Dua hari ini,
masyarakat khususnya dunia maya diramaikan dengan gerakan boikot produk Sari
Roti. Saya baca sepintas di media sosial
soal hebohnya Sari Roti. Saya juga tanya teman kerja untuk menambah referensi.
Teman saya menjelaskan dengan emosionalnya. Semakin jelas masalahnya.
Saya tidak mau membahas
persoalan Sari Roti di sini karena sudah pada tahu. Saya hanya ingin bependapat
dari sudut pandang yang lain. Menurut saya masyarakat yang ramai-ramai
melakukan gerakan boikot Sari Roti itu berlebihan. Lebay kata anak muda
sekarang. Juga Baper. Lebih mengandalkan perasaan hati disbanding logika akal
sehat.
Saya sudah membaca dua tiga kali pengumuman klarifikasi dari PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. Sangat normatif, biasa saja dan tidak ada yang aneh dan salah menurut saya. Hanya kalau menurut saya ada satu poin atau kalimat yang membingungkan, apa maksudnya?
“Pihak
Pembeli meminta agar produk tersebut dapat diantar ke area pintu masuk Monas
dan dipasangkan tulisan ‘gratis’ tanpa pengetahuan dan perijinan dari pihak PT
Nippon Indosari Corpindo Tbk”
Menurut saya kalimat
itu yang malah membingungkan. Beberapa kali saya membaca kalimat itu untuk
mendapatkan maksudnya. Melihat dari sisi dunia kepenulisan, kalimat tersebut
agak rancu dan membingungkan.
Selain itu, semua
kalimat pernyataan yang dikeluarkan PT Nippon Indosari Corpindo terbilang wajar
dan biasa saja. Ada teman saya yang merasa tersinggung dengan kalimat terakhir
pernyataan dari PR perusahaan Sari Roti.
“Demikian
informasi ini kami sampaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman di berbagai
pihak. P Nippon Indosari Corpindo Tbk berkomitmen untuk selalu menjaga
Nasionalisme, ketuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka
Tunggal Ika, serta tidak terlibat dalam semua aktivitas kegiatan politik”
Lagi-lagi kalimat
tersebut menurut saya juga sangat normatif. Mereka yang merasa tersinggung
dengan kalimat tersebut menafsirkan bahwa yang ikut aksi 212 tidak menjaga
nasionalisme, keutuhan NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Itu penafsiran mereka.
Padahal maksud dari pernyataan itu kan tidak demikian.
Saya tidak mau
berpanjang-panjang membahas soal ini. Saya hanya ingin mengikuti saran iklan sebuah
produk minuman: “Hey Guys, Ayo Berpikir Jernih!” Suaranya sih mirip Cak
Lontong, tapi entahlah.
Saya mencoba berpikir
jernih dan bertanya pada diri sendiri: “Apakah dengan memboikot dan tidak
membeli serta makan Sari Roti diri ini akan menjadi lebih suci dan soleh?”
Pertanyaan berikutnya: ” Apakah dengan
ikut-ikutan gerakan memboikot produk Sari Roti, pintu surga otomatis terbuka?”
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق