الخميس، مايو 04، 2017

Catatan Perjalanan Umrah Bagian 5

Ziarah Kota Madinah

Agenda hari kedua di Madinah, Sabtu (15/4/17) adalah ziarah kota Madinah. Beberapa tempat yang rencana akan dikunjungi adalah Masjid Quba, Kebun Kurma, Masjid Kiblatan dan Jabal Uhud. Mutowif meminta para jamaah untuk mengambil wudhu di Hotel sebelum berangkat ke Masjid Quba.

Dalam perjalanan, Mutowif menceritakan sejarah Masjid Quba. Ketika Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah, salah satu pengkutnya Sayidina Ammar Radhiyallahu anhu  mengusulkan untuk membangun tempat berteduh di kampong yang bernama Quba. Tujuannya adalah agar Baginda Nabi bisa beristirahat dan mendirkan sholat di tempatitu.


Maka Sayidina Ammar Ra mulai mengmpulkan batu-batu untuk membangun masjid itu. Rasulullah SAW adalah yang pertama kali meletakan batu tepat di kiblatnya. Selanjutnya, Abu Bakar, Umar dan kaum muslimin lain beramai-ramai meletakan batu-batu untuk membangn masjid.

Masjid Quba adalah masjid yang pertama kali dibangun dalam peradaban sejarah Islam. Saat pertama kali dibangun, masjid ini berdiri di atas kebun kurna seluas 1200 meter persegi. Dalam perembangan selanjutnya, saat ini luas areal Masjid Quba adalah sekitar 5.035 meter persegi. Sekarang Masjid ini memiliki 19 pintu dengan 3 pintu utama. Dua pintu utama untuk jamaah laki-laki dan satu pitu utama untuk jamaah perempuan.

Keutamaan masjid ini termuat dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 108:
“ ……… Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At Taubah: 108)

Shalat di masjid Quba memiliki keutamaan sebagaimana Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu bin Sahl bin Hunaif Radhiyallahu anhu. Ia pernan mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba, lalu ia sholat di dalamnya, maka baginya pahala seperti pahala umrah,” (HR Tirmizi no. 298. Ibnu Majah no. 1401).

Itu sebabnya Mutowif meminta jamaah untuk berwudhu di hotel untuk kemudian melaksanakan solat di Masjid Quba. Mutowif juga menceritakan kalau dulu Rasulullah selalu mendatangi Masjid Quba setiap hari Sabtu untuk melakukan solat di sana. 

“Kebetulan hari ini juga adalah hari Sabtu. Mari kita manfaatkan waktu untuk melaksanakan sunah Rasulullah. Kita belum melaksanakan umroh, tapi sudah mendapatkan pahala umroh,” kata Mutowif dalam perjalanan menuju Masjid Quba.

Sesampai di Masjid Quba, suasana sudah begit ramai. Karena itu rombongan jamaah mendapatkan tempat parker yang lumayan jauh dari lokasi Masjid. Pembimbing kemudian mengarahkan para jamaah menuju Masjid Quba. Sebelum memasuki masjid, pembimbing memberikan pengarahan.
“Waktu kita di sini hanya 40 menit sampai jam 9. Pada jam 9 nanti, kita harus berkumpul kembali di tempat ini lagi. Di sini tidak boleh ada yang belanja. Ingat itu ya para jamaah,” kata Ustad Abdurrahman.

Kemudian para jamaah memasuki masjid untuk menunaikan solat dhuha beberapa rokaat. Setelah itu jamaah kembali berkumpul di tempat semula untuk melanjutkan perjalanan. Sampai jam 9, masih ada 3 jamaah yang belum kembali. Ditunggu setengah jam, belum nongol juga. Akhirnya pembimbing mengarahkan jamaah untuk menuju bus.

Ketika jamaah lain sudah bersiap di bus, 3 jamaah itu belum datang juga. Dua Mutowif dan satu Tour Leader kelimpungan, ke sana ke mari mencari 3 jamaah itu. Sopir sudah nampak mulai gelisah.  Begitu juga jamaah yang lain. Pembimbing akhirnya memutuskan rombongan untuk melanjutkan perjalanan. Tiga jamaah yang ketinggalan diarahkan untuk naik taksi menyusul ke Kebun Kurma, sebagai tujuan selanjutya.

Gara-gara tiga jamaah yang tidak patuh dan taat pada arahan pembimbing, puluhan jamaah lain dirugikan. Satu jam lebih waktu terbuang sia-sia. Satu jam lebih jamaah lain menunggu dengan kegelisahan. Pelajarannya tetap sama: Dengarkan, perhatikan, patuhi, taati dan ikuti arahan Pembimbing.  

Beberapa menit kemudian, rombongan jamaah sampai di kebun kurma. Setelah berfoto bersama, pembimbing mempersilakan jamaah untuk berbelanja di sebuah took yang ada di kebun kurma itu. Beragam kurma ada di sana, Kurma Nabi dan kurma-kurma lainnya. Ada juga minyak zaitun, coklat dan macam-macam oleh-oleh yang lain.

Perjalanan dilanjutkan menuju Jabal Uhud. Dalam perjalanan menuju Jabal Uhud, rombongan melintasi Masjid Kiblatain. Rombongan tidak singgah di Masjid Kiblatain namun pembimbing menceritakan sejarah masjid yang memiliki dua kiblat itu.

Secara bahasa Masjid Kiblatain berarti masjid dua kiblat. Masjid ini semula dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Terletak di tepi jalan menuju Universitas Madinah. Pada permulaan Islam, orang melakukan sholat dengan kiblat Baitul Maqdits atau Masjidil Aqsha di Yerusalem. 

Suatu ketika, pada tahun ke-2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab, Rasulullah melaksanakan sholat dhuhur di Masjid Bani Salamah. Ketika itu Rasulullah SAW tengah salat dengan menghadap ke arah Masjidil Aqsha. Di tengah salat, usai roka’at kedua,  tiba-tiba turunlah wahyu surat Al Baqarah ayat 144  yang artinya:

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

Maka Rasulullah kemudian melanjutkan dua roka’at berikutnya dengan menghadap ke Masjidil Haram. Jadi saat itu, Rasulullah melaksanakan sholat Dhuhur dua roka’aat menghadap Masjidil Aqsa atau BaitulMaqdis dan dua roka’at berikutnya menghadap Masjidil Haram. Karena itulah masjid itu kemudian dikenal dengan nama Masjid Kiblatan, Masjid dua kiblat. 

Setelah perjalanan sekitar dua puluh menit, sampailah rmbongan di Jabal Uhud. Secara bahasa, Jabal Uhud artinya bukit (yang) menyendiri. Ini mengacu bahwa bukit itu memang terihat menyendiri dalam arti tidak bersambungan dengan bukit-bukit lain.

Jabal Uhud terletak 5 km dari utara kota Madinah dengan ketinggian bukit 1.077 meter. Jabal Uhud selalu dikenang dan diziarahi umat Islam mengingat di tempat itu pernah terjadi perang antara pejuang Islam dan kaum kafir Quraisy. 

Saat itu tanggal 15 Syawal 3 Hijriyah (625 Masehi), kaum kafir Quraisy dari Mekkah datang untuk menyerang kaum Muslimin di Madinah. Nabi Muhammad SAW memimpin kaum muslimin untuk melawan kafir Quraisy. Pertempuran antara keduanya terjadi di bukit Uhud. Dalam sejarah diceritakan jumlah kaum kafir Quraisy sebanyak 3000 orang sedangkan kaum muslimin hanya 700 orang.

Dalam peperangan itu, kam muslimin yang gugur diceritakan sebanyak 70 orang. Termasuk diantara mereka adalah Hamzah bin Abdul Muththalib, paman Nabi. Selain itu gugur juga Mush’ab bin Umair dan Abdullah bin Jahsyin. Mereka yang gugur sebagai syuhada dimakamkan di tempat mereka gugur yakni gunung Uhud.

Sesampai di depan makam para Syuhada, Mutawif membimbing jamaah untuk membaca salam dan doa bersama-sama: 

“Assalaamu ‘alaikum yaa syuhadaa-i uhudin. Allaahummajzihim ‘anil islaami wa ahlahu wa afdhalal jazaa-i warfa’ darajaatihim wa akrim maqaamahum bifadhlika wakaramika yaa akramal akramiin.”

Artinya: “Mudah-mudahan salam sejahtera atasmu wahai para syuhada Uhud. Ya Allah, berilah mereka semua ganjaran karena Islam dan para pemeluknya dengan ganjaran yang paling utama dan tinggikanlah derajat mereka dan muliakanlah kedudukan mereka dengan keagungan-Mu dan kemurahan-Mu, wahai Tuhan Yang Paling Pemurah.” 

Usai membaca salam dan doa, rombongan jamaah menyempatkan diri berfoto bersama di depan makam para syuhada. Setelah itu rombongan melanjutkan perjalanan untuk kembali ke hotel. Sebelum sampai hotel, bus yang membawa rombongan para jamaah melewati Makam Baqi. 

Makam Baqi adalah makam yang terletak bersebelahan dengan Masjid Nabawi. Orang pertama yang dimakamkan di sini adalah As’ad bin Zararah, sahabat Anshar yang meninggal tak lama setelah Nabi hijrah ke Madinah. Dimakamkan juga di Baqi adalah istri-istri Nabi, Aisyah, Hafsah dan Saudah. Juga anak-anak perempuan Nabi,  Fatimah az-Zahra, Ruqayyah, Zainab dan Umm Kultsum, serta beberapa cucu Nabi.

Khalifah ketiga, Utsman bin Affan juga dimakamkan di Baqi. Begitu juga Halimatus Sa’diyah, ibu susu Nabi. Juga Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud, Abu Sa’id Khudri dan Imam Malik. Dulu para jamaah haji yang meninggal di Madinah juga dimakamkan di Baqi. Namun kini untuk menjaga keseimbangan geografis kota Madinah, harga tanah di makam Baqi cukup mahal. Hal itu bertujuan untuk mengurangi permintaan jamaah yang ingin dimakamkan di Baqi.

Sesampai di samping makam Baqi, Mutowif membimbing jamaah untuk membaca salam dan doa secara bersama-sama:

Assalaamu ‘alaikum daara qaumim mu’miniina, wa ataakum maa tuu’aduuna ghadan mu-ajjaliina wa innaa in syaa-allaahu bikum laahiquun. Allaahummaghfir li-ahlil baqii’il gharqadi.

Artinya: “Mudah-mudahan sejahtera atas kamu hai (penghuni) tempat kaum yang beriman! Apa yang dijanjikan kepadamu yang masih ditangguhkan besok, pasti akan datang kepadamu, dan kami Insya Allah akan menyusulmu. Ya Tuhan! Ampunilah ahli Baqi’ al-gharqad.

Beberapa menit kemudian, rombongan sampai di depan Hotel Mirage Taiba, Madinah. Para jamaah turun dari bus. Ada yang langsung menuju Masjid Nabawi karena memang waktu sudah menjelang Dhuhur. Sebagian jamaah ada juga yang menuju kamar terlebih dulu.

Bersambung

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق

Daftar Bupati Purbalingga

DAFTAR BUPATI PURBALINGGA Foto: Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Purbalingga (medcom.id) Tahukah Anda, bupati Purbalingga saat ini y...