Meski sudah banyak
peringatan baik melalui media mainstream maupu media social, namun hingga saat
ini masih saja beredar berita hoax. Parahnya masih banyak masyarakat yang
memercayainya bahwa itu sebuat fakta dan kebenaran. Lebih memprihatinkan lagi
bahwa orang yang termakan hoax itu bukan hanya orang biasa dan awam, namun
termasuk dari kalangan intelek dan terdidik.
Saat ini ada banyak,
puluhan bahkan mungkin ratusan berita hoax yang beredar setiap hari. Berita
hoax itu beragam dan bermacam-macam. Namun kalau diamati semua hoax itu ada
keterkaitannya. Jika dijalin maka berita-berita hoax itu bisa mejadi sebuah
rangkaian.
Contoh terbaru adalah
adanya lambang palu arit di uang terbaru terbitan Bank Indonesia (BI). Seperti
diketahui lambang Palu-Arit adalah simbol yang digunakan Partai Komunis Indonesia
(PKI) di masa silam. Agar lebih sedap, hoax itu dibumbui kalau uang yang baru
dikeluarkan BI itu mirip Yuan, mata uan China. Kemudiah dihembuskanlah isu
kalau PKI itu akan bangkit lagi.
Inilah yang tadi saya
kataan bahwa hoax itu sling terkait dan merupakan sebuah rangkaian. Isu PKI itu
sudah berhembus sejak masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu. Ada
beberapa versi tentang itu. Versi yang sempat saya dengar adalah kalau kakeknya
Joko Widodo (Jokowi) adalah seorang PKI. Saat itu saya sudah menduga bahwa itu
adalah sebuah Black Campaign.
Setelah dua tahun
lebih, hamper tiga tahun setelah terilih sebagai presiden, Jokowi masih saja
terus serang vitnah. Jika dimasa kampanye dulu disebut black campaign, sekarang
lebih tepat disebut sebagai hoax. Walau pun satu persatu berita itu sudah
terbukti ketidakbenarannya, seagian masyarakat terlanjur memercayainya.
Tidak terbutki kalau
kakek Jokowi itu PKI. Tidak benar di uang seratus ribu yang baru itu ada lambang
palu arit simbol PKI. Bank Indonesia sudak mengklarifikasi kalau gambar itu
adalah logo BI. Tidak benar juga kalau uang baru mirip Yuan. Malah uang baru
itu sebenarnya secara kualitas material lebih baik dibanding uang sebelumnya. Namun
sekali lagi, entah mengapa masih tetap banyak orang yang percaya dengan berita
hoax.
Kalau saya amati dan boleh
bicara jujur maka yang paling sering termakan berita hoax adalah (mohon maaf)
para pemilih Prabowo yang kalah saat Pilpres 2014 lalu. Dan kalau lebih
ditelisik lagi, maka yang lebih percaya berita hoax seperti itu adalah (mohon
maaf) para pemilih Prabowo dari kalangan PKS. Seperti diketahui bahwa partai
politik pengusung Prabowo saat Pilpres 2014 ada beberapa yakni Gerindra, Partai
Golkar, PAN, PKS dan PPP. Tentu saya tidak bermaksud menjeneralisir mereka karena past masih ada yang bersikap berbeda tentunya.
Hingga saat ini, saya tidak tahu kenapa mereka begitu benci dengan Jokowi. Apa pun yang dilakukan Jokowi dan pemerintahannya selalu salah. Tidak ada benarnya. Tidak baiknya sama sekali. Padahal Jokowi adalah manusia biasa yang sama dengan yang lain, termasuk Prabowo. Ada kelebihan, ada pula kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurnya, Namun kenapa Jokowi selalu diposisikan di tempat yang selalu jelek dan salah? Logiskah? Objektifkah?
Itu adalah pengamatan saya sepintas, baik di lingkungan sekitar maupun di media sosial. Tentu tidak valid namun paling tidak bisa memberi gambaran kondisi real di masyarakat saat ini. Jika ada yang mau melakukan survey atau penelitian ya silakan. Saya menyambut dengan senang hati.
Itu adalah pengamatan saya sepintas, baik di lingkungan sekitar maupun di media sosial. Tentu tidak valid namun paling tidak bisa memberi gambaran kondisi real di masyarakat saat ini. Jika ada yang mau melakukan survey atau penelitian ya silakan. Saya menyambut dengan senang hati.
Sebagai saudara
sebangsa, satu hal yang saya sarankan kepada mereka: Sudahlah, Pilpres 2014
sudah lama selesai. Pertandingan akan diadakan lagi tahun 2019. Cuma dua tahun
dari sekarang. Dari pada terus menebar hox dan kebencian, lebih baik melakukan
sesuatu yang bermanfaat. Menanam pohon misalnya, memungut paku yang ada di
jalanan, atau member makan hewan piaraan. Tentu yang lebih baik adalah berbuat
baik terhadap sesama.
Yakinlah, dua tahun itu
tidak lama kok. Bahkan penantin itu akan semakin tidak terasa karena diselingi
event besar yakni Asian Games 2018, di mana Indonesia sebagai tuan rumah. Sabar
kawan. Nikmatilah hidup ini. Tentu tanpa melalaikan ibadah.
Salam,
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق