Suatu kali saya menyaksikan seorang ibu dengan menggendong bayi dan menuntun seorang anak kecil sedang menyeberang. Ketika di tengah jalan, sepeda motor melaju dengan begitu kencang. Tampak si ibu terhentak kaget. Saya sangat prihatin melihat pemandangan itu.
Timbul pertanyaan di hati, mengapa pengendara motor itu tidak peduli dengan seorang ibu yang kerepotan dengan dua anaknya yang sedang menyeberang jalan. Apa tidak mungkin memberikan kesempatan bagi orang yang mau menyeberang, atau paling tidak sekadar mengurangi kecepatan? Mungkinkah karena sedang terburu-buru mengejar waktu? Atau memang sudah tidak ada rasa kepedulian dan empati terhadap orang lain?
Selain itu, para pengendara sepeda motor juga sering ugal-ugalan dan melanggar tata-tertib lalu-lintas. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi tanpa menghiraukan pengguna jalan lain. Jika ada yang menghambat, mereka membunyikan klakson agar orang lain minggir. Jika ada orang yang mau menyeberang, mereka tidak peduli. Tetap ngebut.
Kalau jalanan sedang macet mereka menerobos seenaknya mencari celah. Tak jarang mereka naik ke trotoar yang sebenarnya dikhususkan untuk pejalan kaki. Jika ada pejalan kaki yang menghalangi, mereka membunyikan klakson agar si pejalan kaki minggir. Perilaku mereka memperlihatkan seperti orang penting yang sedang memburu waktu. Bayangkan kalau setiap pengguna jalan berpikiran dan berperilaku seperti itu, bagaimana kondisi di jalan raya? Barangkali seperti itulah yang terjadi sekarang ini. Kemacetan dan kesemerawutan di jalan-jalan raya khususnya di ibu kota dan sekitarnya, menjadi pemandangan sehari-hari.
Memang pengguna jalan raya bukan hanya pengendara sepeda motor saja. Ada pengendara mobil, tukang bajaj, tukang becak, dan lain sebagainya. Namun dari semua itu yang terlihat mencolok adalah pengendara sepeda motor. Selain jumlahnya yang lebih banyak, pengendara sepeda motor paling sering melanggar tata-tertib di jalan raya.
Walaupun tidak semua pengendara sepeda motor seperti itu. Masih ada pengendara sepeda motor yang tertib dan santun dalam berlalu-lintas di jalan raya. Tetapi orang semacam itu sekarang ini menjadi makhluk yang langka. Timbul pertanyaan, mengapa bisa terjadi kondisi yang demikian?
Padahal rambu-rambu lalu-lintas ada, lampu merah ada, petugas polisi juga ada. Namun pelanggaran lalu-lintas tetap saja sering dan terus terjadi. Apakah itu terjadi karena rambu-rambu lalu-lintas dan petugas polisi yang masih kurang? Atau karena rendahnya disiplin para pengguna jalan, khususnya pengendara sepeda motor? Atau karena sebab lain?
Apa pun sebabnya, kita semua sebagai pengguna jalan raya harus berusaha mematuhi tata-tertib di jalan raya. Tidak hanya pengendara sepeda motor, tetapi pengendara mobil, tukang bajaj, tukang becak, juga pejalan kaki dan pengguna jalan raya lainnya, harus tertib. Kalau kita masih bisa tertib dan santun di jalan raya, kenapa tidak?
Foto: Google Images
Timbul pertanyaan di hati, mengapa pengendara motor itu tidak peduli dengan seorang ibu yang kerepotan dengan dua anaknya yang sedang menyeberang jalan. Apa tidak mungkin memberikan kesempatan bagi orang yang mau menyeberang, atau paling tidak sekadar mengurangi kecepatan? Mungkinkah karena sedang terburu-buru mengejar waktu? Atau memang sudah tidak ada rasa kepedulian dan empati terhadap orang lain?
Selain itu, para pengendara sepeda motor juga sering ugal-ugalan dan melanggar tata-tertib lalu-lintas. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi tanpa menghiraukan pengguna jalan lain. Jika ada yang menghambat, mereka membunyikan klakson agar orang lain minggir. Jika ada orang yang mau menyeberang, mereka tidak peduli. Tetap ngebut.
Kalau jalanan sedang macet mereka menerobos seenaknya mencari celah. Tak jarang mereka naik ke trotoar yang sebenarnya dikhususkan untuk pejalan kaki. Jika ada pejalan kaki yang menghalangi, mereka membunyikan klakson agar si pejalan kaki minggir. Perilaku mereka memperlihatkan seperti orang penting yang sedang memburu waktu. Bayangkan kalau setiap pengguna jalan berpikiran dan berperilaku seperti itu, bagaimana kondisi di jalan raya? Barangkali seperti itulah yang terjadi sekarang ini. Kemacetan dan kesemerawutan di jalan-jalan raya khususnya di ibu kota dan sekitarnya, menjadi pemandangan sehari-hari.
Memang pengguna jalan raya bukan hanya pengendara sepeda motor saja. Ada pengendara mobil, tukang bajaj, tukang becak, dan lain sebagainya. Namun dari semua itu yang terlihat mencolok adalah pengendara sepeda motor. Selain jumlahnya yang lebih banyak, pengendara sepeda motor paling sering melanggar tata-tertib di jalan raya.
Walaupun tidak semua pengendara sepeda motor seperti itu. Masih ada pengendara sepeda motor yang tertib dan santun dalam berlalu-lintas di jalan raya. Tetapi orang semacam itu sekarang ini menjadi makhluk yang langka. Timbul pertanyaan, mengapa bisa terjadi kondisi yang demikian?
Padahal rambu-rambu lalu-lintas ada, lampu merah ada, petugas polisi juga ada. Namun pelanggaran lalu-lintas tetap saja sering dan terus terjadi. Apakah itu terjadi karena rambu-rambu lalu-lintas dan petugas polisi yang masih kurang? Atau karena rendahnya disiplin para pengguna jalan, khususnya pengendara sepeda motor? Atau karena sebab lain?
Apa pun sebabnya, kita semua sebagai pengguna jalan raya harus berusaha mematuhi tata-tertib di jalan raya. Tidak hanya pengendara sepeda motor, tetapi pengendara mobil, tukang bajaj, tukang becak, juga pejalan kaki dan pengguna jalan raya lainnya, harus tertib. Kalau kita masih bisa tertib dan santun di jalan raya, kenapa tidak?
Foto: Google Images
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق