Kurang lebih sebulan yang lalu saat Banjir melanda Jakarta, tanggal 23 Januari 2015 lalu, Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok sempat curiga bahwa itu adalah Sabotase. Karena itu, saya jadi tertarik dan ingin tahu, apa itu sabotase? Setelah browsing di google, saya pun dapat penjelasan tentang sabotase yang kemudian saya tuliskan di bawah ini.
Sabotase berasal dari kata “Sabot” yang dalam bahasa Perancis berarti sepatu kayu. Istilah Sabotase mulai popular pada abad 19 masa industri Perancis. Saat itu terjadi pengangguran dan PHK besar-besaran hingga terjadi pengrusakan mesin industri dengan memasukan sepatu kayu ke dalam mesin-mesin industri yang ada.
Untuk memahami makna sesungguhnya dari sabotase, Dermawan Soegandar, seorang Kompasianer menyarankan agar menonton film “Sabotage” yang disutradarai oleh Alfred Hitchcock. Film lawas dengan gambar hitam-putih dan kualitas suara mono akan memberikan gambaran sekaligus pemahaman apa sebenarnya itu sabotase.
Untuk memahami makna sesungguhnya dari sabotase, Dermawan Soegandar, seorang Kompasianer menyarankan agar menonton film “Sabotage” yang disutradarai oleh Alfred Hitchcock. Film lawas dengan gambar hitam-putih dan kualitas suara mono akan memberikan gambaran sekaligus pemahaman apa sebenarnya itu sabotase.
Pesan dari film itu sebagaimana ditulis Dermawan Soegandar (30/07-2011) adalah: “There is also a clear message by Hitchcock on sabotage, today terrorism; those so-called martyrs for a cause are in reality misguided devils who end up killing the innocent and helpless instead of the ones their feeble minds believe to be the deceivers and exploiters of the human race.” (Van Buren, Arkansas).
Dalam perkembangannya, Sabotase digunakan dalam dunia politik dan peperangan. Dalam peperangan misalnya, sabotase dilakukan dalam bentuk aktivitas spionase. Target atau sasaran akhirnya adalah untuk menghancurkan musuh atau lawan. Sabotase dapat dilakukan terhadap struktur penting seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain.
Sasaran yang umumnya biasa disabotase antara lain infrastruktur, transportasi, enokomi dan logistik, dan lain-lain. Banyak contoh peristiwa-peristiwa sabotase di masa lalu. Misalnya pada masa Perang Dunia II, tahun 1939 - 1945, gerakan bawah tanah di Eropa seperti di Perancis, Polandia, Norwegia, dan lain-lain melakukan sabotase dengan merusak jalan, jembatan, gedung dan lain-lain agar tidak dapat digunakan oleh musuh yakni tentara Nazi dari Jerman.
Sementara pada masa revolusi kemerdekaan RI, para pejuang kemerdekaan melakukan sabotase dengan merusak berbagai fasilitas seperti jalan, jembatan, pabrik, dan lain-lain. Aksi yang dikenal sebagai aksi bumi hangus itu bertujuan agar fasilitas itu tidak bisa digunakan oleh pihak Belanda.
Konon, jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ-100) pada tanggal 9 Mei 2012 juga sebagai akibat tindakan sabotase. Pesawat produksi Russia itu sedang melakukan demo terbang (Joy Flight) untuk kepentingan promosi.Demo terbang pertama berhasil dengan mulus. Disusul dengan demo terbang yang kedua dengan membawa 45 penumpang. Berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, pukul 14.00 WIB. Pada pukul 14.30 petugas ATC Bandara Soekarno-Hatta kehilangan kontak pesawat SSJ-100. Keesokan hari tanggal 10 Mei 2012, reruntuhan pesawat SSJ-100 ditemukan di tebing Gunung Salak. Ada pihak yang menduga jatuhnya pesawat SSJ-100 buatan Russia sebagai sebuah sabotase dari persaingan bisnis pesawat.
Begitu pun ketika hilangnya pesawat Malaysia Airline MH370 yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2014. Pesawat dengan rute penerbangan Kualalumpur – Beijing dinyatakan hilang dan bahkan tidak diketahui dimana jatuhnya, hingga saat ini. Jelas banyak pihak menduka jatuhnya pesawat itu sebagai sebuah tindakan sabotase. Tentu setiap tindakan sabotase sulit untuk dibuktikan.
Bagaimana dengan pernyataan gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama yang mengatakan bahwa banjir yang terjadi tanggal 23 Januari 2015 lalu sebagai akibat tindakan sabotase? Mungkin itu sebuah kecurigaan yang terlalu berlebihan. Meski begitu, kita memang tetap harus waspada dan jeli melihat kejadian dan peristiwa yang kita alami atau yang terjadi di sekitar kita. Bukan tak mungkin ada tindakan sabotase walau pun itu dalam skala atau skup yang kecil. Jadi, hati-hati dan waspada itu perlu, tapi tidak boleh sampai curiga.
Dari berbagai sumber, antara lain:
1. Wikipedia
2. Google
3. Dermawan Soegandar, Kompasiana
4. http://wacana-ngunandiko.blogspot.com/2013/12/sabotase.html
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق