sana parkir
kendaraannya agak susah pak,” jawab saya menduga-duga.
Seluruh anggota
rombongan yang laki-laki berjalan menyeberang menuju masjid Al Islam yang ada
di Jl. Dr. Cipto 28 Bedali – Lawang. Sebagian yang perempuan juga menuju ke
masjid itu untuk ketoilet dan sholat dzuhur.
Seperti sudah diduga
sebelumnya, masji yang tidak terlalu besar itu penuh sesak dengan para jamaah.
Banyak jamaah harus berdiri saat mendengarkan khutbah Jum’at. Saat pelaksanaan
sholat Jum’at pun cukup berdesak-desakan.
Usai sholat Jum’at,
semua anggota rombongan kembali menuju bus untuk melanjutkan perjalanan.
Suasana senang sudah mulai terpancar dari wajah setiap anggota rombongan.
Malang, atau lebih tepatnya Batu sebagai tujuan sepertinya sudah dekat dan tidak
lama lagi akan sampai.
أزال أحد مشرفي المدونة هذا التعليق.
ردحذف